Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan. Perubahan bagi masyarakat bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya. Perubahan-perubahan masyarakat tersebut dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, lapisan-lapisan dalam masyarakat, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Dalam ilmu Antropologi, terdapat beberapa konsep terjadinya perubahan kebudayaan. Di sini Saya akan membahas dua diantaranya.
Perilaku Menyimpang
Fenomena perubahan perilaku menjadi menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat memang menarik untuk dibicarakan. Sisi yang menarik bukan saja karena pemberitaan mengenai berbagai perilaku manusia yang ganjil itu dapat mendongkrak oplah media massa dan rating dari suatu mata acara stasiun televisi, tetapi juga karena tindakan-tindakan menyimpang dianggap dapat mengganggu ketertiban masyarakat. Kasus-kasus pelanggaran norma susila dan berbagai tindakan kriminal yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi, atau gosip-gosip gaya hidup selebritis yang terkesan jauh berbeda dengan kehidupan nyata masyarakat, meskipun dicari penontonnya karena dapat memenuhi hasrat ingin tahu mereka, juga seringkali dicaci karena perilaku dianggap tak layak.
Perilaku menyimpang kemudian menyiratkan kesan, meskipun tidak ada masyarakat yang seluruh warganya dapat menaati dengan patuh seluruh aturan norma sosial yang berlaku tetapi apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang, maka hal itu dianggap telah mencoreng diri sendiri, keluarga, maupun komunitas besarnya.
Salah satu prilaku menyimpang yang sangat memperihatinkan adalah fenomena bunuh diri, sesuatu yang sulit diterima oleh akal sehat. Hampir sering kita dengar dan lihat diberbagai media massa maupun elektronik akan banyaknya yang melakukan bunuh diri. Ada yang bunuh diri dengan terjun dari gedung yang tinggi, menjerat lehernya dengan seutas tali, meminum racun bahkan melakukan bom bunuh diri. Bunuh diri adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan nyawa sendiri dan berdosa karena telah mendahului takdir, pelaku bunuh diri juga sebagai tanda bahwa ia adalah orang yang putus asa. Tindakan bunuh diri yang dilakukan dapat mencerminkan bahwa lingkungan sosialnya kurang peka terhadap keadaan di sekeliling. Dengan demikian, tindakan bunuh diri semestinya dapat dicegah seandainya lingkungan sosialnya peka dan membantu orang yang sedang menghadapi masalah.
Mengapa orang memilih bunuh diri? Secara umum, stres muncul karena kegagalan beradaptasi. Ini dapat terjadi di lingkungan pekerjaan, keluarga, sekolah, pergaulan dalam masyarakat dan sebagainya. Demikian pula bila seseorang merasa terisolasi, kehilangan hubungan atau terputusnya hubungan dengan orang yang disayangi. Keputusan bunuh diri juga bisa dilakukan karena perasaan bersalah. Suami membunuh isteri, kemudian dilanjutkan membunuh dirinya sendiri, bisa dijadikan contoh kasus, depresi berat menjadi penyebab utama. Depresi timbul, karena pelaku tidak kuat menanggung beban permasalahan yang menimpanya. Karena terus menerus mendapat tekanan, masalah yang menumpuk dan pada puncaknya memicu keinginan bunuh diri.
Dalam mengatasi bunuh diri itu sendiri dapat dilakukan upaya preventif oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu seperti psikiater, dokter, perawat, psikolog, sosiolog, pendidik, tenaga kesehatan masyarakat dan lain-lain. Masalah bunuh diri memang sangat kompleks, dari pendekatan segi ilmu kesehatan masyarakat ada beberapa hal yang perlu disikapi sebagai upaya pencegahan secara dini yaitu perlunya meningkatkan peran, fungsi dan tugas keluarga dan dukungan dari masyarakat. Upaya pencegahan pada tingkat masyarakat yaitu dapat memberikan perhatian, bimbingan dan bantuan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang atau keluarga.
Masyarakat perlu menajamkan kepekaan terhadap kesulitan orang-orang disekitarnya, serta peran pemerintah yang juga sangat diperlukan untuk berperan aktif dalam melindungi dan menjaga ketentraman masyarakatnya. Upaya pencegahan juga harus dilakukan di institusi pendidikan dengan cara menghilangkan suatu kepercayaan yang sebenarnya salah terkait dengan bunuh diri, hal itu dapat dihilangkan secara perlahan-lahan seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendidikan kepada keluarga dan masyarakat serta meningkatnya pemahaman dan keyakinan seseorang pada ajaran agama secara benar. Dukungan dari masyarakat dan keluarga juga sangat berarti dalam upaya menekan tingginya kasus bunuh diri. Lingkungan keluarga, masyarakat harus diciptakan agar sehat, agamis, bersahabat, damai dan nyaman sehingga pelaku bunuh diri tidak akan mencoba untuk melakukan perbuatan bunuh diri.
Cultural lag (kesenjangan budaya)
Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Hal ini disebabkan sifat masyarakat yang dinamis dan bergerak seiring dengan perubahan zaman serta akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Proses perubahan sosial dapat berlangsung secara cepat atau lambat. Cepat-lambatnya perubahan sosial di setiap masyarakat juga berbeda-beda. Dan perubahan pada masyarakat kota lah yang lebih cepat daripada masyarakat desa. Perubahan sosial pada masyarakat itu sendiri ada yang berdampak positif yakni mendorong pada kebaikan serta kemajuan, tapi banyak pula yang menjerumuskan pada keburukan dan kemunduran. Akibat perubahan sosial yang berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri disebut Cultural Lag.
Cultural Lag adalah suatu kondisi di mana terjadi kesenjangan antara berbagai bagian dalam suatu kebudayaan. Hal ini disebabkan perubahan pada suatu bidang tidak diimbangi perubahan pada bidang lainnya. Misalnya perkembangan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diimbangi peningkatan iman dan takwa pada masyarakat sehingga dapat menimbulkan ekses negatif bagi peradaban manusia.
Di sini Saya akan menganalisis tentang cara berpakaian gadis desa yang dulunya selalu berpakaian muslim namun sekarang lebih suka memakai pakaian minim yang mempertontonkan auratnya. Dahulu hal tersebut merupakan hal yang tabu bagi para gadis remaja di pedesaan, tapi sekarang malah menjadi busana yang banyak digandrungi gadis di pedesaan. Sifat lugu dan feminim mereka mulai luntur dan pudar. Dan berganti menjadi sesosok gadis yang nakal dan liar. Hal itu tentu membuat orang lain khususnya masyarakat yang lebih tua merasa tidak nyaman. Karena seperti yang kita tau masyarakat desa yang lebih tua memiliki kecintaan yang sangat kental kepada budayanya sehingga tidak mudah terpengaruh oleh budaya lain.
Perubahan sosial semacam ini terjadi akibat kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi yang lepas kendali. Masuknya jaringan listrik ke peloksok desa diiringi meluasnya siaran televisi dari berbagai channel. Kemudian acara-acara terlevisi yang menayangkan berbagai perilaku masyarakat kota bahkan mancanegara mempengaruhi perubahan sosial masyarakat desa tersbut. Sayangnya, budaya negatif yang lebih mudah ditiru.
Mereka beranggapan dengan meniru budaya luar yang suka berpakaian minim akan membuat mereka terlihat sangar dan tidak ketinggalan jaman. Padahal masyarakat pedesaan yang terkenal kental dengan agama tentunya tau bahwasannya hal yang semacam itu termasuk dosa. Sedang untuk menjadi seseorang yang tidak ketinggalan jaman, tidaklah perlu dengan cara meniru gaya busana orang lain, melainkan dengan meniru cara berpikir mereka yang selalu ingin maju. Dalam kata lain bukan budaya negatif yang kita tiru tapi budaya positifnya.
Sehingga sikap yang paling benar ialah, ketika kita mendapat masukan budaya lain, seharusnya kita bisa memilah manakah budaya yang patut untuk dicontoh dan mana yang tidak. Yang dalam hal ini tentu harus dibarengi dengan pendidikan mengenai hal tersebut serta keimanan yang tinggi agar kita tidak terjerumus pada hal yang tidak benar dan bisa menghancurkan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar