Minggu, 04 Desember 2011

Fungsi Jiwa dalam Psikologi

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang berjiwa dan telah banyak kajian mengenai hal tersebut. Kehidupan kejiwaan itu direfleksikan dalam tingkah laku dan aktifitas manusia. Jika manusia melakukan introspeksi diri dapat dimengerti bahwa dalam dirinya manusia merasa senang kalau melihat sesuatu yang indah, berfikir ketika mengahadapi masalah, dan seterusnya. Semua ini menggambarkan kegiatan kejiwaa manusia. Kemampuan kejiwaan manusia dapat dibedakan atas tiga golongan, yakni : Kognisi (berhubungan dengan pengenalan), Emosi (berhubungan dengan perasaan), dan konasi (berhubungan dengan kemampuan). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa kekuatan jiwa terdiri atas cipta, rasa, dan karsa.
Walaupun kemampuan kejiwaan manusia digolongkan, namun harus selalu diingat bahwa jiwa manusia merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat terlepas sama sekali dari bagian yang lain dan selalu berhubungan. Meski begitu stimulus yang manusia terima bukan hanya berasal dari luar tetapi juga dari dalam dirinya. Kegiatan kejiwaan sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh manusia dan manusia mengadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya.
B.            Permasalahan
1.             Apa saja fungsi jiwa manusia?
2.             Bagaimanakah proses aktivitas kejiwaan manusia?
3.             Apa sajakah yang menyebabkan kegiatan kejiwaan tersebut terjadi?
C.           Tujuan
1.             Memahami fungsi jiwa manusia.
2.             Mengetahui proses aktivitas kejiwaan manusia.
3.             Mengetahui sebab-sebab terjadinya kegiatan kejiwaan manusia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengamatan
1.             Arti dan fungsi pengamatan
Gejala mengenal benda-benda sekitar dengan mempergunakan alat indra disebut pengamatan. Sifat hidup dari suatu organ ialah sensitifterhadap dunia luar. Makin tinggi tingkat hidup organ itu makin sempurna pula cara mereka berinteraksi denga dunia sekitar. jadi, secara sederhana pengamatan dapat diartikan suatu bentuk pergaulan seseorang dengan dunia sekitar denga perantara indra.
Menurut woodworth (1957)  “observing is the process of knowing the environment by mean of the sens. Two step in observation are attention and perception.”
Selanjutnya oleh woodworth dikatakan: “perception is the process of objects and objective facts on the basis stimuli from the objects which affect the senses.”
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang menyebabkan kita mempunyai pengertian tentang situasi sekarang atas dasar pengalaman kita yang lalu, sedang attention merupakan proses permulaan dari pengamatan.
2.             Penyimpangan pengamatan.
Kadang-kadang dalam pengamatan kita mempunyai kesan yang mempunyai 2 arti. Mempunyai 2 arti ini terdapat pada arti kata yang lepas dari latar belakangnya. Kita baru tahu arti kata yang sesungguhnya kalau kita tahu letak kata tersebut dalam kalimat. Dalam peristiwa pengamatan kesalahan-kesalahan tersebut berupa:
a.              Osilasi. Osilasi terjadi karena perhatian kita beralih alih, sehingga menyebabkan kesan yang selalu beralih-alih.
b.             Illusi. Illusi juga terjadi karena adanya kesalahan persepsi, sehingga terjadilah kesalahan kesan.
c.              Halusinasi. Halusinasi terjadi kalau yang bersangkutan menyangka mempunyai kesan sesuatu, padahal tidak mempunyai kesan suatu rangsang, yang sebetulnya juga tidak terdapat suatu apapun. Peristiwa yang demikian biasanya terjadi pada orang yang sedang sakit panas, mabuk, orang yang sedang berjalan dipadang pasir lihat danau yang penuh dengan air jernih padahal itu hanyalah pantulan dari sinar matahari saja. Oleh Van de Berg, bayangan halusinasi itu dikatakan bersifat sosial.
d.             Kamuflase. Kamuflase terjadi, apabila dalam suatu objek yang diamati dibuat sedemikian rupa sehingga rangsangan-rangsangannya menyerupai rangsang latar belakang. Gestalt akan hilang karena diperluas rangsangan-rangsangannya. Misalnya tentara berbaju hijau dari kejauhan kelihatan seperti semak saja.
3.             Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan antara lain:
a.              Keadaan indera yang sehat dan sempurna akan sangat mempengaruhi kesempurnaan proses pengamatan.
b.             Perhatian yang tertuju pada objeknya, akan memudahkan penerapan kekurangan perhatian yang hanya sedikit saja akan mengganggu konsentrasi, akibatnya hasil pengamatan lalu menjadi tidak sempurna.
c.              Rangsang yang sangat lemah akan menyebabkan sukarnya pengamatan. Tetapi sebaliknya, rangsang yang terlalu kuat juga akan mengganggu pengamatan.
B.           Perhatian
Perhatian merupakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi, yang merupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan individu untuk mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Kalau individu sedang memperhatikan suatu benda misalnya, ini berarti seluruh aktivitas individu dicurahkan atau dikonsentrasikan kepada benda tersebut.tetapi disamping itu individu juga dapat memperhatikan banyak objek sekaligus dalam suatu waktu.
Ditinjau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.
1)             Perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya, timbul dengan cara spontan. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu. Apabila individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek, maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan, misalnya seseorang yang mempunyai minat music, maka secara spontan perhatianya akan tertuju kepada music yang didengarnya.
2)             Perhatian tidak spontan, yaitu perhaian yang ditimbulkan dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya, misalnya seorang murid mau tidak mau harus memperhatikan pelajaran sejarah, sekalipun ia tidak menyenangi karena ia harus mempelajarinya. Karena itu untuk dapat mengikuti pelajaran tersebut, dengan segaja harus ditimbulkan perhatainnya.
Dilihat dari banyaknya objek yang dicakup perhatian pada suatu waktu, perhatian dapat dibedakan menjadi:
1)             Perhatian yang sempit, perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit objek.
2)             Perhatian yang luas, yaitu perhaatian individu yang pada suatu waktu dapatmemperhatikan banyak objek sekaligus. Misalnya, orang melihat pasar malam.
Sehubungan dengan ini perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi.
1)             Perhatian yang terpusat, yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatianya pada sesuatu objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian sempit sejalan dengan perhatian yang terpusat.
2)             Perhatian yang terbagi-bagi, yaitu individu dalam suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek.
Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka dapat dibedakan menjadi dua:
1)             Perhatian yang statis, yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju kepada objek tertentu. Orang yang mempunyai perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lain.
2)             Perhatian yang dinamis, yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek lain. Orang yang mempunyai perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek lain.
C.           Fantasi
Kesanggupan manusia untuk berfantasi yang disebut dengan “imagination” memungkinkan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan belum ada. Sehingga sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagaimanapun juga. Untuk itu ia harus dapat mereorganisasi tanggapan-tanggapan, ide, atau pun konsep-konsep yang dia miliki. Dalam pendapat lama fantasi diartikan sebagai sesuatu yang pasif. Menurut tanggapan lama sesuatu yang baru itu terjadi karena kombinasi tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Sedangkan dalam pandangan ilmu jiwa modern fantasi bersifat aktif, yakni menghubung-hubungkan sehingga tercipta sesuatu yang sungguh-sungguh baru.[1]
Fantasi menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua, yakni fantasi yang tidak disadari dengan yang disadari. Fantasi yang tidak disadari ialah fantasi yang terjadi tanpa kita ketahui bahwa kita sedang berfantasi. Sedangkan fantasi yang disadari juga dibedakan menjadi dua yakni:
1.             Aktif, fantasi yang disadari yang tidak dipimpin oleh akal maupun kemauan kita, contohnya saat kita melamun.
2.             Pasif, fantasi yang disadari yang dipimpin oleh akal dan kemauan kita
Sedangkan menurut jenisnya fantasi dibedakan menjadi:
1.             Fantasi mencipta, ialah fantasi yang menghasilkan sesuatu yang sungguh-sungguh baru.
2.             Fantasi terpimpin, ialah fantasi yang timbul karena sesuatu perangsang dari luar dan hanya menikmatinya.
3.             Fantasi melaksanakan, ialah fantasi yang berada diantara fantasi mencipta dan terpimpin.
Fantasi berfungsi untuk mengabstraksi, menentukan dan menghubungkan. Sedangkan kegunaannya dalam kehidupan ialah :
1.             Para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru, dan kita menikmatinya
2.             Kita dapat menempatkan diri menjadi orang lain sehingga memunculkan sikap simpati
3.             Mengambil pelajaran dari sebuah sejarah atau pun cerita yang dibuat oleh penagrang
4.             Kita dapat merencanakan kehidupan kita
Walaupun demikian, fantasi juga memiliki bahaya, diantaranya:
1.             Jika seseorang sering berfantasi hal-hal yang indah karena tak tahan kesusahan hidup akan menjadikan pribadi yang mudah berputus asa dan kecewa saat menyadari kehidupannya
2.             Mudah berbohong karena dikuasai fantasinya
3.             Jika terlalu sering merencanakan hidup yang akan datang, seseorang akan mudah tergelincir ke rencana yang berlebihan
4.             Fantasi yang tidak terpimpin dan tanpa penjagaan akan membawa pada fantasi yang liar dan jauh.
D.           Perasaan
1.             Pengertian Perasaan  
Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal.
Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat obyektif, jadi unsur-unsur perasaan itu adalah:
·                Bersifat subyektif daripada gejala mengenal
·                Bersangkut paut dengan gejala mengenal
·                Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama. Sebagai contoh, ada dua orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan rasa senang dan kagum, singkatnya bahwa dia menilai bahwa lukisan itu “bagus” seorang yang lain menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisan tersebut tidak menarik perhatiannya.
Dengan kata lain perkataan lain dia menilai lukisan itu “tidak bagus”. Baik penilaian bagus atau tidak bagus kesemuanya bersifat obyektif dan subyektivitas ini berhubungan erat dengan keadaan pribadi masing-masing. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya.
Pengenalan hanya berstandar pada hal-hal yang ada berdasarkan pada kenyataan, sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dari orang yang mengalaminya. Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara lain dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika ada gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal.
Gejala perasaan itu sendiri tergantung pada:
·                Keadaan jasmani
·                Pembawaan
·                Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu
Tiap aktifitas dan pengalaman kita diliputi oleh sesuatu perasaan. Kita merasa senang atau tidak senang bila kita melakukan sesuatu,atau bila kita mengalami sesuatu. Kita menilai sesuatu berdasarkan perasaan kita dan perasaan ini menentukan untuk sebagian besar apa kita melakukan atau mengulangi sesuatu.
2.             Sifat-Sifat Perasaan:
a.              Perasaan yang meliputi keaktifan kita tidak merupakan suatu sifat daripada keaktifan itu yang tidak berubah-ubah.
b.             Perasaan mempengaruhi kelakuan.
c.              Perasaan bersifat lebih subyektif daripada peristiwa jiwa lainnya.
d.             Perasaaan umumnya tidak timbul dengan sendirinya.
e.              Perasaan mengandung penilaian.
3.             Pembagian Perasaan
a.              Stern membagi perasaan berdasarkan hubungannya dengan waktu. Ia membedakan:
1)            Perasaan sekarang: kita berada sekarang  di dalam suatu situasi dan mengalami sesuatu perasaan berhubung dengan situasi itu.
