BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam komunikasi antarpribadi, banyak orang yang
kesulitan dalam memulai, mengembangkan, dan mempertahankan hubungan
interpersonal. Sebab, memang tidak mudah melakukan pengembangan hubungan. Sebagaimana mungkin dapat kita lihat,
berbagai hubungan kita dengan teman, keluarga, mitra/pasangan, rekan kerja,
pemuka agama, dan yang lainnya dipenuhi dengan dinamika yang beragam.
Untuk mempermudah pembaca dalam meningkatkan pengembangan
hubungan, pemakalah akan menjelaskan tentang salah satu teori komunikasi
antarpribadi yang berfokus pada fenomena tersebut, yakni Anxienty/Uncertainty
management Theory (Teori Pengurangan Ketidakpastian).
B.
Rumusan Masalah
1.
Siapa tokoh
pencetus Teori Pengurangan Ketidakpastian?
2.
Apa saja asumsi
dari Teori Pengurangan Ketidakpastian?
3.
Bagaimana contoh
kasus sekaligus pengkajiannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori dan Tokoh
Biasa disebut teori interaksi awal (Initial
Interaction Theory), yang mengemukakan bahwa ketika dua orang asing bertemu,
fokus mereka adalah untuk mengurangi tingkat ketidakpastian/kegelisahan mengenai
satu sama lain dalam hubungan mereka.
Teori ini dikemukakan oleh Charles Berger dan
Richard Calabrese pada tahun 1975. Dengan tujuan untuk menjelaskan bagaimana
komunikasi digunakan dalam mengurangi ketidakpastian diantara orang asing yang
terlibat dalam pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali.
Dalam teori ini Berger dan Calabrese akan
memprediksi dan menjelaskan apa saja yang terjadi dalam perjumpaan-perjumpaan
awal. Dua hal itulah yang menjadi konsep dalam menyusun dua subproses utama
dari pengurangan ketidakpastian:
1.
Prediksi (prediction),
merupakan kemampuan untuk memperkirakan pilihan-pilihan perilaku yang mungkin
dipilih dari sejumlah kemungkinan pilihan yang ada bagi diri sendiri atau bagi
pasangan dalam suatu hubungan.
2.
Penjelasan (Explanation),
merupakan usaha untuk menginterpretasikan makana dari tindakan yang dilakukan
di masa lalu dalam sebuah hubungan.
Teori ini hampir sama dengan Teori Informasi dari
Claude E. Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949, bahwa ketidakpastian ada
ketika jumlah alternatif yang mungkin dalam sebuah situasi tinggi dan
kemungkinan terjadinya alternatif-alternatif itu relatif setara. Sebaliknya,
ketidakpastian menurun ketika alternatif-alternatif yang ada terbatas jumlahnya
dan/atau terdapat sebuah alternatif yang biasanya dipilih.
Berger dan Calabrese berpendapat bahwa komunikasi
merupakan sarana yang digunakan orang untuk mengurangi ketidakpastian mereka
mengenai satu sama lain. Meski demikian, pengurangan ketidakpastian mampu
menciptakan kondisi yang sangat baik untuk pengembangan hubungan interpersonal.
Oleh Berger dan Calabrese, teori ini kemudian
sedikit diperjelas hingga muncul versi baru dari teori ini yang menjelaskan
bahwa terdapat dua tipe ketidakpastian dari perjumpaan awal, yaitu:
1.
Kognitif, merujuk pada
keyakinan dan sikap yang kita anut. Oleh karenanya, ketidakpastian kognitif
(cognitive uncertainty), merujuk pada tingkat ketidakpastian yang dihubungkan
dengan keyakinan dan sikap tersebut.
2.
Ketidakpastian perilaku
(behavioral uncertainty), merupakan batasan sampai mana perilaku dapat
diprediksi dalam sebuah situasi tertentu.
Argumen lain dari Berger&Calabrese mengenai
pengurangan ketidakpastian. Terdapat dua proses dalam pengurangan
ketidakpastian, yaitu:
1.
Pengurangan
ketidakpastian proaktif, yang terjadi ketika seseorang berpikir mengenai
pilihan-pilihan komunikasi sebelum benar-benar melakukannya dengan orang lain.j
2.
Pengurangan
ketidakpastian retroaktif, yang terdiri atas usaha-usaha untuk menjelaskan
perilaku setelah perjumpaan itu sendiri.
Selain itu Berger&Calabrese juga menyatakan
bahwa ketidakpastian berhubungan dengan tujuh konsep lain yang berakar pada
komunikasi dan pengembangan hubungan:
1.
