1.
Salah
satu elemen media massa yang menunjukkan tingkat keberdayaan audiens/khalayak
dalam berinteraksi dengan media massa adalah filter atau “perangkat” penyaring
nilai-nilai yang ditawarkan media. Pertanyaannya adalah bagaimana cara
mengoptimalkan filter tersebut, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
optimalisasinya? Beri analisis secukupnya!
Cara
mengoptimalkan filter media massa adalah dengan bersikap adil dalam menyaring
nilai-nilai yang ditawarkan media. Karena nilai itu relatif sifatnya, maka
tidak memandang berat sebelah pada kelompok tertentu. Lebih baik lagi jika
diambil jalan yang nantinya tidak akan merugikan tiap kelompok.
Faktor
yang mempengaruhi optimalisasi filter media adalah keegoisan pihak-pihak
tertentu dalam mempengaruhi filter media massa demi pemenuhan kebutuhan
pribadinya. Karena adanya kepentingan, pihak-pihak yang berkemampuan bisa saja
mengabaikan sebagian kelompok masyarakat, karena merasa sebagian yang lain cukup
mampu memenuhi kebutuhannya.
Contohnya
adalah film-film indonesia, yang meski telah dinyatakan lulus sensor, namun
ketika tayang tetap saja ada adegan-adegan porno yang tidak layak untuk
dipertontonkan. Mengingat pula negara Indonesia memiliki Undang-Undang terkait
itu. Hal ini terjadi, karena masyarakat penikmat film memang cenderung lebih
menyukai film yang memiliki unsur porno. Karenanya sebagian dari pihak media
beranggapan bahwa jika itu dihilangkan, akan mengurangi nilai hasil yang
didapat. Padahal tidak sedikit juga film yang bermoral baik dan sehat yang
menghasilkan untung banyak.
Oleh
sebab itu, demi menghilangkan kebiasaan buruk masyarakat penikmat film
Indonesia tersebut, pihak media perlu untuk lebih kreatif lagi dalam berkarya.
Sehingga menghasilkan suatu karya yang mengandung nilai moral yang baik, yang
nantinya akan berdampak positif pada masyarakat. Dengan demikian, media juga
tidak akan kesulitan dalam menyaring nilai-nilai dari apa yang ditawarkannya.
2.
Mengapa
media massa tidak sepenuhnya dan selamanya bersikap idealis dalam menyampaikan
informasi kepada masyarakat?
Karena
dalam pengerjaannya, terdapat pengaruh dari masyarakat besar yang terdiri dari
kelompok-kelompok tertentu seperti politisi, pengusaha, dan lain-lain yang
memanfaatkan media untuk memenuhi kebutuhan kelompoknya. Belum lagi media juga
tetap berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pribadinya. Sehingga selain
menyampaikan informasi sesuai dengan bagaimana adanya. Tidak jarang juga media
memanipulasi suatu berita untuk kepentingannya. Hal ini biasa dilakukan oleh
wartawan yang sengaja membesar-besarkan suatu berita, agar berita tersebut
tetap aktual, hingga wartawan tidak kesulitan dalam mencari berita. Namun tidak
hanya oleh wartawan, para atasan media yang memiliki kepentingan pribadi juga
bisa berbuat demikian, seperti Surya Palo sebagai pemilik metro TV yang
memanfaatkan medianya untuk mempromosikan dirinya dalam pemilu, atau lebih dari
itu, ia dapat menyengajakan adanya pemberitaan yang buruk dari kandidat lain.
3.
Buat
formulasi (skema) proses komunikasi massa yang efektif, berikut analisisnya!
·
Stimulasi
Adanya
sumber yang terstimulasi untuk menyampaikan pesan, bisa berasal dari
emosi/hal-hal yang dapat diindra.
·
Encoding oleh Komunikator
Sumber
pesan menempatkan pikirannya ke dalam simbol-simbol yang dapat dipahami oleh
siapapun yang menjadi tujuan pesan. Wujudnya bisa berupa ucapan, tulisan, atau
gambar.
·
Isi Pesan
Berisi
informasi atau hiburan.
·
Produksi pesan.
Pesan
dikodekan hingga cocok dengan alat/media yang akan digunakan untuk transmisi.
·
Analisa Pesan oleh Gatekeeper
Gatekeeper
memutuskan mana yang akan disiarkan dan mana yang tidak. Mereka mengambil
keputusan tentang apa yang harus lebih ditonjolkan, serta menyortir untuk
memilih informasi mana yang cocok untuk dipublikasi.
·
Regulator
Tahap
ini hanya akan ada jika apa yang disampaikan masih dirasa tidak pantas untuk
disebarkan oleh pemerintah atau kelompok-kelompok penekan.
·
Transmisi Pesan.
·
Decoding oleh Komunikan
Dalam
tahap penerimaan pesan ini, sebelum sampai pada komunikan, pesan ditangkap oleh
media yang digunakan, barulah komunikan merekonstruksi pesan itu.
·
Internalisasi
Jenis
decoding lanjutan dalam komunikasi massa, yakni orang memahami pesan yang telah
dikodekan.
·
Feecback bisa dihasilkan ketika pesan
tersebut telah internalisasi, atau ketika masih direkonstruksi. Namun, yang
lebih sering adalah ketika sudah diinternalisasi, karena pada tahap ini orang
sudah benar-benar memahami pesan.
4.
Apa
langkah yang seharusnya dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam mendorong media
massa menjadi media penyalur informasi yang beretika dan bermartabat?
Dalam
elemen komunikasi massa, kita mengenal satu elemen yang disebut dengan
regulator, yakni orang nonmedia dan institusi nonmedia yang mempengaruhi pesan
komunikasi massa sebelum pesan sampai ke tujuan. Di sini cukup jelas bahwa
masyarakat terutama pemerintah memiliki hak/wewenang dalam melakukan sensor
terhadap informasi yang disampaikan media massa.
Sebenarnya,
arti penting sekaligus tugas dari media massa adalah sebagai penyalur/sumber
informasi dan hiburan yang disampaikan pada masyarakat luas. Namun, dewasa ini
media massa sudah banyak tersentuh oleh unsur politik dari kelompok-kelompok
tertentu yang memiliki kepentingan masing-masing. Hingga tidak sedikit
informasi yang sampai pada masyarakat, sebelumnya telah disetting oleh
kelompok-kelompok tersebut.
Kunci
pertama yang perlu dipegang jika ingin mendorong media massa menjadi media
penyalur informasi yang beretika dan bermartabat adalah dengan tidak
memanfaatkan media demi kebutuhan pribadi baik oleh pemerintah ataupun
masyarakatnya. Hal yang demikian jika diteruskan, selain mengakibatkan
perpecahan antar kelompok, menjadi tidak adil juga bagi masyarakat kecil,
karena akan terpengaruh oleh media yang notabenenya adalah demi pemenuhan
kebutuhan oleh kelompok-kelompok tertentu.
Kunci
kedua, kembali pada media massa itu sendiri, yang harus sadar akan tugas
utamanya dengan tidak hanya mementingkan ego pribadi. Masyarakat dan media itu
saling membutuhkan, masyarakat butuh informasi yang disediakan media massa, dan
media massa butuh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhannya. Namun, ada hal yang
perlu digaris bawahi, yakni sangat salah jika media massa hanya berfokus pada
pemenuhan kebutuhannya, itu akan berdampak pada segala cara yang dibenarkan
media massa dalam melaksanakan tugasnya. Padahal jika media massa dapat
bersikap jujur, beretika dan bermartabat dalam menyampaikan informasi, maka
kebutuhan tersebut akan terpenuhi dengan sendirinya.
5.
Pilih
salah satu teori komunikasi massa berikut ini, Jarum Hipodermik, Uses and
Gratification, Agenda Setting, dan Teori Kultivasi, kemudian lakukan analisis
kontekstual dengan cara:
a.
Mencontohkan
kasus/fenomena broadcasting/advertising yang menggambarkan aplikasi teori
tersebut.
Salah satu contoh gambaran aplikasi
kasus/fenomena broadcasting dari teori ini adalah program acara sinetron yang
seragam yang pernah diputar televisi swasta Indonesia. Seperti Yusra dan Yumna,
Putri yang Ditukar, Karunia, dan lain-lain. Masing-masing sinetron tersebut
membahas konflik antara orang tua dan anak. Dan lagi sinetron Pernikahan Dini,
Terpikat, dan Tersanjung, yang masing-masing konfliknya adalah kehamilan di
luar nikah.
Ada juga dibeberapa film yang menyajikan
adegan-adegan yang tidak selayaknya menjadi konsumsi publik seperti ciuman,
ritual ke dukun, seks bebas, dll.
b.
Menganalis
kesesuaian (relevansi) antara teori dengan fenomena yang Anda contohkan.
Teori kultivasi (cultivation theory) yang dikenalkan
oleh Profesor George Gerbner ini menyatakan bahwa televisi menjadi media atau
alat utama di mana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan
kultur di lingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak
seseorang tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi. Ini
artinya, melalui kontak dengan televisi, seseorang belajar tentang dunia,
orang-orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasannya.
Terkait dengan contoh kasus di atas, para pecandu
berat televisi akan mengatakan bahwa di masyarakat sekarang banyak gejala
tentang hamil di luar nikah karena televisi lewat sinetronnya banyak atau
bahkan selalu menceritakan kasus tersebut. Pendapat ini tidak salah, hanya saja
terlalu menggeneralisir ke semua lapisan masyarakat. Yakni adanya gejala hamil
di luar nikah itu memang benar, namun mengatakan bahwa semua gadis sudah hamil
di luar nikah itu salah. Hal ini dikarenakan para pecandu sinetron itu sangat
percaya bahwa apa yang terjadi pada masyarakat itulah seperti yang dicerminkan
dalam sinetron-sinetron.
Termasuk di sini konflik antara orang tua dan anak.
Benak penonton akan mengatakan bahwa saat ini semua anak memberontak kepada
orang tua dikarenakan perbedaan antara keduanya. Mereka yakin bahwa televisi
adalah potret sesungguhnya dunia nyata. Padahal dalam kenyataannya, tidak
sedikit anak-anak yang masih hormat atau bahkan selalu mengiyakan apa yang
dikatakan orang tuanya.
c.
Membuat
kesimpulan analisis/asumsi.
1.
Semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk
menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orang tersebut menyamakan
realitas televisi dengan realitas sosial.
Dunia nyata (real world) di sekitar penonton
dipersamakan dengan dunia rekaan yang disajikan televisi. Dengan bahasa yang
lebih sederhana dapat dikatakan bahwa penonton mempersepsi apapun yang
disajikan televisi sebagai kenyataan sebenarnya. Namun teori ini tidak
menggeneralisasi pengaruh tersebut berlaku untuk semua penonton, melainkan
lebih cenderung pada penonton dalam kategori heavy viewer (penonton berat),
yakni mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam tiap harinya. Mereka duduk
di depan televisi dalam kurun waktu yang cukup lama tanpa peduli apakah
tayangan televisi yang mereka saksikan merupakan acara yang mereka suka/perlukan
ataukah tidak. Karenanya, mereka sangat mudah terpengaruh oleh isi tayangan
televisi.
2.
Terpaan pesan televisi yang terus menerus menyebabkan
pesan tersebut diterima khalayak sebagai pandangan konsensus masyarakat.
Terpaan televisi yang intens dengan frekuensi yang
kerap dan terus menerus serta disiarkan lebih dari satu program televisi membuat
apa yang ada dalam pikiran penonton televisi sebangun dengan apa yang disajikan
televisi. Karena alasan ini kemudian mereka menganggap bahwa apapun yang muncul
di televisi merupakan gambaran kehidupan sebenarnya, yakni gambaran kehidupan
yang disepakati secara konsensual masyarakat. Dalam konteks ini berarti, jika
penonton melihat orang hamil di luar nikah, atau melihat adegan ciuman di
antara dua orang yang masih pacaran dalam sebuah film maka penonton akan
menganggap hal itu lumrah saja terjadi di kehidupan nyata di lingkungannya.
3.
Televisi membentuk kemampuan memantapkan dan
menyeragamkan berbagai pandangan di masyarakat tentang dunia di sekitar mereka
serta mengimplikasikan pengaruh pesan media dalam persepsi realita, jadi apa
yang masyarakat lihat di televisi adalah apa yang akan mereka lihat di dunia
nyata.
bagus blognya, follow blog ku juga donk di http://amarsuteja.blogspot.com/
BalasHapusSangat membantu sekali blog nya
BalasHapus