2)            Perassan yang meninjau ke depan: kita mengalami suatu perasaan yang berhubungan dengan suatu yang kita alami, sesuatu yang akan terjadi, sesuatu yang kita angan-angankan.
3)            Perasaan yang membalik ke belakang: kita mengalami sesuatu perasaan yang berhubungan dengan sesuatu yang telah kita alami, yang sudah terjadi.
b.             Scheler membagi perasaan berdasarkan tingkatannya. Ia membedakan:
1)            Perasaan sensoris yang berbeda pada tingkatan keindahan: kita mengalami  sesuatu perasaan bila kita mengindera sesuatu misalnya kita  mencium bau yang busuk, kita mengecap sesuatu yang  manis dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perangsang badani lainnya.
2)            Perasaan  vital yang berada pada tingkatan hidup jasmaniah; kita mengalami sesuatu perasaan yang berhubungan dengan keadaan tubuh kita; kita merasa kuat,lemah,segar,tidak enak dan lain-lain, termasuk perasaan-perasaan vital ini juga perasaan yang berhubungan dengan instink atau nafsu alam.
3)            Perasaan psikis yang berada pada tingkatan rohani; kita mengalami  sesuatu perasaan,yang tidak  berhubungan lagi dengan sesuatu  yang bersifat jasmaniah, tetapi yang berada pada tingkatan kejiwaan  kita merasa gembira sebab mengalami kemenangan,kita berduka sebab kekalahan, dan sebagainya.
4)            Perasaan pribadi yang berada pada tingkatan perorangan. Semua perasaaan, begitu pun  juga peristiwa-peristiwa  jiwa lainnya, bersifat pribadi, yaitusaya merasa sesuatu hubungan  berhubungan  dengan sayasendiri yang berlainan dengan orang lain.
5)            Berdasarkan nilai-nilai hidup spranger yang kita kejar dalam hidup kita, yang mempengaruhi segala perbuatan kita, dapat perasaan-perasaan psikis itu kita bagi  atas perasaan intelektual, perasaan ekonomis, perasaan estetis, perasaan kuasa, perasaan sosial dan perasaan  agama tergantung pada bidang manakah sesuatu yang menimbulkan perasaan puas atau tidak puas, perasaan senang atau tidak senang itu berada.
c.              Bigot Kohnstamm dan Palland mengemukakan juga dua perasaan psikis yang lain ialah:
1)            Perasaan harga diri sendiri yaitu perasaan yang  mengiringi anggapan kita tentang kesanggupan kita.
2)            Perasaan kesusilaan berhubungan dengan sesuatu dalam bidang etis.
Kita bedakan pula:
a.              Kualitet perasaan yaitu perasaan yang dialami sebagai senang  atau tidak senang  dan segala gradasi antara dua pola ini.
b.             Intensitet perasaan yaitu kekuatan daripada perasaan yang kita alami.
4.             Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitet Perasaan
Faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
a.              Intensitet perasaan yang berhubungan dengan pengamatan sendiri lebih besar daripada yang tidak berhubungan dengan pengamatan sendiri  misalnya pengamatan orang lain yang di ceritakan kepada kita.
b.             Perasaan yang mengiringi  suatu pengamatan aktual lebih kuat daripada yang mengiringi tanggapan pengamatan itu atau gambaran khayalannya.
c.              Perasaan terlebih-lebih perasaan tidak senang yang menyertai  penciuman dan pengecapan lebih kuat kalau dibandingkan dengan perasaan-perasaan yang menyertai penglihatan dan pendengaran.
d.             Intensitet perasaan bergantung juga pada keadaan tubuh dan jiwa kita.
e.              Intensitet perasaan berkurang bila kita mengalaminya sering kali atau terus menerus.
E.           Tanggapan
Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan. Jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebagai tanggapan. Misalnya, berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema, dan lain-lain.[2]
Tanggapan disebut “laten” (tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut ada dibawah sadar atau tidak kita sadari. Sedang tanggapan disebut  “aktual” (actueel=sungguh), apabila tanggapan tersebut kita sadari.
Diantara gambar pengamatan dan gambar tanggapan ada gambar pengiring dan gambar eidetis. Gambar pengiring berlangsung singkat, yakni sesaat sesudah perangsangnya berlalu. Sedang pada gambar tanggapan, perangsangnya sudah tidak ada lagi.
Apabila tanggapan-tanggapan yang kita sadari itu langsung berpengaruh pada kehidupan kejiwaan (berpikir, perasaan dan pengenalan). Maka fungsi tanggapan tadi disebut sebagai “fungsi primer”.
Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:
1.             Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat
2.             Obyek pengamatan sempurna dan mendetail, sedang obyek tanggapan tidak mendetail dan kabur.
3.             Pengamatan memerlukan perangsang, sedang pada tanggapan tidak perlu ada perangsang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan:
1.             Faktor intern:
·                Alat indra sehat
·                Perhatian yang tertuju.
2.             Faktor ekstern
·                Rangsang jelas
·                Waktu cukup
F.            Ingatan
Pengantar
Para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa mnusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dilaminya. Apa yang pernah dalami manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam jiwanya, dan apabila diperlukan hal-hal yang disimpan itu dpat ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Tetapi inipun tidak berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruyhnya ditimbulkan kembali. Kadang-kadang atau justru sering ada hal-hal yang tidak dapat diingat kembali atau dengan kata lain ada hal-hal yang dilupakan. Ata hal tersebut apabila orang membicarakan mengenai ingatan, sekaligus juga membicarakan mengenai kelupaan. Karena itu ingatan merupakan kemampuan yang terbatas.
Apa yang diingat oleh manusia merupakan hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya. Dengan demikian, apabila ditinjau lebih lanjut, ingatan itu tidak hanya kemampuan untuk menyimpan apa yang pernah dialaminya saja, tetapi juga meliputi kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan menimbulkan kembali.
Secara skematis dapat dikemukakan bahwa ingatan itu mencakup kemampuan-kemampuan sebagai berikut:[3]
Fungsi Memsukkan (Learning)
Dalam ingatan yang disimpan adalah hal-hal  yang pernah dialami oleh seseorang. Bagaimana seseorang memperoleh pengalaman dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu sengaja dan tidak sengaja.
Memperoleh pengalaman dengan cara tidak disengaja, yaitu apa yang dialami oleh seseorang secara tidak sengaja dimasukkan dalam ingatannya. Contoh: pada anak-anak, ketika mereka memperoleh pengalaman yang tidak sengaja bahwa jika gelas jatuh maka akan pecah, bahwa kayu itu keras dan dapat menyebabkan rasa sakit jika terpukul olehnya. Pengalaman-pengalaman tersebut akan disimpan olehnya sebagai pengertian-pengertian.
Sedang memperoleh pengalaman-pengalaman dengan sengaja, yaitu apabila seseorang dengan sengaja memasukkan pengalaman-pengalamannya dalam ingatannya. Contoh: dalam bangku sekolah seseorang memperoleh pengetahuan yang dengan sengaja dipelajari kemudian dimasukkan dalam ingatannya.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kemampuan individu untuk memsukan apa yang dialami atau dipelajari itu terdapat antara yang satu dengan yang lain. Yakni ada orang yang dapat dengan cepat memasukkan apa yang dipelajarinya, begitupula sebaliknya, ada yang lambat.
Selain itu, orang juga berbeda dalam hal banyak sedikitnya materi atau hal-hal yang dapat dimasukkannya. Hingga dalam hal ini orang yang dapat memasukkan atau mempelajari banyak materi pada suatu waktu tertentu, bisa dikatakan bahwa orang tersebut mempunyai ingatan yang luas, begitu pula sebaliknya.[4]
Fungsi Menyimpan (Retention)
Fungsi kedua dari ingatan ialah mengenai penyimpanan apa yang telah dipelajari atau dialami. Seperti diketahui bahwa setia pose belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang, dan inilah yang untuk sementara disimpan dalam ingatan agar pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali. Traces atau jejak-jejak ini yang disebut sebagai memory traces.
Sekalipun dengan memory traces memungkinkan seseorang mengingat apa yang pernah dipelajari atau dialami, tetapi ini tidak berarti bahwa semua memory traces akan tetap tinggal dengan baik, karena suatu waktu dapat hilang, yang dalam hal ini orang disebut mengalami kelupaan.
Selain memory traces itu dapat hilang, memory traces juga dapat berubah tidak seperti semula, seperti ada perubahan pada bagian-bagiannya hingga ketika ditimbulkan kembali apa yang teringat tidaklah sama seperti pada waktu dipelajari.[5]


Fungsi Menimbulkan Kembali (Remembering)
Fungsi ketiga dari ingatan adalah berkaitan dengan menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan dalam ingatan. Dalam menimbulkan kembali apa yang disimpan dalam ingatan dapat ditempuh dengan mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali (to recognize).
Dengan mengingat kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali. Contoh: orang yang dapat mengingat kembali tentang cirri-ciri penjambret yang menjambret tasnya, sekalipun penjambret itu tidak ada.
Sedang dengan mengenal kembali orang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau yang pernah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Contoh: seseorang kehilangan sepeda yang kemudian ditemukan oleh pihak kepolisian, lalu orang yang kehilangan sepeda tersebut dapat mengenali kembali bahwa sepeda itu adalah sepedanya yang hilang.
Karena dengan mengenali kembali orang dibantu dengan adanya objek, maka besar kemungkinan apa yang tidak dapat diingat kembali dapat dikenal kembali oleh seseorang. Oleh karenanya sering dikemukakan bahwa mengenal kembali itu akan lebih mudah bila dibandingkan dengan mengingat kembali.
Tetapi ini tidak berarti bahwa dengan mengenal kembali akan selalu benar atau selalu tepat. Terkadang dengan mengenal kembalipun orang dapat mengalami kesalahan atau bahkan tidak dapat mengenali kembali seperti halnya mengingat kembali.
Hal ini menunjukkan bahwa ingatan manusia itu terbatas, kadang manusia tidak dapat mengingat secara tepat seperti apa adanya, tidak lengkap, bahkan sering yang ditimbulkan kembali tidak cocok dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga apa yang ditimbulkan kembali merupakan hal yang palsu. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa macam sebaba, waktu mengalami atau padawaktu belajar sehingga apa yang diingatnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dapat juga karena retensi yang kurang baik, dan dapat pula karena gangguan dalam menimbulkan kembali.[6]
Kelupaan
Berbicara mengenai ingatan sebenrnya juga berbicara mengenai kelupaan, sebagai lawan dari ingatan. Kemampuan ingatan pada manusia terbatas, dalam arti bahwa tidak semua yang disimpan dalam ingatan dapat ditimbulkan kembali. Yang dalam kata lain manusia dapat mengalami kelupaan. Berikut dua teori kenap orang mengalami kelupan:
1.            Teori Antropi
Menurut teori ini kelupaan terjadi karena memory traces telah lama tidak ditimbulkan kembali. Teori ini bersumber pada aspek fisiologis, yaitu apabila otot-otot telah lama tidak digunakan, maka otot-otot tersebut tidak dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang akhirnya dapat mengalami kelumpuhan, demikian pula halnya dengan ingatan.
2.            Teori Interferensi
Menurut teori ini kelupaan terjadi karena memory traces saling bercampur satu dengan yang lain dan saling mengganggu, sehingga menimbulkan kelupaan. Seperti ketika seseorang mempelajari suatu materi, kemudian mempelajari materi yang lain, maka materi-materi itu akan saling mengganggu dan menimbulkan kelupaan. Teori ini sendiri terbagi menjadi dua, yaitu interferensi proaktif dan retroaktif.
Interferensi yang Proaktif adalah interferensi yang terjadi bahwa materi yang mendahului akan mengganggu materi yang kemudian dan ini dapat menimbulkan kelupaan. Sedang interferensi yang retroaktif ialah interferensi yang terjadi bahwa materi yang dipelajari kemudian dapat menginterferensi materi yang dipelajari lebih dahulu.
Cepat lambatnya kelupaan itu tidak sama dalam setiap situasi dan juga tidak selalu sama dalam semua situasi dan juga tidak selalu sama pada individu yang bersangkutan. Artinya bagi seseorang individu akan lekas lupa terhadap sesuatu hal atau keadaan, tetapi sukar melupakan sesuatu hal atau keadaan yang lain. Juga situasi yang satu tidak akan selalu sama pengaruhnya terhadap terjadinya kelupaan.
Berhubungan dengan kemungkinan banyak hal yang telah dipelajari akn dilupakan, maka langkah peraktis agar yang disimpan dalam ingatan itu tetap baik, diperlukan ulangan-ulangan dari bahan-bahan yang pernah dipelajarinya. Makin sering bahan diulang yang berarti makin sering bhan ditimbulkan dalam alam kesadaran, kan makin baik diingat. [7]
Beberapa Metode yang Digunakan dalam Bereksperimen Mengenai Ingatan
Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ingatan dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.             Metode dengan melihat waktu atau usaha belajar
Merupakan metode dengan melihat sampai sejauh mana waktu yang diperlukan seseorang untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat mengingat kembali materi tersebut tanpa kesalahan.
2.             Metode belajar kembali
Metode dimana seseorang mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari sebelumnya pada suatu kriteria tertentu, seperti ketika seseorang mempelajari materi tersebut pertama kali
3.             Metode rekonstruksi
Metode dimana seseorang mengonstruksi kembali suatu materi yang diberikan kepadanya.
4.             Metode mengenal kembali
Metode dengan mengambil bentuk pengenalan kembali
5.             Metode mengingat kembali
Metode dimana seseorang mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
6.             Metode asosiasi berpasangan
Metode dimana seseorang mempelajari suatu materi dengan berpasang-pasangan.[8]

Empat Macam Mengingat[9]
1.             Rekognisi, yaitu mengingat sesuatu ketika sesuatu tersebut dikenakan pada panca indra. Misal mengingat wajah kawan
2.             Recall, mengenali kembali sesuatu yang mana kita sadar bahwa kita telah mengalami sesuatu itu di masa lalu tanpa sesuatu itu dikenakan pada panca indera. Misal kita merecall nama buku yang selesai kita baca minggu yang lalu.
3.             Mereproduksi, mengingat dengan cukup tepat apa yang pernah dipelajari. Misal menyanyikan lagu yang pernah dikenal dan dipelajari tanpa adanya kesalahan.
4.             Performance, melakukan kebiasaan-kebiasaan yang pernah dipelajari.
Prinsip-prinsip penghematan dalam belajar untuk mempermudah seseorang dalam mengingat:
Pada tahun 1885, seorang psikolog Jerman yang bernama Ebbinghaus memulai serangkaian eksperimen untuk mempelajari ingatan yakni bagaimana cara untuk mempermudah seseorang dalam mengingat. Dan hasil dari eksperimen tersebut ialah sebagai berikut:[10]
1.             Belajar yang dibagi-bagi lebih efektif daripada belajar yang bersifat massal.
Menurut Ebbinghaus, 38 hari ulangan yang dibagi-bagi selama tiga hari sama effeknya dengan 68 kali ulangan yang dilakukan dalam satu hari. Dua kali dua puluh menit latihan berhitung lebih berhasil daripada satu kali empat puluh menit.
2.             Mempelajari keseluruhan lebih baik daripada mempelajari sebagian
Ada dua cara untuk belajar. Pertama ialah metode-keseluruhan, yaitu membaca seluruh bahan dari permulaan sampai akhir setiap kali mengulang. Kedua ialah metode-bagian, yaitu membagi-bagi vahan dan menguasai tiap bagian sebelum melangkah pada bagian berikutnya. Menurut hasil eksperimen bahwa kebanyakan orang belajar lebih cepat apabila menggunakan metode keseluruhan. Sedang untuk mereka yang berhasil belajar dengan menggunakan metode bagian adalah mereka yang membagi-bagi vahan itu menjadi bagian-bagian yang logis dan berarti.
3.             Mencari arti
Menurut hasil penelitian Ebbinghaus bahwa 80 suku kata yang mempunyai arti memerlukan delapan atau sembilan kali ulangan. Sedang 80 suku kata yang tidak mempunyai arti memerlukan 70 sampai 80 kali ulangan. Dengan kata lain, bahan yang berarti itu Sembilan kali lebih mudah dipelajari daripada yang tidak.
4.             Nilai resistasi (mengucapkan kembali)
Menurut hasil eksperimen, ketika seseorang mengucapkan kembali suatu pelajaran pada dirinya sendiri setelah membaca seluruhnya beberapa kali, dia akan menghemat waktu untuk menyimpan lama pelajaran dalam ingatannya.
5.             Adanya instruksi
Beberapa eksperimen menunjukkan pentingnya instruksi yang pasti dalam belajar. Dalam satu ekspeimen, sebuah daftar pertanyaan ditujukan kepada subjek berkali-kali. Apabila subjek itu diberitahu untuk mempelajari perkataan-perkataan dalam daftar tersebut, subjek tidak begitu mengalami kesukaran setelah berulangkali ditunjukkan. Tetapi subjek yang tidak diberitahu mengalami kesukaran dalam mengatakan kembali perkataan-perkataan tersebut. Hal ini tidak lain karena subjek tidak diberi instruksi seperti subjek yang pertama, dan karenanya dia hanya melihat perkataan-perkataan itu.
G.          Berpikir
Pengertian Berpikir
Berpikir ialah suatu aktivitas pribadi yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah hingga menemukan hubungan-hubungan dan menentukan sangkut pautnya. Berpikir dalam arti luas, ialah adanya pergaulan dengan abstraksi.
Kadang-kadang kita dikacaukan dengan istilah intelek. Intelek ialah pikiran, sedang istilah lain yaitu intelegensi berarti kecerdasan pikiran seseorang dikatakan cerdas kalau yang bersangkutan menjalakan fungsi pikir, sehingga dapat memecahkan masalah denga cepat dan tepat.[11]
Para ahli logika,[12] mengemukakan adanya tiga fungsi dari berpikir, yakni membentuk pengertian, membentuk pendapat/opini dan membentuk kesimpulan.
1.             Membentuk pengertian: dapat diartikan sebagai suatu perbuatan dalam proses berpikir (dengan memanfaatkan isi ingatan) bersifat riel, abstrak dan umum serta mengandung sifat hakikat sesuatu.
2.             Membentuk pendapat, dapat diartikan sebagai hasil pekerjaan pikir dalam meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan lainnya, antara pengertian satu dengan pengertian lainnya, dan dinyatakan dalam suatu kalimat.
3.             Membetuk kesimpilan, dapat diartikan sebagai membentuk pendapat “baru” yang berdasar atas pendapat-pendapat lain yang sudah ada.
Proses Berfikir
Pribadi ---------------- Masalah-------------------Tujuan
Dalam skema tersebut, masalah merupakan rintangan yang harus dipecahkan. Dalam masalah ini pulalah timbul berbagi pertanyaan yang harus dijawab oleh sipemecah, yang mungkin dengan cara:
1.             Secara instink,
2.             Secara kebiasaan,
3.             Secara trial and error,
4.             Secara Gestalt,
5.             Secara ilmiah.
Woodwort mengutarakan bahwa masalah-masalah yang menyebabkan hambatan pikir ialah:[13]
1.             Karena data yang dibutuhkan tidak mencukupi.
2.             Beberapa bahan yang telah ada kadang-kadang tidak diperlukan lagi, bahkan mengacau jalannya pikir.
3.             Karena data yang ada tidak ada hubungannya antara satu dengan yang lain, maka kita akan mengalami kesulitan dalam menyusun kerangka pikir.
Untuk memecahkan masalah yang sulit, untuk sementara kita sediakan suatu hipotesis.
Kemungkinan-kemungkinan hipotesis yang disajikan:
1.             Hipotesis itu mungkin benar,
2.             Hipotesis itu mungkin salah,
3.             Hipotesis itu mungkn benar, mungkin salah.
Sistem membagi bentuk pikir sebagai berikut:
1.             Pikiran kebendaan, kalau dalam prosesnya dibantu oleh berbagai benda yang konkrit, yang menyebabkan adanya pengertian umum bersifat kebendaan.
2.             Fikiran sangkut paut, yaitu proses pikiran terhadap berbagai relasi perbandingan, relasi gnetis (hubungan kausal dan hubungan final, dan relasi intnsional).
3.             Fikiran, arti disinilah yang menunjukkan keaktifan pikir yang memberi arti pada benda denga keadaan.
Fungsi Bahasa Dalam Berfikir.
Alat berfikir yang utama ialah bahasa (disamping simbol-simbol yang lain). Dengan bahasa kita dapat bertukar pikiran dengan orang lain, dan dapat mengerti jalan pikiran orang lain.
Dalam menyampaikan maksud kepada orang lain, kecuali dengan perantaraan bahasa (baik tertulis maupun lisan) masih ada cara lain, misalnya: gerakan-gerakan, kode-kode atau isyarat-isyarat yang lain. Istilah-istilah yang singkat tetapi mempunyai arti yang luas merupakan media yang memudahkan pelahiran pikiran.
Plato berkata bahwa : Berbicara sebetulnya berpikir yang bersuara. Sedang berfikir adalah berbicara dalam hati.
Dalam pengertian bahasa sering-sering dipengaruhi oleh intonasi, latar belakang kalimat, da berbagai kata kiasan yang mempengaruhi arti tersendiri.
Ada tiga tingkatan berfikir yaitu:[14]
1.             Abstrak:  angan-angan dan ingatan menjadi pembantu utama.
2.             Sekematis: untuk membantu agar supaya ingatan tidak begitu diberi beban yang berat dan gambaran pemecahan persoalan dapat diarahkan.
3.             Konkret: supaya dalam pemecahan persoalan yang dihadapi seolah-olah seperti dalam kenyataannya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembanga kecerdasan/pikiran pada manusia diantaranya ialah:
·                Bakat
·                Lingkungan
·                Kesehatan
·                Kesempatan
·                Fasilitas
·                Latihan
·                Gizi
·                Bimbingan, dan sebagainya
H.           Kemauan
1.             Pengertian Kemauan
Kemauan adalah salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju suatu arah. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan mana, harus diartikan dalam suatu hubungan.
Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Kehendak ini merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luat sebagi gerak-gerik. Fungsinya kehendak ini berkaitan dengan fikiran dan perasaan. Kehendak ini dibagi menjadi enam bagian, yaitu:
a.              Dorongan
Dorongan ialah suatu kekuatan dari dalam yang mempunyai tujuan tertentu dan berlangsung diluar kehendak kiata. Dorongan dibedakan menjadi dua, yaitu: Dorongan yang bertujuan mencapai syarat hidup tertentu disebut tropisme, misal: binatang mencari cahaya. Dan dorongan hidup, yang bekerja tanpa disadari dan berlangsung dengan sendirinya disebut Otomatisme, misal: pernafasan pada paru-paru, peredaran darah, dan lain-lain.
Semua dorongan berpangkal pada tiga macam dorongan asli, yaitu: dorongan mempertahankan diri, dorongan mempertahankan jenis, dan dorongan mengebangkan diri.

b.             Keinginan
Keinginan ialah dorongan nafsu, yang tertuju pada sesuatu benda tertentu atau yang kongkrit. Kebalikannya ialah kebencian. Keinginan yang dipraktekan bisa menjadi kebiasaan.
c.              Hasrat
Hasrat ialah suatu kainginan tertentu yang dapat diulang-ulang. Paulhan (Prancis), menggolongkan hasrat menjadi beberapa golongan, yaitu: (1) Hasrat Vital: kerakusan, kesederhanan, peminum. (2) Hasrat Sosial: cari teman, cari persatuan. (3) Hasrat Egoistis: tamak, kikir, sayang pada diri, tidak sopan. (4) Hasrat yang abstrak: jujur, insyat kewajiban, menipu
d.             Kecenderungan
Ialah hasrat yang aktif menyuruk kita agar lekas bertindak.
e.              Hawa Nafsu
Ialah: hasrat yang besar dan kuat yang dapat menguasai seluruh fungsi jiwa kita.
f.              Kemauan:
Ialah kekuatan yang sadar dan hidup dan atau menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan fikiran.
2.             Proses Kemauan
Sebelum menjadi suatu tindakan, maka perlu adanya suatu proses kemauan, yang dijelaskan sebagai berikut:
a.              Motif (alasan, dasar, pendorong)
b.             Perjuangan motif. Sebelum mengambil keputusan, pada batin biasanya   ada beberapa motif yang bersifat luhur dan rendah.
c.              Keputusan. Disini kita mengadakan pemilihan-pemilihan antara motif-motif tersebut dan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tak mungkin kita punya macam-macam keinginan pada watu yang sama.
d.             Perbuatan kemauan. Kalau sudah mengambil keputusan, maka bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil.
3.             Ciri-Ciri Kemauan:
a.              Merupakan “motor” penggerak perbuatan dan kelakuaan manusia.
b.             Berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif maupun negative. Positif berarti mencapai barang sesuatu yang dianggap berharga dan berguna baginya. Sdang negative berarti menghindar sesuatu yang dianggap tidak mempunyai haraga/guna baginya.
c.              Kemauan selamanya tidak terpisah dari gejala mengenai (kognisi) dan perasaan (emosi). Dengan kata lain tidak dapat dipisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.
d.             Kemauan diarahkan pada penyelanggaraan suatu tujuan, maka didalamnya terdapat bibit-bibit penjelmaan kegiatan.
4.             Macam-Macam Kemauan yang Berpusat pada Kejasmanian
a.              Tropisme
Adalah peristiwa yang menyebabkan timbulnya gerak kesuatu arah tertentu. Gejala tropisme terdapat pada barang-barang tingkat vegetative (tumbuh-tumbuhan) dan animal (binatang).
Dengan adanya jenis perangsang yang berbeda, maka tropisme dapat dibedakan berdasarkan  jenis perangsangnya, antara lain:
1)            Foto-tropisme (fotos = cahaya)
Yaitu tropisme yang timbul karena adanya peransang cahaya menurut arah geraknya, foto tropisme dibedaan atas Foto-tropisme positif dan negatif
2)            Helio-tropisme (helios = matahari)
Yaitu tropisme yang timbul karena adanya peransang matahari. Menurut arah geraknya helio-tropisme dapat dibedakan menjadi Helio-tropisme pisitif dan Helio-tropisme negatif
b.             Refleks
adalah gerak reaksi yang tidak disadari terhadap peperangsang. Ciri-ciri gerak reflex:
·               Pada gerak terdapat hubungan erat antara perangsang dan reaksi, yakni reaksi terhadap perangsang itu.
·               Gerak refleks terjadi diluar kesadaran (tidak disadari).
·               Gerak refleks bersifat mekanis (bergerak dengan sendirinya) dan tidak mempunyai tujuan tertentu.
·               Sangat terikat oleh perangsang tertentu, tidak dikatakan bahwa setiap jenis perangsang tertentu menimbulkan gerak refleks tertentu.
·               Tidak berhubungan dengan pusat susunan urat syaraf dan bertalian dengan susunan syaraf, yakni sum-sum tulang belakang.
·               Gerak refleks merupakan cara bertindak tertentu yang dibawa sejak lahir. Gerak refleks adalah gearak diluar kesadaran, jadi reaksi-reaksi yang ditimbulkan tidak bersumber pada susunan syaraf (otak) tanpa suatu pertimbangan. Proses terjadi gerak refleks : perangsang pancaindera cel-cel syaraf ensoris urat syaraf mitosis reaksi.
Macam-macam reflex:
·               Refleks bawaan : yalni refleks yang dibawa sejak lahir; disebut juga refleks asli atau refleks sewajarnya.
·               Refleks latihan : yakni refleks yang diperoleh dari latihan.
·               Refleks bersyarat (conditioned-refleks): Refleks ini tidak tergantung pada perangsang alam yang asli tapi timbul karena rangsang lain yang berasosiasi dengan ransangan alam tersebut.
c.              Insting
Yaitu kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir yang tertuju pada pemuasan doronagn-dorongan nafsu dan doronagn-dorongan lain disebut instink. Ciri-Ciri Insting:
·               Insting lebih majemuk dari pada refleks.
·               Instink merupakan kemampuan untuk bergerak pada suatu tujuan dengan tidak memerlukan latiahan terlebih dahulu.
·               Gerak instinktif merupakan pembawaan, kemampuan alami yang dibawa sejak lahir, jadi bukan kecakaapan yang diperoleh dari pengalaman dan latihan.
·               Gerak instinktif berjalan secara mekanis (berjalan dengan sendirinya), berjalan tanpa menggunakan kesadaran dan pertimbangan.
·               Instink sedikit banyak dapat dilatih atau diubah, disesuaikan dengan keadan-keadaan tertentu.
·               Gerak instinktif berakar pada dorongan nafsu dan dorongan lain untuk mendapatkan kepuasan.
·               Gerak instinktif pada hewan sejak lahir tetap, tidak berubah, sedangka instink pada manusia berubah.
Instink pada manusia: Manusia mempunyai dorongan instink, tetapi perbuatan dan hidup manusia tidak dikuasai oleh doronga instink. Pada suatu kesempatan instink masih berfungsi, namun demikian pernyataan dorongan instink tersebut sudah dalam bentuk perbuatan yang dipengaruhi oleh batin manusia.
d.             Automatisme
Gejala yang menimbulkan gerak-gerak terselanggara denga sendirinya. Autumatisme asli: ialah gerak automatis yang tidak digerakan oleh gejala hasrat. Automatisme latihan: ialah gerak-gerak yang berjalan secara automatis karena seringnya gerak-gerak tersebut diulang.
e.              Kebiasaan: Gerak perbuatan yang berjalan dengan lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya disebut kebiasan.
f.              Nafsu: Dorongan yang terdapat pada tiap-tiap manusia dan member kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu, disebut nafsu.
g.             Keinginan: Nafsu yang telah mempunyai arah tertentu dan tujuan tertentu disebut dengan keinginan.
h.             Kecendrungan: Keinginan-keinginan yang sering muncul atau timbul disebut kecendrungan.
5.             Proses Kemauan
Dibawah ini dikemukakan dua teori mengenai proses kemauan:
a.              Teori Meuman (analisa lama)
Muman membedakan unsur motif-motif: motif dan perjuangan. Motif (motivasi) merupakan sebab atu gambaran penyebab yang akan menimbulkan tingkah laku, menuju pada suatu ingatan, gambaran fantasi dan perasaan-perasaan tertentu. Perjuangan motif merupakan usaha mempertimbangkan dengan hati nurani dan akal budi kemungkinan dilaksanakannya suatu pilihan yaitu diambil dari beberapa alternative/kemungkinan motif-motif tadi. Pada proses penentuaan ada penentuan dari seleksi dan pelaksanaan pilihan itu. Yaitu memilih motif yag paling baik dan paling kuat untuk dilaksanakan dengan segera.
b.             Teori N. Ach (analisa baru)
Ach membedakan empat momen, yaitu:
1)            Momen wujud: proses penginderaan yang kuat biasanya disertai dengan ketegangan-ketegangan bahkan sering diiringi dengan gerakan-gerakan tertentu, misal: mengernyitkan kening, mengepalkan tinju.
2)            Momen obyektif: kesadaran akn adanya pengarahan pada suatu tujuan, dan ada gambaran satu tujuan. Ada antisipasai terhadap perubahan yang akan dilakukan.
3)            Moment akatual: menyadari benar perbuatan apa yang akan dilakukannya.
4)            Momen subyektif: ada keinginan dalam kesadaran untuk berbuat secara energik/kuat, dan ada upaya mengumpulkan usaha-usaha untuk berbuat.
Kemauan bisa menciptakan orde dan kesatuan pada setiap unsur bagian dari kepribadian (unsur kognitif, efektif/emosi, fantasi tanggapan, minat, pikiran, dan lain-lain). Dan kemauan ini mengarahkan manusia pada tujuan-tujuan menurut pola-pola pembimbing atau leitmotifen tertentu.


BAB III
KESIMPULAN

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa dalam psikologi, kita mengenal adanya fungsi jiwa. Fungsi jiwa itu sendiri terdiri dari:
a.              Pengamatan yakni gejala mengenal benda-benda sekitar dengan mempergunakan alat indra.
b.             Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
c.              Fantasi yakni kesanggupan manusia untuk berfantasi yang disebut dengan “imagination” memungkinkan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan belum ada. Sehingga sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagaimanapun juga.
d.             Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat obyektif.
e.              Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan. Jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebagai tanggapan.
f.              Ingatan, para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa mnusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dilaminya.
g.             Berpikir ialah suatu aktivitas pribadi yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah hingga menemukan hubungan-hubungan dan menentukan sangkut pautnya. Berfikir dalam arti luas, ialah adanya pergaulan dengan abstraksi.
h.             Kemauan adalah salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan.


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Bimo Walgito. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Drs. M. Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Drs. Agus Sujanto. 2006. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara
Dakir. 1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ahmadi, Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta.




[1] Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), 50
[2] Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi Umum. hal 64
[3] Hal 116-117
[4] Hal 119-121
[5] Hal 121-122
[6] Hal 122-124
[7] Hal 125-128
[8] Hal. 129-132
[9] Hal 75
[10] Hal 79-80
[11] Prof. Drs. Dakir., Dasar-Dasar Psikologi. hal 68.
[12] Prof. Patty, F. MA. dkk., Pengantar Psikologi Umum,op.cit.,hal 122.
[13] Woodworth, R. S. And Marquis D. G., Pscoogy, Henry Hold and Company, New York, 1957
[14] Prof. Drs. Dakir. Dasar-Dasar Psikologi. hal 78

Tidak ada komentar:

Posting Komentar