Output verbal
2. Kehangatan nonverbal
(mis. Nada suara yang menyenangkan, dan mencondongkan tubuh ke arah depan)
3.
Pencarian informasi
(bertanya)
4.
Pembukaan diri
5.
Resiprositas pembukaan
diri
6.
Kesamaan
7.
Kesukaan
Tiap konsep itu bekerja sama, hingga partisipan
dapat mengurangi sebagian dari ketidakpastian mereka.[1]
- Contoh Kasus
Sarah dan Andi mengambil kelas
Komunikasi Antarpribadi dan Komunikasi Massa yang sama di IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Hingga kini mereka belum bicara satu sama lain, meskipun mereka
selalu bertemu di kelas setiap hari selasa dan kamis selama tiga buan terakhir.
Andi telah mengamati Sarah dan berpikir bahwa Sarah adalah gadis yang menarik.
Hari ini, ketika Sarah meninggalkan kelas, ia melihat Andi memandangnya dari
sudut ruangan di mana ia duduk dengan teman-temannya. Sarah merasa sedikit
tidak nyaman dipandang sedemikian rupa oleh Andi, dan ia bergegas keluar dari
ruangan kelas.
Sayangnya, teman Sarah, Luna,
menghentikannya di depan pintu dengan sebuah pertanyaan mengenai tugas untuk
minggu depan, sehingga Sarah dan Andi mencapai lorong pada waktu yang
bersamaan. Terdapat keheningan sesaat yang membuat rikuh ketika mereka
tersenyum dengan ragu terhadap satu sama lain. Andi mendehem dan berkata, “Hai.
Hari ini pelajarannya cukup menarik, bukan?” Sarah mengangkat bahunya,
tersenyum kembali, dan menjawab, “Saya tidak yakin mengerti apa yang diajarkan
di dalam kelas itu. Saya mengambil jurusan Sastra, dan kelas ini hanyalah kelas
pilihan untuk saya.” Andi tersenyum dan berkata, “Saya cukup gembira semenjak
memutuskan untuk mengambil jurusan komunikasi. Tetapi mungkin saya akan
memiliki reaksi yang sama denganmu jika saya berada di kelas Sastra! Saya
bahkan mungkin tidak dapat memahami hal yang sangat sederhana di sana.”
Keduanya tertawa untuk beberapa saat. Kemudian Sarah berkata, “Saya harus
pergi. Sampai ketemu lagi.” Dan ia terburu-buru melintasi lorong.
Andi berjalan ke kelas
berikutnya dengan bertanya-tanya apakah mereka akan berbicara lagi, apakah
Sarah sedang merendahkan pilihan jurusannya, Apakah Sarah berpikir ia telah
berkata tidak sopan mengenai jurusan pilihan Sarah, apakah Sarah menyukainya,
apakah ia menyukai Sarah, atau apakah Andi peduli dengan semua itu.[2]
C.
Asumsi
Teori Pengurangan Ketidakpastian
1.
Orang mengalami
ketidakpastian dalam latar personal.
Ketika seseorang bertemu orang lain yang baru mereka
kenal, mereka cenderung merasakan ketidakpastian atau bahkan cemas. Sebagaimana
dikatakan Berger&Calabrese (1975), “Ketika orang tidak mampu untuk memahami
lingkungannya, mereka biasanya menjadi cemas.”
Pertimbangan kecemasan Andi ketika bertemu Sarah sebagai
contoh. Ia mengalami ketidakpstian setelah bertemu Sarah, seorang teman sekelas
yang membuatnya tertarik. Meskipun banyak tanda-tanda disekitar yang membantu
Andi untuk memahami interaksinya dengan Sarah, terdapat juga faktor yang
menyulitkan. Contohnya, Andi mungkin melihat ketegasan Sarah saat meninggalkan
kelas. Terdapat beberapa alternatif penjelasan untuk perilaku ini, misalnya
Sarah masih menghadapi kelas lain yang jaraknya cukup jauh, suatu dugaan yang
cukup umum mengenai ketegasan seseorang, atau ia harus pergi ke kamar kecil,
merasa cemas dan membutuhkan udara segar, ingin menghindari bertemu Andi di
pintu, dan sebagainya. Dengan adanya alternatif ini, sangat mungkin bahwa Andi
(atau orang lain dalam situasinya) merasa tidak pasti bagaimana
menginterpretasikan perilaku Sarah.
2.
Ketidakpastian merupakan
keadaan yang tidak mengenakkan.
Hal ini sama seperti yang biasanya dirasakan orang
ketika berada di lingkungan kerja yang baru, mereka sering kali mengalami stres
jenis ini. Sehingga, untuk berada di dalam ketidakpastian membutuhkan energi
emosional dan psikologis yang tidak sedikit.
3.
Ketika orang asing
bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka,
atau meningkatkan prediktabilitas.
Untuk mengurangi ketidakpastian orang akan mencari
informasi dengan mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk memperoleh
prekdibilitas.
Misalnya, politikus yang sering kali bertanya ketika
abertemu dengan konstituennya. Mereka mengahabiskan waktu dengan para pemberi
suara di distrik mereka dan mengajukan pertanyaan untuk mengetahui kebutuhan
mereka.
4.
Komunikasi
interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang terjadi melalui
tahapan-tahapan.
Terdapat tiga tahapan dalam komunikasi
interpersonal: (1) fase awal (entry phase): tahap awal interaksi antara orang
asing, seperti membalas sapaan ketika orang mengatakan, “Hai! Apa kabar?”; (2)
fase personal: tahap di mana partisipan mulai berkomunikasi dengan lebih
spontan dan membuka lebih banyak informasi pribadinya. Fase ini dapat terjadi
dalam perjumpaan awal, tetapi biasanya lebih banyak terjadi setelah dilakukan
beberapa interaksi; (3) fase akhir (exit phase), tahap di mana individu membuat
keputusan, apakah interaksi dalam suatu hubungan tersebut dilajut atau
dihentikan.
5.
Komunikasi
interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian.
Karena dalam komunikasi interpersonal mensyaratkan
beberapa kondisi, yaitu kemampuan mendengar, tanda respons nonverbal, dan
bahasa yang sama. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi
proses pengurangan ketidakpastian serta pengembangan hubungan.[3]
C.
Strategi untuk
Mengurangi Ketidakpastian
Asumsi umum yang digunakan di sini adalah bahwa
komunikasi merupakan proses bertahan (gradual) dimana orang salinh mengurangi
ketidakpastian tentang yang lain. Dengan tiap-tiap interaksi anda semakin
mengenal pihak lain dan secara berangsur-angsur mulai mengenal orang itu pada
tingkat yang lebih bermakna. Charles Berger dan James Bradac mengidentifikasi
tiga strategi utama untuk mengurangi ketidakpastian yaitu strategi pasif, aktif
dan interaktif.
1.
Strategi Pasif
Bila kita mengamati orang lain tanpa orang
itu sadar bahwa dia sedang kita amati, kita menerapkan strategi pasif. Yang
paling bermanfaat dalam observasi pasif ini adalah mengamati seseorang dalam
tugas aktif tertentu, misalnya dalam interaksinya dengan orang lain dalam
situasi sosial informal.
2.
Strategi Aktif
Bila anda secara aktif mencari informasi tentang
seseorang dengan cara apapun selain berinteraksi dengan orang itu, anda
menerapkan strategi aktif. Sebagai contoh, anda dapat bertanya kepada orang
lain tentang orang itu. Kita juga memanipulasi lingkungan dengan cara tertentu
sehingga kita dapat mengamati seseorang secara lebih spesifik dan jelas.
Wawancara lamaran pekerjaan, menonton teater, atau mengajar mahasiswa merupakan
contoh-contoh cara dimana orang memanipulasi situasi untuk melihat bagaimana
seseorang mungkin beraksi dan bereaksi.
3.
Strategi Interaktif
Bila kita sendiri berinteraksi dengan seseorang,
kita menerapkan strategi interaktif. Sebagai contoh, kita dapat mengajukan
pertanyaan (“Apakah anda senag berolahraga?” “Bagaimana pendapat anda mengenai
mata kuliah ilmu komputer itu?” “Apa yang akan anda lakukan jika dipecat?”)
Kita juga mendapatkan pengetahuan tentang orang lain
dengan mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri. Pengungkapan diri
menciptakan lingkungan yang santai yang mendorong pengungkapan dan orang yang
ingin lebih kita kenal.
Ketiga strategi ini bermanfaat untuk mengurangi
ketidakpastian. Sayangnya banyak orang merasa bahwa mereka sudah cukup mengenal
seseorang setelah menerapkan hanya strategi pasif. Strategi aktif lebih
bersifat mengungkapkan, dan strategi interaktif lebih banyak lagi
mengungkapkan. Menerapkan ketiga macam strategi ini akan membuat persepsi anda
seakurat mungkin.[4]
DAFTAR PUSTAKA
West, Richard,
dan Lynn H. Turner. 2009. Pengantar Teori
Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Devito, Josep
A. 1997. Komunikasi Antarmanusia.
Jakarta: Profesional Book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar