Model stimulus – respons (S – R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus – respons.
Model S – R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan – tulisan), isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (communication act) berikutnya.
Contoh yang berlangsung positif, ketika seseorang yang Anda kagumi atau menarik perhatian Anda tersenyum kepada Anda ketika berpapasan dijalan, boleh jadi Anda akan membalas senyumannya, karena Anda merasa senang.
Namun pola S – R ini dapat pula berlangsung negatif, misalnya orang pertama menatap orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik menatap, dan membentak, “apa liat-liat? nantang ya?”.
Model S –R mengabaikan komunikasi sebagai satiu proses, khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi dalam model S – R ini bahwa perilaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya, komunikasi dianggap statis; manusia dianggap berpilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara alih-alih pada perilaku manusia.
Model Aristoteles
Adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model retoris (rhetorical model) menurutnya komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, mereka mengemukakan tiga unsur dasar komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (massage), dan pendengar (listener).
Fokus komunikasi yang ditelaah Aristoteles adalah komunikasi retoris, yang kini lebih dikenal dengan komunikasi publik (public speaking) atau pidato.
Namun seperti model S – R, model komunikasi Aristoteles jelas sangat sederhana, malah terlalu sederhana dari prespektif sekarang, karena tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam model komunikasi, seperti saluran, umpan balik, efek, dan kendala atau ganguan komunikasi.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi diangap fenomena yang statis. Seseorang berbicara, pesannya berjalan kepada khlayak, dan khalayak mendengarkan. Disamping itu, model ini juga berfokus pada komunikasi yang bertujuan (disengaja) yang terjadi ketika seseorang membujuk orang lain untuk menerima pendapatnya.
Model Lasswell
Mosel komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yakni :
Who
Says What
In Which Chanel
To Whom
With What Effect?
Model ini dikemukakan Harold Lasswell tahun 1948. Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu: pertama, pengawasan lingkungan – mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, kolerasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Model Lasswell sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran yang dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsan pertanyaan mengenai pengadilan pesan (misalnya oleh “penjaga gerbang”), sedangkan unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (In Which Chanel) dikaji dalam analisis media. Unsur penerima (to whom) dikaitkan dengan analisis khalayak, sementara unsur pengaruh (with what effect) jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan oleh komunikasi massa pada khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.
Model Lasswell dikritik karena model itu tampaknya mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan. Model itu juga dianggap terlalu menyederhankan masalah. Tetapi, seperti setiap model yang baik, model Lasswell memfokuskan perhatian pada aspek-aspek penting komunikasi.
Model Shannon dan Weaver
Salah satu model awal komunikasi dikemukakan Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Modelnya sering disebut model matematis atau model teori informasi, karena model ini pengaruhnya paling kuat daripada model dan teori komunikasi lainnya.
Model komunikasi mereka seperti berikut ini:
Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikonsumsikan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan, sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu.
Suatu konsep penting dalam model Shannon dan Weaver ini adalah ganguan (noise), yakni semua rangsangan tambahan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini bisa merupakan interferensi statis atau suatu panggilan telepon, musik yang hingar bingar disebuah pesta, atau sirine di luar rumah. Menurut Shannon dan Weaver, gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama pesan tersebut yang diterima oleh penerima.
Model Shannon dan Weaver dapat diterapkan kepada konteks-konteks komunikasi lainnya seperti komunikasi antar pribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa. Sayangnya model ini juga memberikan gambaran yang parsial mengenai proses komunikasi. Lagi, komunikasi dipandang sebagai fenomena statis dan satu-arah. Juga tidak ada konsep umpan balik atau transaksi yang terjadi dalam penyandian dan penyandian-balik dalam model tersebut.
Model Schramm
Wilbur Schramm membuat serangkaian model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang menghitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga kemodel komunikasi yang dianggap interaksi dua individu. Model pertama mirip model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi-balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal. Disini kita melihat umpan balik dan lingkaran berkelanjutan untuk berbagi informasi.
Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber (source, pesan (message), dan sasaran (destination).
Menurt Schramm, seperti ditunjukkan model ketiganya, jelas bahwa setiap orang dalam komunikasi adalah sekaligus sebagai encoder dan decoder. Kita secara konstan menyandi balik tanda-tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda-tanda tersebut, dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Misalnya begitu Anda mendengar teriakan “Api,” Anda mungkin akan segera berteriak “Tolong!” Dan apa yang Anda akan sandi bergantung pada pilihan Anda atas berbagai respons yang tersedia dalam situasi tersebut dan berhubungan dengan makna tadi.
Proses kembali dalam model di atas disebut umpan balik (feedback), yang memainkan peran sangat penting dalam komunikasi, karena hal itu memberitahu kita bagaimana pesan kita ditafsirkan, baik dalam bentuk kata-kata sebagai jawaban, anggukan kepala, gelengan kepala, dan sebagainya. Namun menurut Schramm, umpan balik juga dapat berasal dari pesan kita sendiri, misalnya kesalahan ucapan atau kesalahan tulisan yang kemudian kita perbaiki.
Model Newcomb
Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari perspektif psikologi-sosial. Modelnya mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi tersebut – yang sering juga disebut model ABX atau model simetri – Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A), menyampaikan informasi kepada seorang lainnya (B), mengenai sesuatu (X). model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi.
- Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)
- Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama
- Orientasi B terhadap X
- Orientasi B terhadap A
Dalam model Newcomb, komunikasi adalah cara lazim yang efektif yang memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja (intensional). Model ini mengisyaratkan bahwa semua sistem apapun mungkin ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian manapun dari sistem tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenagkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.
Model Westley dan MacLean
Tahun 1957, Bruce Westley dan Malcolm MacLean merumuskan suatu model yang mencakup komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa, dan memasukkan umpan balik sebagai bagian integral dari proses kumunikasi. Model Westley dan MacLean ini dipengaruhi oleh model Newcomb, model Lasswell dan model Sannon dengan Weaver. Mereka menambahkan jumlah peristiwa, gagasan, objek dan orang yang tidak terbatas, yang kesemuanya merupakan “objek orientasi”
Menurut kedua pakar ini, perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antarpribadi, sementra dalam komunikasi massa bersifat minimal dan atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antarpribadi lebih beruntung daripada dalam komunikasi massa. Dalam arti bahwa dalam komunikasi antar pribadi sumber dapat langsung memanfaatkan umpan balik dari penerima untuk mengetahui apakah pesannya mencapai sasaran dan sesuai dengan tujuan komunikasinya atau tidak. Dalam komunikasi massa, sumber, misalnya penceramah agama, calon presiden yang berdebat dalam rangka kampanye politik, atau pemasang iklan, yang disiarkan televisi, tidak dapat secara langsung mengetahui bagaimana penerimaan pesannya oleh khalayak pemirsa. Umpan balik dapat saja diterima pengirim pesan, namun mungkin beberapa hari atau beberapa minggu kemudian.
Dalam model Westley Maclean ini terdapat lima unsur, yaitu: objek orientasi, pesan, sumber, penerima, dan umpan balik.
Model Westley dan Maclen mencakup beberapa konsep penting: umpan balik, perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa, dan pemimpin pendapat yang penting sebagai unsur tambahan dalam komunikai massa. Model ini juga membedakan yang bertujuan (purposif) dengan pesan yang tidak bertujuan (nonpurposif). Pesan yang bertujuan adalah pesan yang dikirimkan sumber untuk mengubah citra penerima mengenai sesuatu dalam lingkungan. Pesan yang nonpurposif adalah pesan yang dikirimkan sumber kepada penerima secara langsung atau melalui sesuatu namun tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi penerima.
Model Gerbner
Model Gerbner (1956) merupakan perluasan dari model Lasswell, yaitu sebagai berikut:
- Seseorang (sumber, komunikator)
- Mempersepsi suatu kejadian
- Dan bereaksi
- Dalam suatu situasi
- Melalui suatu alat (saluran; media; rekayasa fisik; fasilitas administratif dan kelembagaan untuk distribusi dan kontrol)
- Untuk menyediakan materi
- Dalam suatu bentuk
- Dan konteks
- Yang mengandung isi
- Yang mempunyai suatu konsekuensi
Model Berlo
Model lain yang dikenal luas adalah model David K. Berlo, yang ia kemukakan pada tahun 1960. Model ini dikenal dengan model SMCR, kepanjang dari Source (sumber), message (pesan), channel (saluran), dan receiver (penerima). Sebagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan kedalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat; saluran adalah medium yang membawa pesan; dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi.
Model Berlo melukiskan beberapa faktor pribadi yang mempengaruhi proses komunikasi: keterampilan berkomunikasi, pengetahuan, sistem sosial, serta lingkungan budaya sumber dan penerima.
Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubung dengan panca indra: melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai (mencicipi). Model ini lebih bersifat organisasional dari pada mendeskripsikan proses karena tidak menjelaskan umpan balik.
Salah satu kelebihan model Berlo adalah bahwa model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi
Model Berlo juga punya keterbatasan. Meskipun Berlo mengangap komunikasi sebagai proses, model Berlo, seperti juga model Aristoteles, menyajikan komunikasi sebagai fenomena yang statis ketimbang fenomena yang dinamis dan terus berubah.
Kalu kita bandingkan model Berlo ini dengan model Shannon dan Weaver, jelas ada perbedaan definisi terhadap apa yang dimaksud dengan penerima (receiver) terutama bila diterapkan pada komunikasi tidak langsung, seperti komunikasi lewat telepon atau televisi. Dalam model Berlo, yang dimaksud receiver adalah penerima pesan, yakni orang atau orang-orang (dalam komuniaksi tatap muka) atau khalayak pembaca, pendengar, atau penonton (dalam komunikasi massa). Sedangkan dalam komunikasi Shannon dan Weaver, yang dimaksud dengan receiver identik dengan decoder dalam model Schramm, yakni mekanisme pendengaran dalam komunikasi langsung, atau perangkat penerima pesan, seperti pesawat telepon, pesawat radio atau pesawat televisi, yang menyalurkan pesan tersebut kepada sasaran (destination) dalam komunikasi tidak langsung.
Model DeFleur
Model Melvin L. DeFleur, seperti model Westley dan MacLean, menggambarkan model komunikasi massa ketimbang komunikasi antarpribadi. Seperti diakui DeFleur, modelnya merupakan perluasan dari model-model yang dikemukaakn para ahli lain, khususnya Shannon dan Weaver, dengan memasukkan perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback device). Ia menggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver), dan sasaran (destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi massa, serupa dengan fase-fase yang digambarkan Schramm (Source, encoder, signal, decoder, destination) dalam proses komunikasi massa.
Transmitter dan receiver dalam model DeFleur, seperti juga transmitter dan receiver dalam model Shannon dan Weaver, parallel dengan encoder dan decoder dalam model Schramm. Source dan transmitter adalah dua fase atau dua fungsi berbeda yang dilakukan seseorang.
Fungsi Receiver dalam model DeFleur adalah menerima informasi dan menyandi-baliknya – mengubah peristiwa fisik menjadi pesan (system symbol signifikan).
Menurut DeFleur komunikasi bukanlah pemindahan makna. Alih-alih, komunikasi terjadi lewat operasi seperangkat komponen dalam suatu sistem teoretis, yang konsekuensinya adalah isomorfisme (isomorphism) diantara respons internal (makna) terrhadap seperangkat simbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima. isomorfisme makna merujuk pada upaya membuat makna terkoordinasikan antara pengirim dan khalayak.
Model Tubbs
Model komunikasi berikut dikembangkan oleh Stewart L. Tubbs. Model ini menggambarkan komunikasi paling mendasar, yaitu komunikasi dua orang (diadik). Model komunikasi Tubbs sesuai dengan konsep komunikasi sebagai transaksi, yang mengasumsikan kedua peserta komunikasi sebagai pengirim dan sekaligus juga penerima pesan. Ketika kita berbicara (mengirimkan pesan), sebenarnya kita juga mengamati perilaku mitra bicara kita dan kita bereaksi terhadap pelakunya yang kita lihat tersebut. Prosesnya bersifat timbale balik atau saling mempengaruhi. Proses komunikasi juga berlangsung spontan dan serentak. Karena itu, kita melihat bahwa kedua peserta komunikasi disebut komunikator 1 dan komunikator 2. Penggunaan nomor 1 dan nomor 2 itu sebenarnya bersifat sembarang saja, tidak otomatis karena bahwa komunikator 1 sebagi orang yang punya inisiatif pertama untuk mengirim pesan pertama kalinya dan komunikator 2 sebagai penerima pesan untuk pertama kalinya, meskipun untuk memudahkan pemahaman, kita dapat saja mengkonseptualisasikan komunikasi seperti itu.
Komunikasi dapat saja “dimulai” oleh komunikator 1 ataupun komunikator 2. Akan tetapi dalam kenyataannya, kedua orang itu mengirim dan menerima pesan sepanjang waktu. Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi itu suatu proses yang sinambung, tanpa awal dan tanpa akhir. Artinya apa yang kita anggap aawal komunikasi itu sebernarnya merupakan kelanjutan dari fenomena komunikasi yang terjadi sebelumnya, baik dengan orang bersangkutan ataupun pihak lain, dan apa yang kita anggap akhir komunikasi juga akan berlanjut dengan peristiwa komunikasi berikutnya, baik dengan diri kita lagi ataupun dengan pihak lain.
Sebenarnya tidak mudah untuk menetukan siapa yang memulai komunikasi, karena hal itu menyangkut peluang semata. Pandangan transaksional mengenai komunikasi menyarankan bahwa kita mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Pada model tersebut, perubahan ini mengisyaratkan bahwa komunikasi bersifat irreversible. Artinya, kita tidak dapat lagi berada dalam posisi semula (baik dalam pengetahuan, pengalaman ataupun sikap), sebelum suatu pesan menerpa kkita.
Model Tubbs ini memiliki dua komunikator, yang mana, dalam komunikator 1 dan komunikator 2 memiliki unsur-unsur dan didefinisikan sama: masukan, penyaringan, pesan, saluran, gangguan, serta unsur-unsur tersebut tetap berada dalam muatannya.
Pesan dalam model Tubbs dapat berupa pesan verbal, juga nonverbal, bisa disengaja ataupun tidak disengaja. Salurannya adalah alat indra, terutama pendengaran, penglihatan dan perabaan. Gangguan dalam model Tubbs dibagai dua, gangguan teknis dan gangguan semantik. Gangguan teknis adalah faktor yang menyebabkan si penerima merasakan perubahan dalam informasi atau rangsangan yang tiba, misalnya kegaduhan. Gangguan ini dapat juga berasal dari pengirim pesan, misalnya orang yang mengalami kesulitan bicara atau bicara terlalu pelan hingga nyaris tidak terdengar. Gangguan semantik adalah pemberian makna yang berbeda atas lambang yang disampaikan pengirim.
Model Gudykunst dan Kim
Model William B. Gudykunst dan Young Yun Kim sebenarnya merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan, atau komunikasi dengan orang asing (stranger).
Seperti model Tubbs, model Gudykunst dan Kim mengasumsikan dua orang yang setara dalam berkomunikasi, masing-masing sebagai pengirim dan sekaligus sebagai penerima, atau keduanya sekaligus melakukan penyandian (encoding) dan penyandian-balik (decoding). Karena itu, tampak pula bahwa pesan suatu pihak sekaligus juga adalah umpan balik bagi pihak lainnya. Dan hal itu menunjukkan bahwa setiap kita berkomunikasi, secara serentak kita menyandi dan menyandi balik pesan. Dengan kata lain, komunikasi tidak statis, kita tidak menyandi suatu pesan dan tidak melakukan apa-apa hingga kita menerima umpan balik. Alih-alih kita memproses rangsangan yang datang (menyandi-balik) pada saat kita juga menyandi pesan.
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian-balik pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategorikan menjadi faktor-faktor budaya, sosiobudaya, psikobudaya dan faktor lingkungan.
Pengaruh budaya dalam model itu meliputi faktor-faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan budaya, misalnya pandangan dunia (agama), bahasa, juga sikap kita terhadap manusia, misalnya apakah kita harus peduli terhadap individu (individualism) atau terhadap kelompok (kolektivisme). Faktor-faktor tersebut mempengaruhi nilai, norma dan aturan yang mempengaruhi prilaku komunikasi kita. Pengaruh sosiobudaya adalah pengaruh yang menyangkut proses penataan sosial (sosial ordering process). Penataan sosial berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain ketika pola-pola perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu. Sosiobudaya ini terdiri dari empat faktor utama: keanggotaan diri dalam kelompok sosial, konsep diri kita, ekspektasi peran kita, dan definisi kita mengenai hubungan antarpribadi. Dimensi psikobudaya mencakup proses penataan pribadi (personal ordering process). Penataan pribadi ini adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor-faktor psikobudaya ini meliputi stereotip dan sikap (seperti etnosentrisme dan prasangka) terhadap kelompok lain. Stereotip dan sikap kita menciptakan penghargaan mengenai bagaimana orang lain akan berperilaku. Pengharapan kita itu pada gilirannya mempengaruhi cara kita menafsirkan rangsangan yang datang dan prediksi yang kita buat mengenai perilaku orang lain. Lingkungan mempengaruhi kita dalam menyandi dan menyandi-balik pesan. Lokasi geografis, iklim, situasi arsitektural (lingkungan fisik), dan persepsi kita atas lingkungan tersebut, mempengaruhi cara kita menafsirkan rangsangan yang dating dan prediksi yang kita buat mengenai perilaku orang lain. Oleh karena orang lain mungkin mempunyai presepsi dan orientasi yang berbeda terhadap lingkungan, mereka mungkin menafsirkan perilaku dengan cara yang berbeda dalam situasi yang sama.
Model Interaksional
Model interaksional berlawanan dengan model stimulus – respons (S – R) dan beberapa model lainnya. Sementara model-model tersebut mengasumsikan manusia sebagai pasif, model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Kualitas simbolik secara implisit terkandung dalam istilah interaksional, sehingga model interaksional jauh berbeda dengan interaksi biasa yang ditandai dengan stimulus – respons.
Model interaksional merujuk pada model komunikasi yang dikembangkan oleh para ilmuwan sosial yang menggunakan perspektif interaksi simbolik, dengan tokoh utamanya George Herbert Mead dan salah seorang muridnya Herbert Blumer.
Dalam model ini komunikasi digambarkan sebagi pembentukan makna (penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain) oleh para peserta komunikasi (komunikator). Beberapa konsep penting yang digunakan adalah: diri (self), diri yang lain (other), simbol, makna, penafsiran dan tindakan.
Menurut model interaksi simbolik, orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. Dalam konteks ini Blumer mengemukakan tiga sumber yang menjadi dasar model ini. Pertama manusia bertindak berdasarkan makna yang diberikan individu terhadap lingkungan sosialnya. Kedua, makna berhubungan langsung dengan aksi sosial yang dilakukan individu dengan lingkungan sosialnya. Ketiga, makna diciptakan, dipertahankan, dan diubah lewat proses penafsiran yang dilakukan individu dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya.
Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain (role-taking). Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dimulai dengan lingkungan terdekatnya seperti keluarga (significant others) dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan (play stage) dan terus berlanjut hingga ke lingkungan luas (generalized others) dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandinagn (game stage). Dalam interaksi itu, individu selalu melihat dirinya melalui perspektif (peran) orang lain. Maka konsep diri pun tumbuh berdasarkan bagaimana orang lain memandang diri individu tersebut.
Komentar
Melihat unsur-unsur komunikasi dalam model-model yang telah diuraikan dalam bab ini, terutama yang bersifat satu arah, sebenarnya ada tumpang tindih antara unsur pesan dengan saluran, terutama bila diterapkan pada komunikasi tatap muka. Misalnya, bahasa (baik verbal ataupun nonverbal) bisa sekaligus disebut pesan dan saluran. Perbedaan antara pesan dan saluran semakin samar bila kita melukiskan komunikasi yang menggunakan alat-alat canggih yang kaya dengan nuansa, gerakan, bentuk, warna, dan teknik manipulasi lainnya, seperti alat komputer dan multimedia. Sebagian pengamat mengatakan bahwa melihat kemajuan teknologi komunikasi yang pesat belakangan ini, model-model komunikasi lama dianggap tidak memadai lagi, dan perlu dibuat model-model baru.
Dalam ilmu komunikasi sebenarnya terdapat ratusan model komunikasi. Setiap model memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan tidak ada model yang benar atau salah. Setiap model hanya bisa diukur berdasarkan manfaatnya ketika dihadapkan dengan dunia nyata, khususnya ketika diguanakan untuk menjaring data dalam penelitian. Selain itu, model yang dirancang, unsur-unsur model, dan hubungan antara berbagai unsur tersebut, bergantung pada persepektif yang digunakan si pembuat model. Bahkan kita sendiri bisa saja membuat model komunikasi khas kita dengan berdasarkan pada model-model komunikasi yang telah dikembangkan para pakar terdahulu, dengan berdasarkan pada perspektif kita sendiri.
wah makasih banget ya mbak tulisanya, kepake banget nih u/materi perkuliahan saya. makasih ya. ttd MUSAQI qiends@gmail.com
BalasHapushehee, syukur deh. :)
HapusUntuk model Wilbur Schram, ada gak sumbernya mba'? kalau ada bisa gak kirim ke email saya (fatwasamudra131@gmail.com) saya sangat membutuhkannya untuk referensi tesis saya. terima kasih
Hapusthank's ya mba... tugas-tugas saya jadi kelar.
BalasHapusOK, sama-sama. :)
Hapus