Unsur budaya
Jawa memang sangat kuat dirasakan pada Film Java
Heat. Terhitung sejak awal scene saja, Java Heat sudah membuka
filmnya dengan establish Candi
Borobudur disertai teks yang bertuliskan “Jawa Indonesia. Negara ke empat
terbesar di dunia. Negara dengan muslim terbanyak di dunia”, serta memperkenalkan
tentang kepemimpinan Jawa oleh Kesultanan.
Secara garis
besar, Java Heat bercerita tentang perjuangan
seorang Marinir Amerika Serikat bernama Jake, bersama seorang Detektif dari Datasemen
88 bernama Hashim, dalam mencari pelaku pengeboman yang terjadi di Pesta Keraton
Yogyakarta hingga menewaskan putri Keraton, yaitu Sultana.
Tidak berhenti
di situ, pengeboman tersebut ternyata hanya sebagai pengalihan yang direncanakan
si pelaku untuk mencuri perhiasan Mahkota Jawa, yang kala itu sedang dipamerkan
kepada publik oleh Sultana karena hendak dijual.
Konflik dalam
cerita pun menjadi semakin rumit. Namun, meski di awal film yang dikambing
hitamkan adalah teroris muslim, tapi diakhir semua mulai terjawab bahwa pelaku
utama yang menjadi otak dari semua kejahatan yang telah terjadi adalah Malik,
seorang pencuri perhiasan dari Amerika Serikat yang menjadi buronan polisi di
sana.
Oleh Sutradaranya
yaitu Conor Allyn, film ini memang dikenalkan sebagai film Hollywood yang bergenre action
dengan menggunakan bahasa Inggris di sebagian besar dialognya. Namun dalam
produksinya, keseluruhan film ini justru diambil di Jawa Tengah. Dan karena hal
tersebutlah, film ini ikut membawa atau menampilkan konten budaya lokal di Jawa
Tengah, guna memenuhi asas kesesuaian dalam sinematografi yang bertujuan untuk
pencapaian nilai estetika yang tinggi pada film. Unsur-unsur budaya Jawa yang
terdapat dalam film tersebut antara lain:
1.
Icon Jawa
a.
Candi
Borobudur
Candi
Borobudur yang merupakan salah satu icon
Jawa ditampilkan sebagai establish
pada menit awal ketika film dimulai. Candi Borobudur juga menjadi lokasi
syuting untuk adegan puncak dalam film, yakni pada scene 39 yang berlokasi di Stupa Borobudur.
Perkembangan
arsitektur Jawa pada abad 13-15M banyak dipengaruhi oleh Hindu-Budha, hal ini
tampak pada banyaknya candi-candi di tanah Jawa yang memiliki banyak persamaan
dengan candi-candi yang ada di India.
Candi-candi
yang ada di Jawa sangat terkenal di dunia. Candi-candi ini lah yang kemudian
membawa identitas yang begitu kuat bagi Indonesia dimata dunia, kususnya tanah
Jawa. Oleh karena itu, Candi Borobudur yang pernah menjadi salah satu keajaiban
dunia ini dipilih sebagai icon yang
dirasa mampu mewakili tanah Jawa dalam film Java
Heat.
b.
Keraton
Yogyakarta
Selain Candi
Borobudur, Keraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintah di Yogyakarta juga ditampilkan
dalam film bersama dengan sistem kepemimpinannya yang di bawahi oleh
Kesultanan.
Jawa tengah
memiliki 2 keraton besar, yaitu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Keraton
Yogjakarta) serta Keraton Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo). Ciri khas Jawa
melekat erat pada kedua keraton ini. Seperti halnya arsitektur, Keraton Yogja
menggunakan Joglo sebagai ciri khas arsitektur Jawa. Hal ini juga tampak pada
Keraton Solo yang juga memiliki Joglo. Namun, Keraton Jogja yang dibangun
secara bertahap hingga tahun 1790 dan didesain langsung oleh Sultan
Hamengkubuwono I dikatakan mewakili kesempurnaan arsitektur Jawa. Oleh karena
itu, dipilihlah Keraton Yogja dalam film Java Heat yang menggambarkan keindahan
arsitektur Jawa.
2.
Bahasa
Bahasa Jawa digunakan
dalam dialog antar pemain, tepatnya pada scene
3, 9, dan 40, yaitu dengan menggunakan kata ‘Mas’ ketika memanggil kakak
laki-laki. Dialog tersebut diucapkan langsung oleh Nita, Vitria, dan Hashim
sebagai warga lokal, yang memanggil Jake—seorang warga Amerika dengan
menambahkan kata ‘Mas’ di depannya.
Keragaman
budaya yang ada Indonesia membuat Indonesia memiliki keragaman bahasa pula.
Masing masing bahasa itu sendiri memiliki ciri khas dalam pelantunan dan
pelafalannya, serta kata-katanya yang beraneka ragam sesuai dengan daerah
asalnya.
Ketika Sunda
yang memanggil kakak laki-laki dengan kata ‘Aa’, Bali dengan kata ‘Bli’, dan
betawi dengan kata ‘Abang’, maka Jawa memiliki kata ‘Mas’ sebagai panggilan untuk
kakak laki-laki. Itu lah sebabnya penggunaan kata ini digunakan dalam film
karena bisa mewakili Jawa.
3.
Kesenian
a.
Wayang Kulit
dan Gamelan
Wayang kulit
dan gamelan sebagai salah satu kesenian Jawa turut ditampilkan pada scene 6. Kala itu diceritakan bahwa salah
satu pemain sedang jalan-jalan di Pasar Malam yang di dalamnya terdapat hiburan
berupa pertunjukan wayang dan diiringi dengan permainan musik gamelan.
Wayang kulit
merupakan kesenian dari tanah Jawa yang tidak kalah menonjol dengan kesenian
dari daerah lain. Wayang kulit juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya
asli Indonesia oleh UNESCO pada 7 November 2003. Hal ini lah yang kemudian
mempertegas eksistensi wayang sebagai kesenian Indonesia di mata dunia.
Gamelan
sendiri merupakan salah satu unsur musik yang terdapat di setiap pagelaran
wayang kulit lengkap dengan sinden sebagai penyanyinya. Dikarenakan gamelan
mengisi setiap pergerakan dari wayang kulit yang dimainkan oleh dalang (pemain
wayang), maka sebuah pagelaran wayang kulit tidak dapat dipisahkan dari
gamelan. Dan karena eksistensinya lah, wayang kulit dan gamelan dipilih sebagai
kesenian yang memperkuat unsur budaya Jawa dalam film Java Heat.
b.
Tari Merak
Selain wayang
kulit dan gamelan, tari merak juga ditampilkan pada scene 12 dan 23 sebagai kesenian Jawa yang diangkat pada film.
Tari ini
berasal dari daerah yang sama dengan Keraton Yogya dan Candi Borobudur, yaitu
Jawa Tengah. Sehingga, dihadirkannya tarian ini turut mejadi pelengkap kesenian
budaya Jawa yang ditampilkan pada film Java
Heat.
c.
Pencak Silat
Seni bela diri
Jawa berupa pencak silat diperkenalkan langsung pada scene 30 melalui adegan Hashim yang membanting tubuh Jake
menggunakan jurus silatnya.
Pencak silat
sebagai salah satu seni bela diri asli Indonesia, telah diakui eksistensinya
hingga ke luar negeri. Di Indonesia sendiri pencak silat terdiri dari beberapa
aliran yang memiliki ciri khas dalam setiap gerakannnya. Hal inilah yang
kemudian membedakan teknik serta keindahan gerakan dari masing-masing aliran
tersebut. Dan diangkatnya adegan pencak silat pada scene 30 ini, makin memperluas gambaran akan kekayaan budaya Jawa
di mata dunia.
d.
Kebaya
Dalam film,
pakaian kebaya ditampilkan melalui adegan Sultana sebagai Putri Keraton yang
menghadiri Pesta Keraton dengan memakai kebaya pada scene 1.
Sebagai
pakaian tradisional, pakaian wanita asli Jawa ini memang kerap kali
dipergunakan dalam acara-acara formal seperti pesta. Kebaya yang selalu
dipadukan dengan selendang sebagai bawahan ini, juga ditampilkan dalam film Java Heat guna memperkental konten
budaya Jawa yang terdapat pada film.
e.
Batik
Pakaian batik
yang termasuk wujud kesenian budaya Jawa juga ditampilkan berulang kali dalam
film Java Heat. Terlihat dari awal scene saja batik sudah menjadi topik
obrolan pemain yang dikenalkan sebagai baju yang bersifat formal. Dan ditambah
lagi pada scene-scene lain ketika
batik dipilih sebagai kostum pemain.
Awalnya, batik
adalah busana yang lebih sering dikenakan oleh laki-laki dan dipasangkan dengan
kebaya yang dikenakan oleh perempuan. Namun seiring dengan perkembangan zaman,
batik mulai banyak dipakai oleh perempuan.
Batik memiliki
berbagai macam motif sesuai dengan ciri khas dari daerah asalnya. Oleh karena
itu, meski di Indonesia banyak daerah yang menjadi pengrajin batik, namun akan
tetap ada perbedaan antara batik yang satu dengan lainnya.
Batik adalah kekayaan budaya Indonesia yang telah
ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Sebagai bentuk kecintaan terhadap
kekayaan budaya tanah air, Pemerintah menetapkan batik sebagai pakaian yang wajib
dikenakan setiap hari Jumat dan Sabtu. Dan dengan diangkatnya batik dalam film Java Heat, maka dapat memperkenalkan
kepada dunia akan keindahan batik yang merupakan kesenian asli dari Indonesia.
f.
Keris
Keris adalah adalah senjata tikam pendek yang berujung runcing dan tajam
pada kedua sisinya. Keris memiliki lengkungan yang membuat bentuknya unik
hingga mudah dibedakan dengan senjata tajam lainnya.
Keris diperkirakan telah digunakan oleh masayarakat Jawa sebelum 9
Masehi. Hal ini terlihat pada motif di Candi Borobudur yang memperlihatkan
seseorang memegang senjata seperti keris.
Secara simbolis, keris melambangkan keperkasaan, kedewasaan, serta
kejantanan. Hal ini lah yang kemudian divisualisasikan pada film Java Heat dalam adegan di mana keris
dipergunakan untuk menyerang seseorang yang dianggap sebagai lawan, yaitu pada scene 38 ketika Perdana Mentri Keraton
menyerang Malik menggunakan kerisnya.
4.
Nilai budaya Jawa
Nilai budaya
masyarakat Jawa dalam berhubungan dengan sesamanya yakni saling menghormati,
juga dimunculkan dalam film Java Heat.
Tepatnya pada scene 9 dan 29 yang
menggambarkan tentang kebiasaan masyarakat Jawa, yaitu mencium tangan orang
yang lebih tua (dari segi umur atau derajatnya) baik ketika bertemu atau
berpamitan, serta berbicara dan bersikap sopan kepada mereka.
Dalam budaya Jawa
tata karma dikenal dengan istilah unggah-ungguh.
Nilai-nilai inilah yang tidak luput dari pengamatan Conor sebagai Sutradara Java Heat. Masyarakt Jawa yang sangat
menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, turut dihadirkan sebagai identitas
Jawa pada film Java Heat.
Selain temuan
mengenai budaya Jawa yang ditampilkan dalam film, terdapat juga pesan atau
maksud yang ingin disampaikan Conor Allyn melalui karyanya ini. Sebuah pesan
yang justru tidak banyak diketahui/disadari oleh masyarakat Indonesia terutama
Jawa, karena mereka sudah terlanjur bangga mengetahui budayanya diangkat ke
dalam film Internasional.
Dibandingkan
dengan masyarakat kelas menengah ke atas, masyarakat kelas menengah ke bawah di
Indonesia memiliki lebih banyak konflik dalam hidupannya. Dengan jumlah perokok
di Indonesia yang didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, seolah
memberi simpulan bahwa sebagian besar dari mereka yang banyak merokok,
melakukannya karena memiliki banyak masalah.
Di menit awal ketika
film ini dimulai, divisualisasikan dua orang polisi Yogyakarta sedang
mengintrogasi seorang warga asing dari Amerika sambil merokok. Dan ketika
polisi tersebut bertatapan serta berbicara langsung dengan orang Amerika, sikap
yang sengaja dihadirkan adalah sikap tegang hingga berkeringat.
Rokok sebagai
properti yang sengaja digunakan dalam adegan introgasi, memberi penjelasan
bahwa kedua polisi tersebut adalah masyarakat kelas menengah ke bawah yang
memiliki banyak masalah. Dan sikap tegang hingga berkeringat dari polisi
tersebut menunjukkan bahwa ada ketakutan dari Indonesia terhadap Amerika.
Masih pada scene yang sama, dihadirkannya simbol
panah dengan tulisan kiblat di ruang introgasi sebetulnya bukanlah visualisasi
yang tepat. Dalam film, ruangan tersebut digambarkan kotor sekali. Tambah lagi
setiap orang yang masuk ke dalamnya tidak melepas alas kaki. Membuat lantainya
sering terinjak, hingga mengartikan bahwa setiap orang yang datang ke tempat
tersebut, sama dengan menginjak-injak tempat beribadah orang muslim.
Padahal, orang
muslim Jawa sangat toleran terhadap peribadatan, dan akan sangat mungkin bagi mereka
memberikan izin kepada siapa saja yang sedang diintrogasi untuk melaksanakan
shalat di luar ruangan tersebut. Namun dalam scene ini digambarkan seakan orang muslim Jawa tidak mungkin menginzinkan
siapapun yang sedang diintrogasi untuk meninggalkan ruangan ketika waktu shalat
tiba.
Masuk ke dalam
dialognya, pernyataan Letnan Hashim yang berbunyi “Amerika tidak mengenal kami,
kami bukan teroris semuanya” dapat diartikan bahwa orang Jawa melakukan sebuah
pengakuan kepada Amerika, yaitu masyarakat Jawa memang teroris, namun tidak
semuanya. Dan ketika dihubungkan dengan kalimat “Amerika tidak mengenal kami”,
dapat diartikan pula bahwa orang Jawa ini seakan-akan sedang memfitnah Amerika
dengan menganggap Amerika mengecap semua masyarakat Jawa sebagai teroris. Pemaknaan
ini semakin kuat sifatnya karena dialog yang diucapkan oleh Hashim bukanlah
sebuah jawaban dari sebuah pertanyaan, melainkan sebuah pernyataan.
Dalam film, Conor
Allyn menghadirkan seorang tokoh bule yang bernama Malik. Dari cerita yang
terekam, diketahui bahwa Malik adalah seorang muslim yang telah berulang kali
melakukan kejahatan seperti pembunuhan, pencurian, hingga pengeboman. Selain
itu, Malik kerap kali berbuat zina dan suka mengadu domba. Setiap masalah yang
sedang terjadi dalam film Java Heat,
juga diakibatkan oleh Malik yang merupakan dalang dari semuanya.
Dari sini
dapat disimpulkan, bahwa Conor Allyn ingin menyampaikan pesan melalui tokoh
Malik tentang kenyataan seputar orang muslim yang juga bisa menjadi biang kerok
dari suatu masalah, sekaligus pezina dan pengadu domba. Dalam film identitas
muslim Malik dijelaskan dari namanya yang berasal dari bahasa Arab dan ketika
dia menjawab salam, namun semua maksud ini disamarkan dengan penokohan Malik
yang merupakan orang bule asli dari Amerika.
Pada lain scene yang berlokasi di UIN Yogyakarta,
terdapat adegan dari salah satu Mahasiswinya bernama Nita yang sengaja dihadirkan
dengan maksud tertentu. Kala itu Nita sedang menatap sinis kepada dua orang
muslim fanatik yang kebetulan lewat di depannya. Kedua mulim tersebut divisualkan
dengan jenggot panjang dan baju muslim lengkap dengan kopya sebagai penutup
kepala mereka.
Pada adegan
tersebut Nita berkata, “mereka membunuh Sultana”, sebuah dialog yang diucapkan
dengan maksud memberitahu kepada lawan main yang kebetulan adalah orang
Amerika. Maka melalui adegan ini dapat disimpulkan bahwa Conor Allyn ingin
menyampaikan kepada dunia tentang umat muslim Jawa yang memiliki sifat hasut
terhadap sesama muslim lainnya.
