MAKALAH
Budaya Masyarakat Pantura Jawa Timur
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ”Sistem Sosial Budaya Indonesia”
Oleh Kelompok 3:
Eva Masykurotin Azizah B06210041
Minthuk Noerhayati B06210034
Mawan Aziz Fadli B06210035
M. Hamka B06210049
Muhibbatul Ilma B06210053
Mizamanis Dianengsih B06210066
Dosen Pembimbing
Yusuf Amrozi, M.MT
FAKULTAS DAKWAH 3/F2 PRODI ILMU KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Jawa Timur sendiri memiliki keragaman budaya, yang dipetakan menjadi lima; yaitu: Madura, Tapal Kuda, Pantura, Mataraman, dan Arek. Namun, pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai sistem sosial budaya masyarakat Pantura Jawa Timur, yang terdiri dari tiga kabupaten, yaitu: Lamongan, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro bagian Utara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat Pantura
Masyarakat Pantura adalah stereotype masyarakat yang tersebar mulai Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pekalongan, Jepara, Demak, Kudus hingga Gresik. Sebuah budaya yang terbentang dalam jalur akulturasi sepanjang 1000 km buatan Herman Willem Daendels yang mengalami proses pembentukan budaya yang sangat panjang dari penyebaran islam wali sanga, hingga mendaratnya Jepang pada 1942 di Pantai Eretan Indramayu. Adapun masyarakat pantura Jawa Timur di bagi menjadi beberapa Kabupaten, yaitu:
B. Kabupaten Lamongan
1. Profil dan Wilayah Masyarakat Lamongan
Kabupaten Lamongan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Lamongan. Batas wilayah Sebelah Utara perbatasan dengan laut jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik,Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto, sebelah barat berbatasan dengan Kabupten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8km² atau +3.78% dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km2, apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut. Populasi 1.365.402 jiwa(31 mei 2005) dengan kepadatan 753,2 jiwa/km2.
Kabupaten Lamongan terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Yakni 276/12 kelurahan dan 476 desa. Pusat pemerintahan di Kecamatan Lamongan. Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu:
a. Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah yang relatif agak subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu.
b. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro.
c. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinagun, Glagah.
Kabupaten Lamongan dilintasi jalur utama pantura yang menghubungkan Jakarta-Surabaya, yakni sepanjang pesisir. Jalan ini sendiri melewati kecamatan Paciran yang memiliki banyak tempat pariwisata. Kota Lamongan sendiri juga dilintasi jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Babat merupakan persimpangan antara jalur Surabaya-Semarang dengan jalur Jombang-Tuban. Lamongan juga dilintasi jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa. Stasiun terbesarnya adalah di Lamongan dan Babat. Sifat orang Lamongan mengutamakan kebersamaan, suka berjuang, ulet berkerja, agamis, terbuka, halus, perasaan, jujur, penuh tanggung jawab, dan petualang. Namun, kadang kala kaku dan kasar bila tidak diajak musyawarah, suka merantau, berani membela sebuah kejujuran, tidak garang, dan suka membantu. Bahasa orang Lamongan adalah bahasa pesisir yang lugas penuh dialek Osing, Madura, Jawa Ngoko, diwarnai budaya Arek atau Bocah (Singosari atau Majapahit).
Orang Lamongan suka berjuang, hal ini dapat dibuktikan bahwa zaman Majapahit orang Lamongan banyak yang menjadi pasukan tempur Majapahit sejak kekuasaan komando Mahapatih Gaja Mada sebagai pasukan darat dan laut. Adipati Unus waktu menyerang Malaka 1513 M dibantu orang Lamongan yang dinamakan Pangeran Sabrang Lor yang kini makamnya berada di Banten. Perang melawan sekutu tanggal 10 November 1945 di Surabaya juga banyak orang Lamongan yang ambyur dalam perjuangan ini dalam laskar Hizbullah-Sabillilah. Tahun 1966 juga tidak sedikit andil perjuangan rakyat untuk ikut menumpas pemberontakan PKI dalam G.30S/PKI sampai ke akar-akarnya.
Sebagian besar masyarakat lamongan ada yang bermata pencarian sebagai petani dengan hasil produk padi, jagung dan ada pula yang petani ikan.
2. Sejarah Kabupaten Lamongan
Dulu Lamongan merupakan Pintu Gerbang ke Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Panjalu, Kerajaan Jenggala, Kerajaan Singosari atau Kerajaan Mojopahit, berada di Ujung Galuh, Canggu dan kambang Putih (Tuban). Setelah itu tumbuh pelabuhan Sedayu Lawas dan Gujaratan (Gresik), merupakan daerah amat ramai, sebagai penyambung hubungan dengan Kerajaan luar Jawa bahkan luar negeri. Zaman Kerajaan Medang Kamulan di Jawa Timur, Di Lamongan berkembang Kerajaan kecil Malawapati (yang kini dikenal dengan nama dusun Melawan desa Kedung Wangi kecamatan Sambeng) dipimpin Raja Agung Angling darma dibantu Patih Sakti Batik Madrim termasuk kawasan Bojonegoro kuno.
Pada waktu Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk (1350 -1389) kawasan kanan kiri Bengawan Solo menjadi daerah Pardikan. Merupakan daerah penyangga ekonomi Mojopahit dan jalan menuju pelabuhan Kambang Putih. Wilayah ini disebut Daerah Swatantra Pamotan dibawah kendali Bhre Pamotan atau Sri Baduga Bhrameswara paman Raja Hayam Wuruk (Petilasan desa Pamotan kecamatan Sambeng), sebelumnya. Di bawah kendali Bhre Wengker (Ponorogo). Daerah swatantra Pamotan meliputi 3 kawasan pemerintahan Akuwu , meliputi Daerah Biluluk (Bluluk) Daerah Tenggulunan (Tenggulun Solokuro) , dan daerah Pepadhangan (Padangan Bojonegoro).
Menurut buku Negara Kertagama telah berdiri pusat pengkaderan para cantrik yang mondok di Wonosrama Budha Syiwa bertempat di Balwa (desa Blawi Karangbinangun), di Paciran (Sendang Duwur Paciran), di Klupang (Lopang Kembangbahu) dan di Luwansa ( desa Lawak Ngimbang). Desa Babat kecamatan Babat ditengarahi terjadi perang Bubat, sebab saat itu babat salah satu tempat penyeberangan diantar 42 tempat sepanjang aliran bengawan Solo.
Menjelang keruntuhan Mojopahit tahun 1478M, Lamongan saat itu dibawah kekuasaaan Kerajaan Singosari bergantian dengan Kerajaan Kertosono (Nganjuk) dikenal dengan kawasan Gunung Kendeng Wetan diperintah oleh Demung, bertempat disekitar Candi Budha Syiwa di Mantup. Setelah itu diperintah Rakrian Rangga samapi 1542M (petilasan di Mushalla KH.M.Mastoer Asnawi kranggan kota Lamongan). Kekuasaan Mojopahit di bawah kendali Ario Jimbun (Ariajaya) anak Prabu Brawijaya V di Galgahwangi yang berganti Demak Bintoro bergelar Sultan Alam Akbar Al Fatah ( Raden Patah ) 1500 sampai 1518, lalu diganti anaknya, Adipati Unus 1518 sampai 1521 M , Sultan Trenggono 1521 sampai 1546M.
Dalam mengembangkan ambisinya, sultan Trenggono mengutus Sunan Gunung Jati (Fatahilah) ke wilayah barat untuk menaklukkan Banten, Jayakarta, dan Cirebon. Ke timur langsung dipimpin Sultan sendiri menyerbu Lasem, Tuban dan Surabaya sebelum menyerang Kerajaan Blambangan (Panarukan). Pada saat menaklukkan Surabaya dan sekitarnya, pemerintahan Rakryan Rangga Kali Segunting (Lamong), ditaklukkan sendiri oleh Sultan Trenggono 1541. Namun tahun 1542 terjadi pertempuran hebat antara pasukan Rakkryan Kali Segunting dibantu Kerajaan sengguruh (Singosari) dan Kerajaan Kertosono Nganjuk dibawah pimpinan Ki Ageng Angsa dan Ki Ageng Panuluh, mampu ditaklukkan pasukan Kesultanan Demak dipimpin Raden Abu Amin, Panji Laras, Panji Liris. Pertempuran sengit terjadi di daerah Bandung, Kalibumbung, Tambakboyo dan sekitarnya.
Tahun 1543M, dimulailah Pemerintahan Islam yang direstui Sunan Giri III, oleh Sultan Trenggono ditunjuklah R.Abu Amin untuk memimpin Karanggan Kali Segunting, yang wilayahnya diapit kali Lamong dan kali Solo. Wilayah utara kali Solo menjadi wilayah Tuban, perdikan Drajat, Sidayu, sedang wilayah selatan kali Lamong masih menjadi wilayah Japanan dan Jombang. Tahun 1556 M R.Abu Amin wafat digantikan oleh R.Hadi yang masih paman Sunan Giri III sebagai Rangga Hadi 1556 -1569M Tepat hari Kamis pahing 10 Dzulhijjah 976H atau bertepatan 26 mei 1569M, Rangga Hadi dilantik menjadi Tumenggung Lamong bergelar Tumenggung Surajaya ( Soerodjojo) hingga tahun 1607 dan dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan kecamatan Lamongan dikenal dengan Makam Mbah Lamong. Tanggal tersebut dipakai sebagai Hari Jadi Lamongan.
Setelah Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945, daerah Lamongan menjadi daerah garis depan melawan tentara pendudukan Belanda, perencanaan serangan 10 Nopember Surabaya juga dilakukan Bung Tomo dengan mengunjungi dulu Kyai Lamongan dengan pekikan khas pembakar semangat Allahu Akbar. Lamongan yang dulunya daerah miskin dan langganan banjir, berangsur-angsur bangkit menjadi daerah makmur dan menjadi rujukan daerah lain dalam pengentasan banjir. Dulu ada pameo "Wong Lamongan nek rendeng gak iso ndodok, nek ketigo gak iso cewok" tapi kini diatasi dengan semboyan dari Sunan Drajat, Derajate para Sunan dan Kyai "Memayu Raharjaning Praja" yang benar benar dilakukan dengan perubahan mendasar, dalam mensejahterahkan rakyatnya masih memegang budaya kebersamaan saling membantu sesuai pesan kanjeng Sunan Drajat "Menehono mangan marang wong kangluwe, menehono payung marang wong kang kudanan, menehono teken marang wong kang wutho, menehono busaono marang wong kang wudho".
3. Hari Jadi Kota Lamongan
Hari jadi kota lamongan yaitu pada hari kamis pahing 10 dzulhijah 976 hijriyah, atau hari kamis pahing 26 Mei 1569 M. Bahwa sesungguhnya hari jadi atau hari kelahiran Lamongan tersebut diambil dan ditetapkan dari hari dan tanggal diwisuda Adipati Lamongan yang pertama yaitu Tumenggung Surajaya. Waktu mudanya bernama Hadi, karena mendapatkan pangkat rangga, maka ia lalu disebut Ranggahadi. Ranggahadi kemudian juga bernama mBah Lamong, yaitu sebutan yang diberikan oleh rakyat daerah ini. Karena Ranggahadi pandai Ngemong Rakyat, pandai membina daerah dan mahir menyebarkan ajaran agama Islam serta dicintai oleh seluruh rakyatnya, dari asal kata mbah Lamong inilah kawasan ini lalu disebut Lamongan.
Adapun yang mewisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama, tidak lain adalah Kanjeng Sunan Giri IV yang bergelar Sunan Prapen. Wisuda tersebut bertepatan dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah masuk agama Islam dan para Sentana Agung Kasunanan Giri. Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
Berbeda dengan daerah-daerah Kabupaten lain khususnya di Jawa Timur yang kebanyakan mengambil sumber dari sesuatu prasasti, atau dari suatu Candi dan dari peninggalan sejarah yang lain, tetapi hari lahir lamongan mengambil sumber dari buku wasiat. Silsilah Kanjeng Sunan Giri yang ditulis tangan dalam huruf Jawa Kuno/Lama yang disimpan oleh Juru Kunci Makam Giri di Gresik. Almarhum Bapak Muhammad Baddawi di dalam buku tersebut ditulis, bahwa diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan dilakukan dalam pasamuan agung di Tahun 976 H. Yang ditulis dalam buku wasiat tersebut memang hanya tahunnya saja, sedangkan tanggal, hari dan bulannya tidak dituliskan.
Oleh karena itu, maka Panitia Khusus Penggali Hari Jadi Lamongan mencari pembuktian sebagai dasar yang kuat guna mencari dan menetapkan tanggal, hari dan bulannya. Setelah Panitia menelusuri buku sejarah, terutama yang bersangkutan dengan Kasunanan Giri, serta Sejarah para wali dan adat istiadat di waktu itu, akhirnya Panitia menemukan bukti, bahwa adat atau tradisi kuno yang berlaku di zaman Kasunanan Giri dan Kerajaan Islam di Jawa waktu itu, selalu melaksanakan pasamuan agung yang utama dengan memanggil menghadap para Adipati, Tumenggung serta para pembesar lainnya yang sudah memeluk agama Islam. Pasamuan Agung tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Hari Peringatan Islam tanggal 10 Dzulhijjah yang disebut Garebeg Besar atau Idhul Adha.
Dengan demikian jelas bahwa perkembangan daerah Lamongan sampai akhirnya menjadi wilayah Kabupaten Lamongan, sepenuhnya berlangsung di zaman keislaman dengan Kasultanan Pajang sebagai pusat pemerintahan. Tetapi yang bertindak meningkatkan Kranggan Lamongan menjadi Kabupaten Lamongan serta yang mengangkat/mewisuda Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama bukanlah Sultan Pajang, melainkan Kanjeng Sunan Giri IV. Hal itu disebabkan Kanjeng Sunan Giri prihatin terhadap Kasultanan Pajang yang selalu resah dan situasi pemerintahan yang kurang mantap. Disamping itu Kanjeng Sunan Giri juga merasa prihatin dengan adanya ancaman dan ulah para pedagang asing dari Eropa yaitu orang Portugis yang ingin menguasai Nusantara khususnya Pulau Jawa.
Nama kecil Tumenggung Surajaya adalah Hadi yang berasal dari dusun Cancing yang sekarang termasuk wilayah Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Sejak masih muda Hadi sudah nyuwito di Kasunanan Giri dan menjadi seorang santri yang dikasihi oleh Kanjeng Sunan Giri karena sifatnya yang baik, pemuda yang trampil, cakap dan cepat menguasai ajaran agama Islam serta seluk beluk pemerintahan. Disebabkan pertimbangan itu akhirnya Sunan Giri menunjuk Hadi untuk melaksanakan perintah menyebarkan Agama Islam dan sekaligus mengatur pemerintahan dan kehidupan Rakyat di Kawasan yang terletak di sebelah barat Kasunanan Giri yang bernama Kenduruan. Untuk melaksanakan tugas berat tersebut Sunan Giri memberikan Pangkat Rangga kepada Hadi.
Ringkas sejarahnya, Rangga Hadi dengan segenap pengikutnya dengan naik perahu melalui Kali Lamong, akhirnya dapat menemukan tempat yang bernama Kenduruan itu. Adapun kawasan yang disebut Kenduruan tersebut sampai sekarang masih ada dan tetap bernama Kenduruan, berstatus Kampung di Kelurahan Sidokumpul wilayah Kecamatan Lamongan. Di daerah baru tersebut ternyata semua usaha dan rencana Rangga Hadi dapat berjalan dengan mudah dan lancar, terutama di dalam usaha menyebarkan Agama Islam, mengatur pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Pesantren untuk menyebar Agama Islam peninggalan Rangga Hadi sampai sekarang masih ada.
4. Asal kata Lamongan
Nama Lamongan berasal dari kata “Lamong” bahasa Jawa Kuno menjadi Lamongan, seperti Surabaya menjadi Surabayan, Madura menjadi Maduran, Sawah menjadi Sawahan, Semarang menjadi Semarangan, Tuban menjadi Tubanan dll. Lamong berarti gila, meraban, meracau, gila asmara, tergesa-gesa, tipis, tembus pandang, cepat. Menurut kamus bahasa Jawa. Lamong terdiri dari dua suku kata, yaitu “la” dan “among” bahasa Sansekerta (Jawa Kuno) yaitu la = panjang, sulit ; among = memelihara, menguasai, melindungi, membina, mengayomi. Tapi arti sesungguhnya adalah "sulit dikuasai"
Kata “Lamongan” banyak dipakai orang antara lain nama Plamongan di Semarang, Kali Lamong dan desa Lamongrejo di Kecamatan Ngimbang, dan ada Gunung Lamongan. Dengan penjelasan bahwa Gunung Lamongan ditempati makam salah seorang Tumenggung Lamongan yang anti Belanda, juga merupakan gunung berapi yang kawahnya selalu berpindah menjadi Ranu.
5. Objek Wisata lamongan
Lamongan memiliki sejumlah obyek wisata menarik. Di daerah pantai terdapat obyek wisata Monumen Van der Wijck, Waduk Gondang, Wisata Bahari Lamongan. Gua Maharani terletak di Kecamatan Paciran, di tepi jalur utama pantura (jalan Raya Daendels dengan sebutan jalan Anyer - Panarukan), merupakan gua kapur yang sangat indah. Tak jauh dari Gua Maharani, terdapat Makam Sunan Drajat dan Makam Sunan Sendang Duwur, yakni penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Kedua makam tersebut memiliki arsitektur yang sangat dipengaruhi oleh Majapahit. Di dekat kompleks makam terdapat Museum Sunan Drajat. Wisata Bahari Lamongan menjadi andalan baru di Lamongan. Mampu menyedot jutaan peziarah dan wisatawan nusantara maupun manca negara. Keduanya kini jadi icon wisata dan pintu gerbang informasi perekonomian rakyat Lamongan dengan dunia luar. Tiada mengenal waktu, siang dan malam, berjalan kaki atau berombongan naik mobil dan bus-bus, berduyun-duyun orang silih berganti berdatangan berziarah mengunjungi makam Sunan Drajat dalam route tour Walisongo. Daya tarik Sunan Drajat membawa berkah mengalirnya uang bermilyar-milyar rupiah dari para peziarah, mampu menggerakkan berbagai aktifitas perekonomian rakyat. Fenomena sosial wisatawan religi, budaya dan ekonomi itu dikemas untuk menggerakkan perekonomian rakyatnya dengan memanfaatkan potensi kunjungan jutaan wisatawan religi yang tiada putus-putusnya itu, dihadang diroute bersejarah jalan raya Deandels untuk mampir pula menikmati keajaiban isi perut bumi Gua Maharani dan keindahan alam pantai wisata bahari Tanjung Kodok. Obyek wisata lokalan itu pun kemudian dibangun bertaraf internasional dengan manajemen modern dibawah payung PT. Bumi Lamongan Sejati, sebuah perusahaan patungan Pemerintah Kabupaten Lamongan dengan PT. Bunga Wangsa Sejati yang berhasil membangun dan mengembangkan Jatim Park Batu. Tanjung Kodok kini bertrade mark baru Wisata Bahari Lamongan WBL Tanjung Kodok atau Jatim Park II. Obyek wisata alam pantai berbatu cadas mirip kodok itu dulu tanggal 11 Juni 1983 dijadikan lokasi penelitian gejala astronomi gerhana matahari total oleh NASA Arnerika Serikat. Kini dilokasi .itu dibangun secara besar-besaran dan profesional dengan studi perpaduan konsep Wisata Bahari Ancol Jakarta, Singapura dan pantai Jepang.
6. Bentuk Budaya Kabupaten Lamongan
a. Budaya Fisik
· Tari Kiprah Balun dalam upacara sedekah bumi di Desa Banjargondang, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan. Kiprah Balun merupakan bentuk kesenian rakyat yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat pedesaan. Bentuk tarinya sederhana, dengan iringan gamelan jawa berlaras slendro
· Bagi masyarakat pesantren, khususnya di Jawa Timur wilayah Pantura, seni hadrah sudah menjadi bagian dari kegiatan masyarakat santri Pondok Pesantren yang tersebar di pelosok kota hingga desa-desa terpencil. Tanpa terbendung, seni Hadrah sudah menjadi trend tersendiri di masyarakat. Fungsi seni hadrah tidak hanya sekadar hiburan bagi masyarakat, tapi telah menjadi sarana berzikir kepada Allah dengan lantunan-lantunan pujian kepada Sang Pencipta alam dan Rasul-Nya.
b. Budaya Non Fisik
· Ketika seorang anak di lahirkan, tradisi Jawa mengenal dengan yang namanya neton (peringatan hari lahir), selapan, tujuh bulanan dan sebagainya.
· Tradisi "pitung dinan" (selamatan selama tujuh hari berturut-turut), nyatus (selamatan seratus hari kematian), dan sewon atau "nyewu" (seribu hari). "selamatan" seperti mendirikan rumah, peringatan sedekah desa dan lain sebagainya. Tradisi seperti ini kerap menimbulkan perdebatan di antara kaum "agamawan" karena dianggap bid’ah yakni kegiatan seremonial yang tidak ada acuan hukumnya dalam Al-qur'an dan hadist. Bagi masyarakat Jawa sendiri tradisi ini diyakini sebagai bentuk akulturasi dari kebudayaan hindu Jawa dan kebudayaan Islam. Bentuk upacara seremonialnya yang kental dengan tradisi Hindu Jawa lama kelamaan sirna dan berganti dengan istilah baru yakni “sedekah” atau “sedekahan” (mengambil konsep "shodaqoh" dalam Islam).
· Tradisi Nyumbang, Menyumbang merupakan bentuk perilaku masyarakat dalam meminimalisir dan mendistribusikan beban kehidupan mereka, terlebih dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian masa depan
· Budaya orang asli Lamongan yaitu pantangan untuk memakan ikan lele. Disebabkan ada mitos bahwa pendiri/sesepuh orang Lamongan pernah ditolong oleh seekor ikan lele, sehingga dia bersumpah bahwa tidak akan ada anak cucunya yang diperbolehkan makan lele. Itu sebagai wujud rasa terima kasih sesepuh tersebut.
· Budaya gadis melamar bujang, sebenarnya tidak asal main kasar langsung dilamar begitu. Tetapi, sebelum nya kedua pihak orang tua telah bertemu dan bermusyawarah. Selanjutnya disampaikan kepada pihak pria, kira-kira dia tertarik tidak dengan gadis yang akan datang melamar.
· Kepercayaan orang lamongan tidak boleh menikah dengan orang kediri.
§ Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.
7. Dialek Bahasa Lamongan
· Gos/cacak/gok : Mas
· Piye : Bagaimana
· Ma’e : Ibu
· Pa’e : Ayah
· Wae : Saja
· Geniyo : Kenapa
C. Kabupaten Gresik
1. Profil Wilayah dan Masyarakat Gresik
Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten memiliki luas 1.191,25km² di Jawa Timur, Indonesia. Berdasarkan hasil sementara Pencacahan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Kabupaten Gresik adalah 1.177.201 jiwa, yang terdiri atas 582.746 laki-laki dan 594.455 perempuan. Banyak lapisan masyarakat yang tinggal di kota Gresik, semua hidup dengan rukun tanpa membeda-bedakan. Di Gresik juga bisa kita temui berbagai macam tempat ibadah mulai dari Islam, Kristen dll. Setiap ada permasalah dapat didiskusikan dengan baik, karena masyarakat Gresik suka perdamaian. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Kabupaten Gresik adalah nelayan.
2. Asal Kata Gresik
Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java mengungkapkan bahwa nama Gresik berasal dari kata giri gisik, yang berarti "gunung di tepi pantai", merujuk pada topografi kota yang berada di pinggir pantai. 3. Sejarah Kota Gresik
Menurut catatan dari Tiongkok, Gresik didirikan di abad ke-14 oleh seorang Tionghoa. Sejak abad ke-11, Gresik menjadi Pusat perdagangan dan kota bandar yang dikunjungi oleh banyak bangsa seperti, Cina, Arab, campa dan Gujarat. Gresik juga sebagai pintu masuk Islam pertama di Jawa yang dibawa syekh Maulana Malik Ibrahim Bersama Fatimah binti Maimun. Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatera dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC. Tahun 1411 penguasa Gresik, seorang kelahiran Guangzhou, mengirim utusan ke kaisar Tiongkok. Di abad ke-15, Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional yang besar. Dalam Suma Oriental-nya, Tomé Pires menyebutnya sebagai "permata pulau Jawa di antara pelabuhan dagang". Pada era VOC, Afdeeling Gresik terdiri dari Kabupaten Gresik, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sedayu. Kota Gresik sendiri berada pada jalur utama jalan pos Daendels. Perkembangan Surabaya yang cukup pesat memaksa dihapuskannya Kabupaten Gresik dan bergabung dengan Kabupaten Surabaya pada tahun 1934. Tiga tonggak sejarah awal Kota Gresik dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kemudian diajukan pada DPRD Kabupaten Gresik. Ketiga tonggak sejarah itu adalah:
a. Pada tahun 1387 M, dimana nama Gresik untuk pertama kalinya tertulis dalam Prasasti Karang Bogem.
b. Pada tahun 1487 M (894 H), dimana nama Gresik mulai terkenal luas setelah penobatan Sunan Giri menjadi Raja Giri dengan gelar Prabu Satmata.
c. Pada tahun 1387 M, dimana telah mendarat seorang ulama bernama Maulana Malik Ibrahim di Gresik untuk menyebarkan agama Islam sambil berdagang, kemudian oleh raja Majapahit ditunjuk sebagai syahbandar Gresik sebagai penghubung antara penguasa dengan pedagang.
Dalam rapat DPRD tanggal 1 Agustus 1991, atas dasar tiga alternatif di atas dan berdasarkan Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gresik tanggal 3 Juli tahun 1991 Nomor 433/1202/403.24/91 tentang Rencana Penetapan Hari Jadi Kota Gresik tanggal 9 Maret 1487 M, maka diusulkan kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan.
Surat Keputusan DPRD Tingkat II Gresik Nomor KPTS/30/DPRD II/1991, tanggal 1 Agustus 1991, tentang hasil keputusan rapat penentuan Hari Jadi Kota Gresik tanggal 9 Maret 1487 M (12 Rabiul Awal 894 M). Sebagai tindak lanjutnya, maka Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gresik mengeluarkan Surat Keputusan tanggal 2 November 1991 Nomor 248 tahun 1991 tentang penetapan Hari Jadi Kota Gresik tanggal 9 Maret 1487 M dan diumumkan dalam lembaran Daerah Kabupaten Gresik. (Soekarman, 2003).
4. Bentuk Budaya Gresik
a. Budaya Fisik
· Pencak macan, merupakan salah satu seni warisan leluhur, bertujuan untuk menjamu tamu-tamu yang datang dari manca negara, yang berkunjunga ke kota santri Gresik.
· Makanan khas Gresik adalah nasi krawu, otak-otak bandeng,Bonggolan, pudak, Jubung, ayas, ubus, Gajih pinggir, dan Bontosan Giri yang hanya ada di daerah sekitar makam Sunan Giri. · Minuman khas Gresik adalah es siwalan, Legen panceng, temu lawak, wedang pokak dan Kopi Giras yang tersedia di warung kopi yang banyak tersebar hampir disetiap sudut-sudut gang (Warung Cangkruan).
b. Budaya Non Fisik
· Upacara sedekah bumi.
· Khol adalah salah satu bentuk penghormatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat, pada saat ulang tahun kewafatannya ditempat dimana dimakamkan. Dalam khol ini, dilakukan pembacaan tahlil dan juga ada yang disertai dengan pembacaan riwayat hidup dari yang dikholi.
· Rebo wekasan adalah sebuah acara unik yang diadakannya setiap hari Rabu terakhir di bulan jawa Sapar setiap tahunnya. Hikayatnya, pada masa Sunan Giri di musim kemarau panjang pada hari tersebut. Selain itu ada tradisi yang telah cukup lama hingga sekarang masih terus berlangsung yakni tradisi malem selawe dan pasar bandeng. 5. Objek Wisata Gresik
Sejumlah pariwisata andalan di Gresik adalah Makam Maulana Malik Ibrahim (di Gapuro), Makam Sunan Giri (di desa Giri), Makam Sunan Prapen (Cucu Sunan Giri) di desa Klangonan, Makam Fatimah binti Maimun, Makam Kanjeng Sepuh dan Petilasan sunan kalijaga di Kawasan Gunung Surowiti kecamatan Panceng di Kabupaten Gresik; yang kesemuanya telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan ilmu pengetahuan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pulau Bawean merupakan tujuan wisata bahari, yang terdapat suaka alam dan suaka margasatwa, wisata pantai "pasir putih" yang berada di desa dalegan kecamatan Panceng yang menyuguhkan suasana hiburan pemandangan laut, bermain dan mandi di pantai yang aman dan nyaman. Muara Bengawan Solo (sungai terpanjang di P. Jawa) merupakan kawasan yang tidak kalah menariknya untuk dikunjungi. 6. Dialek Bahasa Gresik
· Reank : Aku (laki-laki)
· Isun : Aku (perempuan)
· Wae : Saja
· Yaapo : Bagaimana
· Olo : Jelek
D. Kabupaten Tuban
1. Profil Wilayah dan Masyarakat Tuban
Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km. Penduduknya berjumlah sekitar 1 juta jiwa. Tuban disebut sebagai Kota Wali karena Tuban adalah salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam namun beberapa kalangan ada yang memberikan julukan sebagai kota tuak karena daerah Tuban sangat terkenal akan penghasil minuman (tuwak & legen) yang berasal dari sari bunga siwalan (ental). Beberapa obyek wisata di Tuban yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Makam Wali, contohnya Sunan Bonang, Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi (Palang), Sunan Bejagung dll. Selain sebagai kota Wali, Tuban dikenal sebagai Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang berada pada deretan Pegunungan Kapur Utara. Bahkan beberapa Goa di Tuban terdapat stalaktit dan Stalakmit. Goa yang terkenal di Tuban adalah Goa Akbar, Goa Putri Asih, dll. Tuban terletak di tepi pantai pulau Jawa bagian utara, dengan batas-batas wilayah: utara laut Jawa, sebelah timur Lamongan, sebelah selatan Bojonegoro, dan barat Rembang dan Blora Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas 22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o 40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara 5 Kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung Utara dan bagian Barat Jawa Timur yang berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang.Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 m yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Solo menuju Gresik. Tuban mayoritas Suku Budayanya adalah Suku Jawa dan minoritas diantaranya adalah suku lain, seperti suku Madura, suku Tionghoa, suku Kalimantan, dll. 2. Asal Kata Tuban
Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar. Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu. 3. Sejarah Kota Tuban
Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal harijadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena memiliki armada laut yang sangat kuat.
Perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah sangatlah gigih. Dengan bersenjatakan Bambu Runcing, mereka melawan penjajah. Namun, strategi masyarakat Tuban adalah dengan menggunakan Tuak, maksudnya, Penjajah disuguhi minuman memabukkan tersebut. Ketika mereka sudah tidak sadarkan diri, mereka menyerang dan menghancurkan pos dan benteng pertahanan penjajah. Seiring kemajuan zaman, Tuban sekarang tidak sepenting dulu. Tuban sekarang sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini. 4. Bentuk Budaya Tuban
a. Budaya Fisik
· Kebudayaan asli Tuban beragam, salah satunya adalah sandur. Budaya lainnya adalah Reog yang banyak ditemui di Kecamatan Jatirogo. Namun ada hal menarik ketika memperingati Haul Sunan Bonang, dimana ribuan umat muslim dari seluruh Indonesia tumpah ruah memadatai kota khususnya kompleks pemakaman Sunan Bonang. Ada juga Ulang Tahun Klenteng Kwan Sing Bio yang sudah masuk dalam agenda kota dan ada juga sedekah bumi bagi masyarakat pesisir. · Minuman khas tuban adalah tuak. Tuak adalah cairan (legen)dari tandan buah pohon lontar (masyarakat menyebutnya uwit bogor) yang difermentasikan sehingga sedikit memabukkan karena mengandung alkohol. Sedianya legen dibuat menjadi gula jawa, atau dapat juga langsung diminum sebagai minuman yang menyegarkan dan tentu saja, tidak memabukkan, selain itu buah dari pohon lontar (ental atau siwalan ) ini juga bisa dimakan dan berasa manis serta kenyal.
· Cenderamata khas yang bisa dibeli adalah kain tenun (batikgedog) dengan motif yang sangat khas. Motif khas ini juga bisa kita temui dalam bentuk kaos, baju wanita, dan selendang yang bisa didapatkan di daerah Kecamatan Kerek. · Disamping itu ada juga cinderamata berupa miniatur tempat berjualan Legen (minuman khas tuban) yang disebut "ONGKEK". Bentuknya seperti tempat berjualan Soto tetapi terbuat dari bambu. Miniatur ini banyak dijual di toko yang menjual oleh-oleh khas Tuban. Selain itu, Tuban juga terkenal sebagai kota Tuak (atau toak dalam bahasa lokal).
b. Budaya Non Fisik
· Kir (Budaya sedekah bumi dituban)
· Sedekkah Laut ini bisa meredam amarah Sang Danyang, sehingga cuaca laut membaik dan nelayan bisa melaut dengan hasil tangkapan cukup.
5. Objek Wisata
a. Goa Akbar yang terletak di Ngaban, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding. b. Gua putri asih ini terletak di daerah montong kabupaten tuban.Jawa Timur. Gua ini sangat indah sekali dan terletak ditengah hutan jati yang masih alami. d. Pemandian Bekti Harjo mempunyai Lokasi yang terletak sekitar 5 km dari kota Tuban Jawa Timur,. e. Goa Ngerong adalah suatu gua dan tempat wisata di Kecamatan Rengel, Tuban, Jawa Timur.Tempat wisata air terjun "Nglirip" terletak di wilayah kecamatan Singgahan, ± 35 KM arah barat daya dari Kota Tuban.Jawa Timur. f. Krawak yang satu ini tidak kalah dengan yang lain. Krawak adalah merupakan salah satu objek wisata yang berupa sungai.
6. Dialek Bahasa Tuban
Leh : Tambahan
E. Kabupaten Bojonegoro
1. Profil Wilayah dan Masyarakat Bojonegoro
Bengawan Solo mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Kota Bojonegoro terletak di jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Kota ini juga dilintasi jalur kereta api jalur Surabaya-Semarang-Jakarta. Kabupaten Bojonegoro terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 419 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bojonegoro. 2. Sejarah Kota Bojonegoro
Di waktu masa maha raja balitung (th – 910 M) yang menguasai jawa tengah dan jawa timur daerah yang sekarang dikenal dengan nama Bojonegoro belumlah ada. Yang ada hanyalah hutan luas yang di impit oleh pegunungan kapur di sebelah selatan dan utara yang dilewati sungai bengawan solo dan sungai brantas.
Kira-kira tahun 1000 masehi baru hutan ini yang menduduki yaitu orang-orang keratin madang kemulan. Awal mulanya hutan ini diberi nama “Alas Tuo” namun setelah didatang masyarakat imigran dari jawa tengah. Mulai banyak didirikan desa-desa disekitar hutan. Para pendatang yang mendirikan desa-desa itu membuat masyarakat sendiri berdasarakan hubungan keluarga. Di tiap-tiap masyarakat tersebut terdapat kepala desa. Di antara kepala desa tersebut ada seorang kepala desa yang bernama Ki Rahadi yang menguasai Dukuh Randu Gempol. Akibat masuk kebudayaan hindu yang di terima Ki Rahadi maka cara pemerentahan meniru cara pemerentahan hindu. Nama Ki Raharadi di ubah Rakai Purnawakilan. Dukuh Randu Gempol diubah menjadi kerajaan Hurandhu Purwo (sekarang tempatnya di plesungan kapas). Beliau mengangkat dirinya sendiri menjadi raja yang mempunyai aliran Syiwa. Kerajaan diperluas dari gunung pegat hutan Babatan (sekarang babat) sampai purwosari cepu dan jatirogo (tuban) samapi layaknya benteng pertahanan kerajaan. Pusat kerajaan berlokasi di daerah kedaton (sekrang di daerah kapas). Jalan propinsi kota bojonegoro (Jl. Gajah Mada, dipenogoro, kartini, AKBP M. suroko samapai jalan jakasa agung suprapto) dulunya masih berupa sungai besar yang sekarang dinamakan sungai bengawan solo yang waktu itu ramai sekali digunakan untuk perdagangan. Tempat raja berburu di desa padang dan sumberarum sekarang. Kerajaan Hurarandu purwa musnah bersamaan dengan hilangnya raja rakai pikatan secara turun menurun. Disuatu waktu R.T joyonegoro malihat R.M Suratin R.T Sosrodiningrat seebagai bupati mojoranu memakai kebesan kerajaan. Saat itu juga R.M Suratin ditangkap dan dijebloskan ke penjara Rajekwesi. Kejadian itu diketahui R.T Sorodilogo. Setelah berunding dengan patih demangan R. Sumodiroojo dan demang kapoh maka R.T Sosrodilogo meminta bantuan pengeran dipenogoro dari mataram akhirnya dikirm bala bantuan sebanyak 40 orang.
Sengaja di buat lantaran akhirnya terjadi peperangan kecil diantara Mojoranu dan Rajekwesi. Ke 40 oarang dari mataram akhirnya ditwan dan pateh demangan R. Sumodirjo gugur dan dimakamkan di desa bendo (kapas) R.T Sosrodilogo juga dimasukan ke penjara dan dituduh sebagai pemberontak dipenjara di rajekwesi R.T Sosrodilogo bertemu dengan adiknya R.M Suratin. Keduanya akan mengadakan pemberontakan dengan perencanaan yang lebih matang dan rapi. Akhirnya keduanya bida lepas dari penjara dan peperangan dimulai kembali. Kabupaten Rajekwesi dikepung dari berbagai arah. Dalam peperangan ini patih somodikaran gugur dan dimakamkan di desa yang sekarang disebut desa Sumodikaran (dander). Kekuatan kerajaan rajegwesi melemah. Pasukan mojoranu terus maju dan mendesak pasukan rajekwesi (rajekwesi hancur).
Pada daerah yang msih dikuasai pemerentahan belanda maka belanda mendirikan maracas kecil dan pos-pos pertahanan. Diantaranya di rembang Blora. Rajekwesi, Bancar, Jatirogo, Planturan, Babat, Kapas dll. Pasukan belanda semakin meningkatkan pertahanannya untuk mengimbangi pemberontakan rakyat. Sementra itu pahlawan R.T Sosrodilogo di rajekwesi dan sekitarnya. Kemenangan Sosrodilogo bersama pengikut merebut rajekwesi akhirnya menimbulkan semangat perlawanan terhadap belanda di daerah lain. Kota Baorno yang diduduki belanda yang berda di perbatasan Surabaya dan tuban meraka kewalahan dan terancam. Pasukan rakyat juga menguasai daerah selatan padangan. Diteruskan kemudian akanmenyerang kota ngawi. Bisa dikatakan diakhiri. Tahun 1827 di daerah rajekwesi di penuhi dengan pemberontakan dan peperangan.
Pahlawan rakyat melawan pemrenthan belnda si awali dari pecahnya oerang di penogoro di mataram pda tahun 1825. R.T Sosrodilogo yang memimpin pasukannya merebut rejekwesi sempat juga di jadikan perwira pasukan kraton Yogyakrata dan pangeran dipenogoro. Perlawanan rakyat juga dialami di kota blora dipimpin oleh Raden Ngabel Tortonoto yang akhirnya menguasai kota blora. Akhirnya kota rajekwesi dibakar hangus oleh pasukan mojoranu R.T Sosrodilogo bersama pasukannya menguasai semua daerah sekitar kabupaten rejekwesi. Bupati rajekwesi R.T joyonegoro melarikan diri meminta ke bupati sedayu. Sebelum sampai kabupaten sedayu teryata R.T joyonegoro bertemu dengan bupati sedayu di bengawan solo yang sudah siap dengan bala tentaranya yang akan membantu R.T joyonegoro. Kabupaten sedayu merupakan sekutu rajekwesi yang sama-sama mengakui kekuasaan pemerentahan belanda. Di pinggir daerah rajekwesi bupati sedayu bersama pasukanya mendirikan markas-marakas kecil sementara pasukan lainya diperentah untuk menyerbu kabupaten mojoranu. Sesampai di kabupaten mojoranu pasukan sedayu bertempur dengan pasukan mojoranu. Pasukan sedayu yang berasal dari orang-orang masura dan makasar akhirnya terdesak dan kembali ke markasanya.
Kota rajekwesi akhirnya diduduki oleh R.T Sosrodilogo salah satu kesalahan besar pasukan rakyat adalah setelah mengalami kemenangan dalam peperangan. Banyak dari pasukan itu mau bersenang-senang dahulu sebelum meneruskan peperangan selanjutnya. Hal ini di manfaatkan oleh belanda untuk mengumpulkan dan menata kekuatan kembali. Bantuan dari belanda mengalir terus menerus ke rembang dan rejekwesi. Pasukan belandaa dari padangan akhirnya dikirim masuk ke kota rajekwesi pasukan rakyat semakin terdesak. mojoranu dapat dikalahkan R.T Sosrodilogo bersama pasukan yang tersisa melarikan diri. Pada tanggal 26 januari 1828 belanda dapat memasuki kota rajekwesi. R.T Sorodilogo malarikan diri ke arah selatan planturan. Semangat pangikut R.T Sosrodilogo menjadi lemah. Pada tanggal 7 maret 1828 bisa dikatakan pahlawan rakyat di daerah rembang. Rajekwesi dan lain-lain dianggap rampung. R.T Sosrodilogo bersama saudarannya yaitu raden bagus menjadi buronan oleh pihak belanda. Belanda mengadakan seyembara untuk menangkap kesua orang tersebut. Raden bagus akhirnya diserahkan kepada bupati setempat R.T Sosrodilogo melarikan diri ke jawa tengah dan bergabung dalam peperangan dipenogoro. Namun ahirnya pada tanggal 3 oktober 1828 R.T Sosrodilogo menyerah kepada belanda.
Setelah peperangan usai maka pemerentahan belanda mengundang R.T Sosorodilogo dan bupati sedayu menghadiri pesta besar-besaran (suka-suka bojono) untuk merayakan keberhasilan mengalahkan pasukan mojoranu. Saat itu pula pemerentah belanda mengangkat R.T Joyonegoro menjadi bupati bojonegoro. Nama kabupaten bojonegoro di ambil untuk menggantikan kerajaan rajekwesi yang sudah hancur. BOJO yang berarti bersenang-senang dalam perayaan tersebut. Sedangkan NEGORO berati Negara. Saat itu pemerentahan belanda dipimpin oleh H. Marcus De Kock dengan perangkat Letnan Gubernur Jendar (1826-1830). R.T Joyonegoro Bupati Bojonegoro 1827-1844.Berdasarkan cerita pusat kabupaten rejekwesi dulunya terletak di daerah Ngumpak Dalem, maka setelah peperangan dipindah ke daerah boghadung yang terletak di sebelah utara rajekwesi. Berdasarkan pertimbangan pada pejabat waktu itu. Tidak baik mendirikan Negara di lokasi yang sama dengan alas an rejekwesi pernah kalah dalam peperangan mojoranu. Desa Boghadung yang terletak sebelah utara bengawan solo masih ikut darah tuban waktu itu. Di tahun 1828 bengawan solo sudah terpecah menjadi dua aliran. Desa Boghadung yang tedinya berada di sebelah utara bengawan. Setelah pindah di Boghadung ini kabupaten rajekwesi berubah menjadi nama Bojonegoro.
3. Bentuk Budaya Bojonegoro
a. Budaya Fisik
· Wayang thengul salah satu kesenian khas bojonegoro, Wayang ini berbentuk 3 dimensi dan biasanya dimainkan dengan diiringi gamelan pelog/slendro.
· Kesenian Nagaruda Bojonegoro, merupakan tari yang mengambarkan pertarungan antara burung garuda dan naga. Dalam legenda yang ada, burung garuda merupakan penjelmaan raja Malawapati, Prabu Angling Dharma.
· Kesenian tradisional "Sandur" sebagai sarana pelestarian nilai-nilai kearifan lokal di desa Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro.
· Ledre adalah makanan khas Bojonegoro yang berbentuk gapit dengan aroma khas pisang raja yang manis, namun dengan adanya persainagn pasar disamping aroma pisang raja sekarang sudah berkembang ada aroma coklat, strawberi, moca, dan keju.
· Soto santan rajawali yang harum, lezat dan menggugah selera yang merupakan khas bojonegoro.
· Emping garut
· Wayang Krucil dibuat dari kayu, biasanya kayu randu
b. Budaya Non Fisik
· Sedekah bumi
· Tradisi nyadranan adalah pesta rakyat pedesaan sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Tuhan atas bumi yang dihuninya bisa menjadi sumber kehidupan.
4. Objek Wisata
a. Waduk Pacal yang terletak kurang lebih 35 Km dari arah selatan ibukota Kabupaten Bojonegoro adalah merupakan obyek wisata alam dan untuk menuju ke obyek wisata tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi (mobil / sepeda motor)
b. Nama Kayangan Api Adalah berupa sumber api yang tak kunjung padam yang terletak pada kawasan hutan lindung di Desa Sendangharjo Kecamatan Ngasem,
c. Wisata Tirtawana Dender merupakan wisata yang terletak di kecamatan dander, 11 Km dari kota Bojonegoro Jawa Timur.Tempat wisata ini memiliki keunggulan geografis dikarenakan alamnya yang sejuk. 5. Dialek Bahasa Bojoegoro
· Maksutem : Apa maksutnya
· Nggonem : Milikmu
· Bluron : Mandi di sungai
· Piyeleh : Bagaimana
· Anggitem : Apa yang kamu kehendakai, apa yang diinginkan
· Mbok anggep : Kamu menggangap apa
· Pasemem : Menurutmu
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia adalah negara yang kaya. Budaya di salah satu profinsinya saja, yaitu Jawa Timur sudah sangat beragam. Budayanya antara lain Madura, Tapal Kuda, Pantura, Mataraman, dan Arek.
Madura, mencakup seluruh kabupaten yang ada di pulau Madura, yaitu, Bangkalan, Pamengkasan, Sumenep. Tapal Kuda, meliputi Pasuruan dan Banyuwangi. Pantura, yaitu dari Lamongan, Gresik, Tuban, dan Bojonegoro bagian Utara. Mataraman, untuk kabupaten Jombang, Ngawi, Pacita, Mediun, dan sekitarnya. Arek, untuk daerah ibu kota Surabaya, sidoarjo, dan sebagian Mojokerto.
Seperti yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, bahwa pembahasan makalah ini fokus pada kebudayaan Pantura. Telah di jelaskan pula kabupaten yang termasuk dalam budaya Pantura. Meskipu berada dalam satu ruang lingkup yang sama, namun ternyata kebudayaan yang dimiliki sangat beragam. Mulai dari bentuk tradisi, ritual, seni, hingga dialeg bahasanya. Ini merupakan satu bukti bahwa negara kita memang sangat kaya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lamongan
http://www.lamongankab.go.id
http://lamongan-kota.blogspot.com/2009/12/nama-dan-sifat-orang-lamongan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gresik
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tuban
http://www.wisatanesia.com/2010/05/wisata-tuban.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bojonegoro
http://priandoyo.wordpress.com/2007/07/02/kucing-garong-dan-apresiasi-seni-masyarakat-pantura/
http://mdev.detik.com/read/2011/07/28/082643/1691027/471/makna-sosial-tradisi-nyumbang
http://wasiat-jakarta.blogspot.com/2010/01/festival-seni-hadrah-se-jawa-timur.html
http://digilib.unesa.org/index.php?com=digilib&view=detil&id=6610
http://sosbud.kompasiana.com/2010/07/21/di-lamonganmasih-ada-adat-gadis-melamar-bujang/
http://phanjoel.wordpress.com/2009/12/21/upacara-tingkepan/
http://arenga354.blogspot.com/2009/05/potensi-di-daerah-lamongan.html
http://www.martechindo.com/gresik.html
http://www.psb-psma.org/content/blog/sejarah-hari-jadi-kota-gresik
http://www.psb-psma.org/content/blog/upacara-adat-desa-setro-menganti-gresik
http://ongkeksuling.wordpress.com/the-special-events/