BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama dakwah. Islam disebarluaskan dan
diperkenalkan kepada umat manusia melalui aktivitas dakwah, tidak melalui
kekerasan, pemaksaan, atau kekuatan senjata. Islam tidak membenarkan
pemeluk-pemeluknya melakukan pemaksaan terhadap umat manusia, agar mereka mau
memeluk agama islam. Setidak-tidaknya ada dua alasan, mengapa islam tidak
membenarkan alasan tersebut; (1) Islam adalah agama yang benar dan
ajaran-ajaran islam sama sekali benar dan dapat diuji kebenarannya secara ilmah,
(2) Masuknya iman ke dalam kalbu setiap manusia merupakan hidayah Allah SWT,
tidak ada seorang pun yang mampu dan berhak memberi hidayah ke dalam kalbu
manusia kecuali Allah SWT.
Islam menganut suatu paham bahwa manusia itu pada
dasarnya adalah bersih (fitrah) seperti kertas putih, namun akan berubah menjadi
buruk apabila dipengaruhi oleh lingkungannya yang buruk pula, dengan demikian
manusia itu mempunyai potensi yang sama besarnya untuk berbuat kotor atau
berbuat bersih tergantung dominasi rangsangan yang diterimanya.
Atas dasar pemikiran inilah, pemakalah akan menjelaskan
tentang ucapan dan perbuatan Nabi sebagai model komunikasi persuasif. Guna
memberikan pemahaman dalam berkomunikasi terkait dengan cara menyerukan ajakan
pada kebaikan. Pengertian ini pemakalah ambil dari hadis Nabi yang diperkuat
juga oleh Firman Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah
komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau memengaruhi kepercayaan, sikap,
dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh komunikator.[1]
Dalam islam sendiri komunikasi persuasif lebih dikenal
dengan sebutan dakwah, yakni suatu aktivitas yang mendorong manusia memeluk
agama islam melalui cara yang bijaksana dengan materi ajaran islam agar mereka
mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan umat nanti (akhirat).[2]
B.
Teknik Komunikasi Persuasif
Seperti yang sudah
dijelaskan di atas, komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap,
pandapat, atau perilaku dengan akibat yang dihasilkan ialah kesadaran, kerelaan
disertai perasaan senang. Berikut teknik dalam komunikasi persuasif:[3]
1.
Perencanaan
komunikasi persuasif
Agar komunikasi tersebut
mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan
yang dimaksud ialah dalam pengelolaan pesan. Dengan tahapannya:
·
Harus sudah jelas
siapa yang menjadi sasaran komunikan
·
Jika menggunakan
media, maka diperkirakan media apa yang tepat untuk digunakan.
·
Menata/mengelolah
pesan, di mana pesan tersebut harus sudah jelas isinya dan sesuai dengan diri
komunikan sebagai sasaran.
Sehubungan dengan
perencanaan pesan dalam proses komunikasi persuasif, berikut adalah
teknik-teknik yang dapat dipilih:
a.
Teknik asosiasi
Ialah
penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau
peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini sering dilakukan
oleh kalangan bisnis atau kalangan politik.
Misalnya,
ketika Rudy Hartono dan Liem Seiw King berada dipuncak ketenarannya, maka
produser film langsung memintanya untuk berperan dalam film. Bagi produser
tidak peduli, apakah Rudy dan King bisa main atau tidak; yang penting
permunculannya, yang diperkirakan akan menghasilkan uang banyak.
b.
Teknik integrasi
Ialah
kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan
komunikan. Ini berarti bahwa, melalui kata-kata verbal atau nonverbal,
komunikator menggambarkan bahwa ia “senasib”—dan karena itu menjadi satu—dengan
komunikan.
Teknik ini
biasa digunakan oleh redaktur surat kabar dalam menyusun tajuk rencana. Di situ
selalu dikatakan “kita”, bukan “kami”, yang berarti pemikiran yang dituangkan
ke dalam tajuk rencana bukan hanya pemikiran redaksi saja, melainkan juga
pendapat para pembaca.
c.
Teknik ganjaran
Ialah kegiatan
untuk mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-ngiming hal yang
menguntungkan atau yang menjajikan harapan. Di mana berdaya upaya untuk
menumbuhkan kegairahan emosional.
d.
Teknik tataan
Ialah upaya
menyusun pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga enak didengar atau dibaca
serta termotivasikan untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan
tersebut.
Teknik ini
digunakan hanya untuk memperindah pesan agar menarik, dan tidak mengubah bentuk
yang dimaksudkan hanya agar komunikan
lebih tertarik hatinya. Komunikator sama sekali tidak membuat fakta pesan
menjadi cacat. Faktanya sendiri tetap utuh, tidak diubah, tidak ditambah, dan
tidak dikurangi.
e.
Teknik red-herring
Ialah seni
seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan
argumentasi yang lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke
aspek yang dikuasainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan.
Hingga sebelumnya diperlukan persiapan dengan matang.
2.
Pentahapan
komunikasi persuasif.
Demi berhasilnya komunikasi
persuasif perlu dilaksanakan secara sistematis. Terdapat suatu formula yang
disebut AIDDA yang dapat dijadikan landasan pelaksanaan yang merupakan kesatuan
singkatan dari tahap-tahap komunikasi persuasif.
A – Attention – Perhatian
I – Interest – Minat
D – Desire – Hasrat
D – Decision – Keputusan
A – Action – Kegiatan
Berdasarkan formula AIDDA itu,
komunikasi persuasif didahului dengan upaya membangkitkan perhatian. Upaya ini
tidak hanya dilakukan dalam gaya bicara dengan kata-kata yang merangsang,
tetapi juga dalam penampilan ketika menghadapi khalayak.
Apabila perhatian sudah
berhasil terbangkitkan, kita menyusul upaya menumbuhkan minat. Upaya ini bisa
berhasil dengan mengutarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan komunikan.
Karena itu komunikator harus mengenal siapa komunikan yang dihadapinya.
Tahap berikutnya adalah
memunculkan hasrat pada komunikasi untuk melakukan ajakan, bujukan, atau rayuan
komunikator. Di sini seni menata pesan harus dilakukan dengan sedemikian rupa
oleh komunikator, hingga pada tahap berikutnya komunikan bisa mengambil
keputusan untuk melakukan suatu kegiatan sebagaimana diharapkan daripadanya.
C.
Hadis Terkait
Diawali dengan
firman Allah SWT yang menjelaskan tentang dakwah, yakni sebagai berikut:
“Dan hendaklah ada di antara kamu sekalian segolongan umat
yang mengajak pada kebajikan, menyuruh pada yang makruf, dan mencegah orang
dari kemungkaran. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran:
104)[4]
Dalam ayat tersebut
terkandung pelajaran penting yang bertalian dengan kewajiban berdakwah, yakni
umat islam diperintahkan berdakwah, mengajak orang pada kebajikan/kebaikan.
Pengertian kebajikan/kebaikan dalam ayat tersebut dijelaskan oleh Rasulullah
SAW dalam hadis hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih yang artinya
sebagai berikut:
“Abu Ja’far
Al-Baqira berkata: ‘bahwa setelah Rasulullah SAW membaca: Hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang mengajak pada kebajikan. Kemudian beliau
bersabda: Kebajikan/kebaikan itu, kepatuhan mengikuti Al-Qur’an dan Sunnahku.[5]
Dari ayat tersebut,
kemudian Nabi mengajarkan bagaimana cara berdakwah yang baik dan benar sesuai
dengan hadis sebagai berikut:
“Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Sesungguhnya Rasulullah
SAW tatkala beliau mengutus Mu’adz r.a. ke Yaman, beliau bersabda:
‘Sesungguhnya kamu akan mendatangi masyarakat ahli kitab: maka hendaklah yang
pertama kali ajaran yang kau serukan kepada mereka adalah ibadah kepada Allah.
Lalu jika mereka sudah mengenal Allah, lalu beritahukan kepada mereka bahwa
sesungguhnya Allah telah mewajibkan shalat kepada mereka lima kali tiap
sehari-semalam; lalu, apabila mereka sudah mengerjakannya, maka beri tahukan
mereka, bahwa Allah mewajibkan pada mereka membayar zakat hartanya, dan zakat
itu diberikan kepada orang-orang fakir miskin di antara mereka. Kemudian,
apabila mereka sudah mematuhinya, maka terimalah dari mereka, berhati-hatilah,
jangan sampai kamu mengambil harta kesayangan mereka.”
Dalam
hadis tersebut terkandung beberapa pelajaran penting terkait dengan dakwah/komunikasi persuasif, yaitu:[6]
1.
Dakwah itu disampaikan
secara bertahap dan
memerlukan konsepsi yang
matang, sesuai dengan petunjuk Allah dan tuntunan Rasul-Nya.
2.
Materi dakwah dan
pengajaran pokok yang disampaikan adalah keimanan.
Setelah
orang itu sudah mau beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya, maka cara yang ditempuh adalah menuntun mereka
untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ini sesuai dengan perintah Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadis:
“Dari Ibnu Umar r.a. (beliau berkata): Sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: ‘Saya diperintahkan untuk memerangi manusia, sehingga
mereka bersaksi: Bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya Muhammad
adalah Rasulullah, sehingga mereka menegakkan shalat, dan membayar zakat. Apabila
mereka sudah mengerjakan itu, maka sudah memelihara dari saya darah dan
hartanya, kecuali karena hak islam, dan perhitungan amal mereka terserah kepada
Allah’.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).[7]
3.
Setelah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, barulah mereka diberitahukan konsekuensi syahadat itu.
Allah
mewajibkan ibadah shalat lima waktu setiap sehari-semalam. Kesadaran
menuanaikan ibadah shalat itu menjadi bukti pertama kebenaran iman mereka
kepada Allah SWT.
4.
Tahap berikutnya
pemberitahuan kepada mereka yang sudah beriman dan menunaikan ibadah shalat
itu, bahwa Allah mewajibkan membayar zakat harta bagi yang memenuhi zakat itu.
Kesadaran membayar zakat itu salah satu bentuk rasa
tanggung jawab sosial, dan itu menjadi bukti kebenaran iman dan kekhusyu’an
shalat seseorang, jika tidak maka sebagai pertanda bahwa iman masih dibibir dan
shalatnya belum menjiwai dirinya.
5.
Dalam hadis tersebut
terkandung suatu pengertian, bahwa para mubaligh
tidak boleh memaksa masyarakat untuk segera beriman dan menunaikan ibadah
shalat serta membayar zakat.
Mereka perlu diberi kesempatan untuk merenungkannya,
agar masyarakat tidak merasa terpaksa mengerjakan itu semua karena takut. Islam
melarang kita memaksa orang untuk masuk islam. Dasar dari pengertian ini terdapat dalam
firman Allah surat Al-Baqarah:
256, sebagai berikut:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[8]
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.”
(QS Al-Baqarah: 256)
Terlepas dari dakwah, ucapan nabi untuk mengajak kita
menuju hal yang benar dapat dilihat dari hadits tentang perintah memerangi
manusia yang tidak melakukan sholat dan mengeluarkan zakat sebagai berikut:
عن ابن عمر رضي
الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال " أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا
أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة , فإذا فعلوا
ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى
“Dari Ibnu 'Umar radhiallahu 'anhuma, sesungguhnya
Rasulullah telah bersabda : ‘Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai ia
mengucapkan laa ilaaha illallaah, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat.
Barang siapa telah mengucapkannya, maka ia telah memelihara harta dan jiwanya
dari aku kecuali karena alasan yang hak dan kelak perhitungannya terserah
kepada Allah Ta'ala’".
Hadits ini amat
berharga dan termasuk salah satu prinsip Islam. Hadits yang semakna juga
diriwayatkan oleh Anas, Rasulullah bersabda: “Sampai mereka bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, menghadap
kepada kiblat kita, memakan sembelihan kita dan melaksanakan shalat kita. Jika
mereka melakukan hal itu, maka darah mereka dan harta mereka haram kita sentuh
kecuali karena hak. Bagi mereka hak sebagaimana yang diperoleh kaum muslim dan
mereka memikul kewajiban sebagaimana yang menjadi kewajiban kaum muslimin.”
Dalam Shahih
Muslim dari Abu Hurairah disebutkan sabda beliau:
“Sampai mereka bersaksi tidak ada
Tuhan selain Allah dan beriman kepadaku dan apa yang aku bawa.” Hal ini sesuai
dengan kandungan hadits riwayat Umar di atas”.
Tentang maksud
hadits ini para ulama mengartikannya berdasarkan sejarah, yaitu tatkala
Rasulullah wafat dan Abu Bakar Ash Shiddiq diangkat sebagai khalifah untuk
menggantikannya, sebagian dari orang Arab menjadi kafir. Abu Bakar bertekad
untuk memerangi mereka sekalipun di antara mereka ada yang tidak kafir tetapi
menolak membayar zakat. Abu Bakar lalu mengemukakan alasan perbuatannya itu,
tetapi ‘Umar berkata kepadanya: “Bagaimana engkau akan memerangi manusia
sedangkan mereka mengucapakan laa ilaaha illallaah dan Rasulullah bersabda:
“Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai ia mengucapkan laa ilaaha
illallaah ... dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta’ala”. Abu Bakar
lalu menjawab : “Sesungguhnya zakat itu adalah kewajiban yang bersifat
kebendaan”. Lalu katanya: “Demi Allah, kalau mereka merintangiku untuk
mengambil seutas tali unta yang mereka dahulu serahkan sebagai zakat kepada
Rasulullah niscaya aku perangi mereka karena penolakannya itu.” Maka kemudian
Umar mengikuti jejak Abu Bakar untuk memerangi kaum tersebut.
Kalimat
"Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai ia mengucapkan laa ilaaha
illallaah, dan barangsiapa telah mengucapkannya, maka ia telah memelihara harta
dan jiwanya dari aku kecuali karena alasan yang hak dan kelak perhitungannya
terserah kepada Allah”. Khatabi dan lain-lain bekata : “Yang dimaksud oleh
Hadits ini ialah kaum penyembah berhala dan kaum Musyrik Arab serta orang yang
tidak beriman, bukan golongan Ahli kitab dan mereka yang mengakui keesaan
Allah”. Untuk terpeliharanya orang-orang semacam itu tidak cukup dengan
mengucapkan laa ilaaha illallaah saja, karena sebelumnya mereka sudah mengatakan
kalimat tersebut semasa masih sebagai orang kafir dan hal itu sudah menjadi
keimanannya. Tersebut juga di dalam hadits lain kalimat “dan sesungguhnya aku
adalah Rasul Allah, mereka melaksanakan shalat, dan mengeluarkan zakat.”
Syaikh Muhyidin
An Nawawi berkata: “Di samping mengucapkan hal semacam ini ia juga harus
mengimani semua ajaran yang dibawa Rasulullah seperti tersebut pada riwayat
lain dari Abu Hurairah, yaitu kalimat, “Sampai mereka bersaksi tidak ada Tuhan
kecuali Allah, beriman kepadaku dan apa saja yang aku bawa”
Kalimat, “Dan
perhitungannya terserah kepada Allah” maksudnya ialah tentang hal-hal yang
mereka rahasiakan atau mereka sembunyikan, bukan meninggalkan
perbuatan-perbuatan lahiriah yang wajib. Demikian disebutkan oleh khathabi. Khathabi
berkata: “Orang yang secara lahiriah menyatakan keislamannya, sedang hatinya
menyimpan kekafiran, secara formal keislamannya diterima” ini adalah pendapat
sebagian besar ulama. Imam Malik berkata: “Tobat orang yang secara lahiriah
menyatakan keislaman tetapi menyimpan kekafiran dalam hatinya (zindiq) tidak
diterima” ini juga merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Imam Ahmad.
Kalimat, “Aku
diperintah memerangi manusia sampai mereka bersaksi tidak ada tuhan kecuali
Allah dan mereka beriman kepadaku dan apa yang aku bawa” menjadi alasan yang
tegas dari mazhab salaf bahwa manusia apabila meyakini islam dengan
sungguh-sungguh tanpa sedikitpun keraguan, maka hal itu sudah cukup bagi
dirinya. Dia tidak perlu mempelajari berbagai dalil ahli ilmu kalam dan mengenal
Allah dengan dalil-dalil semacam itu. Hal ini berbeda dengan mereka yang
berpendapat bahwa orang tersebut wajib mempelajari dalil-dalil semacam itu dan
dijadikannya sebagai syarat masuk Islam. Pendapat ini jelas sekali
kesalahannya, sebab yang dimaksud oleh hadits diatas, adanya keyakinan yang
sungguh-sungguh dalam diri seseorang. Hal ini sudah dapat terpenuhi tanpa harus
mempelajari dalil-dalil semacam itu, sebab Rasulullah mencukupkan dengan
mempercayai ajaran apa saja yang beliau bawa tanpa mensyaratkan mengetahui
dalil-dalilnya. Didalam hal ini terdapat beberapa hadits shahih yang jumlah
sanadnya mencapai derajat mutawatir dan bernilai pengetahuan yang pasti.
DAFTAR PUSTAKA
http://muhammadmiftahulhuda.blogspot.com/2011/11/pesan-pesan-persuasif.html
Amin,
Masyhur. 1997. Dakwah Islam dan Pesan
Moral. Yogyakarta: Amin Press.
Departemen Agama. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz
1-30. Surabaya: Danakarya.
Muhammad, Abu Bakar. 1997. Hadis Tarbawi. Surabaya: Karya Abditama.
Hamidy, Zainuddin, dkk. 1953. Terjemah Shahihul Bukhari. Jakarta: Wijaya.
Effendy, Onong Uchjana.1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
makasih atas bantuan teman ea
BalasHapus