Telah banyak
diketahui bahwa masyarakat Jawa menganut hakekat hidup rukun dan saling
menghormati. Hal inilah yang menjadikan masyarakat Jawa jauh dari konflik karena
mereka sendiri cenderung menghindarinya. Namun hakekat ini terpatahkan ketika dalam
salah satu scene Conor Allyn
memvisualisasikan Letnan Hashim sedang mengendarai mobil dengan kecepatan
tinggi sambil memakan nasi goreng, hingga menyerempet tukang becak yang sedang
melintas di Jalan Raya. Terlebih lagi kala itu Hashim justru tidak mau turun
dan menolong tukang becak tersebut sekaligus meminta maaf atas perbuatannya, dia
justru mengabaikannya dan tetap berkendara sambil melanjutkan makannya.
Hashim, nama pemeran
tokoh Polisi Yogyakarta asli Jawa ini oleh Conor Allyn dihadirkan sebagai polisi
muslim yang sangat patuh terhadap agamanya. Namun nama Hashim oleh Conor Allyn
tidak dituliskan menggunakan huruf ‘y’ (Hasyim), melainkan dengan huruf ‘h’
(Hashim). Padahal Hasyim dengan huruf ‘y’ dalam bahasa Arab memiliki arti
‘pemecah sesuatu’, sedangkan Hashim dengan huruf ‘h’ dalam bahasa Arab memiliki
arti ‘menghancurkan’. Menghancurkan yang bisa juga diartikan merusak, seolah
memberi pesan bahwa Hashim adalah seorang Polisi muslim berdarah Jawa yang
merusak.
Masih terkait dengan
nama Hashim, dalam film ini Conor Allyn menggunakan homofon[1] untuk
tata bahasa dari nama pemeran tokoh Polisi Yogyakarta tersebut. Terdapat pada
banyak scene yang menggambarkan Jake
memanggil Hashim dengan panggilan ‘Hash’. Sedangkan untuk ukuran film Internasional
yang disaksikkan oleh mata dunia, yang lebih banyak dipahami dari kata ‘Hash’
adalah bacaan dari kata ‘Hush’ dalam
bahasa Inggis yang memliliki arti ‘diam’. Sehingga dari sini dapat diartikan
bahwa Conor Allyn ingin memperjelas tentang kekuasaan orang Amerika yang lebih
tinggi dibanding orang Jawa. Sebab, pengucapan kata ‘Hush’ yang memiliki arti ‘diam’ seolah memberi perintah kepada
orang Jawa agar tidak perlu banyak bicara ataupun bertindak karena kuasa penuh
ada pada Amerika.
Dan pesan yang
terakhir terdapat pada adegan ketika Malik mengebom tempat persebunyian Hashim
bersama rekannya. Dalam dialognya, Malik mengucapkan “Teknologi Amerika sangat
bagus untuk melacak sampah”, dengan teknologi yang dimaksud oleh Malik adalah
pelacak yang dia tanam pada handphone
Hashim. Oleh karena itu, dialog ini dapat memberi pengertian bahwa orang Amerika
menganggap orang muslim Jawa sebagai sampah.
Selanjutnya,
dari sekian banyak pesan atau maksud yang ditemukan dengan menggunakan analisis
kritis terhadap film Java Heat, dapat
disimpulkan bahwa Conor Allyn ingin memperburuk citra islam di mata dunia. Sehingga,
dalam film Conor Allyn lebih banyak menyudutkan posisi islam melalui
kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh umat muslim seperti pengeboman,
pembunuhan, dan pencurian. Meskipun pemeran orang islam yang berbuat kejahatan tersebut
disamarkan identitasnya dengan memilih pemain dari Amerika.
[1] Homofon adalah kata yang
diucapkan sama namun
berbeda dari segi maksud dan juga tulisannya. Misalnya:
1) massa (massa
yang berartikan masyarakat) telah
berkumpul di depan Istana Negara; 2) Hidupnya
senang sepanjang masa (masa yang
berartikan waktu).