A.
Konteks
Penelitian
Saat
ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun
telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menengah ke bawah dan golongan
menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat
perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun
kelompok.[1]
Perkembangan
teknologi yang sangat pesat membuat para ahli menyebutnya sebagai gejala
revolusi dalam berkomunikasi. Hal ini dikarenakan adanya kemampuan dan potensi
teknologi komunikasi yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan
memenuhi kebutuhan komunikasi mereka secara hampir tanpa batas. Sebab,
batasan-batasan yang dulu dialami manusia dalam berhubungan satu sama lainnya,
kini dapat diatasi dengan dikembangkannya berbagai sarana komunikasi mutakhir,
seperti penggunaan satelit. Dengan adanya satelit, hampir tidak ada lagi batas
jarak dan waktu untuk menjangkau khalayak yang dituju di manapun, dan kapan
saja diperlukan.[2]
Salah
satu teknologi komunikasi yang berkembang dengan sangat pesat dewasa ini adalah
komunikasi dengan media elektronik. Hingga tidak heran – dalam hal ini saya
ambil contoh perusahaan surat kabar, jika sebelumnya beberapa perusahaan
tersebut masih menggunakan media cetak, kini beralih ke media elektronik. Oleh
karenanya, meski banyak koran yang masih diterbitkan dan beredar luas, namun
banyak pula surat kabar yang beritanya bisa diakses melalui internet. Hal ini
tidak lain sebab pihak perusahaan yang ingin memaksimalkan berkembangnya
teknologi komunikasi terutama melalui media elektronik.
Masih
terkait dengan media elektronik, setiap harinya, pemirsa televisi disuguhi
berbagai macam tayangan baik berita maupun nonberita. Di sela-sela tayangan program
acara tersebut, pemirsa televisi juga akan mendapatkan tayangan berbagai macam
iklan produk dan jasa yang tujuannya adalah untuk mempromosikan atau menawarkan
produk dan jasa tersebut. Salah satunya adalah produk minuman Kuku Bima Ener-G
yang menampilkan iklan versi kepulauan di Indonesia, yakni NTT, Papua, Sumatera
Utara, Semarang, dan Maluku.[3]
Jika
kebanyakan iklan menayangkan gambar dan audio visual yang langsung memberikan
materi iklan secara jelas, langsung dan gamblang yang berisi format tentang
produk suatu perusahaan yang digunakan untuk mencapai tingkat penjualan
maksimal atas suatu produk. Maka dalam iklan Kuku Bima ini sebaliknya,
informasi tentang suatu produk atau pesan atau misi perusahaan tidak secara
langsung disampaikan dalam materinya. Dan hal ini lah yang kemudian mendasari
peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kandungan makna yang ada pada
iklan Kuku Bima Ener-G veri kepulauan di Indonesia.
B.
Fokus
Penelitian
1.
Apa makna pesan
yang terdapat dalam iklan Kuku Bima Ener-G Versi kepulauan di Indonesia?
2.
Apa tujuan yang
diinginkan oleh PT Sido Muncul selaku pemilik produk dalam iklan Kuku Bima
Ener-G versi kepulauan di Indonesia?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
pada fokus penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini
adalah:
1.
Mendeskripsikan
makna pesan yang terdapat dalam iklan Kuku Bima Ener-G Versi kepulauan di
Indonesia.
2.
Mencari tahu
tujuan yang diinginkan oleh PT Sido Muncul selaku pemilik produk dalam iklan
Kuku Bima Ener-G versi kepulauan di Indonesia.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Secara Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi referensi
keilmuan dan memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu komunikasi, khususnya
dibidang periklanan (advertising).
2.
Secara Praktis
Penelitian ini dapat menambah daya nalar
kritis, serta memberi kontribusi nyata pada pihak praktisi media dan agen periklanan
untuk meningkatkan kualitas iklan.
Bagi masyarakat sendiri, penelitian ini
bisa menjadi referensi dan acuan untuk memahami makna di balik iklan.
E.
Kajian
Hasil Penelitian Terdahulu
Sebelumnya
sudah ada beberapa peneliti yang menganalisa iklan dengan analisis semiotika,
namun terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut adalah penelitian dengan judul
“Makna Simbol ‘Supporter’ Persebaya (Analisis Semiologi Komunikasi)” tahun
penelitian 2004 oleh Zainuddin Nur Rochman.
Dalam
penelitian ini, dinyatakan bahwa semua tanda yang ada dalam simbol Supporter
Persebaya merupakan gambar bonek secara utuh, yang berartikan berjuang untuk
memberikan semangat pada Persebaya dan memperbaiki citra buruk yang selama ini
menempel pada bonek.
Persamaannya
terletak pada jenis model semiotika yang digunakan, yakni sama-sama menggunakan
model semiotik Roland Barthes. Serta teknik pengumpulan data yang juga
menggunakan teknik wawancara.
Adapun
perbedaannya terletak pada metode penelitiannya. Dalam penelitian Zainuddin,
metode yang digunakan adalah deskriptif interpretatif, yakni penelitian yang
bertolak dari data dan bermuara pada simpulan-simpulan untuk kemudian ditarik
kesimpulan atau mengemukakan data-dat yang bersifat umum dan ditarik lagi
hingga kesimpulan tersbeut bersifat khusus. Sedangkan pada penelitian ini,
penelitian dilakukan pada iklan televisi dengan menggunakan metode paradigma
kritis yang selalu curiga dan mempertanyakan kondisi masyarakat dewasa ini.
F.
Definisi
Konsep
Untuk
mempermudah proses anaisis, maka definisi yang terdapat dalam judul perlu
dijelaskan jangkauan operasionalnya. Definisi tersebut diantaranya adalah:
1.
Iklan Kuku Bima Ener-G
Versi Kepulauan Indonesia
Commercial/iklan
merupakan tayangan pendek yang umumnya berdurasi 15, 30, atau 60 detik yang
dibuat khusus sebagai media promosi produk tertentu, dengan tujuan memotivasi
seorang pembeli potensial dan mempromosikan suatu produk atau jasa untuk
mempengaruhi pendapat publik dan memenangkan dukungan publik untuk berpikir
atau bertindak sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Itulah sebabnya,
iklan dibuat semenarik mungkin, terkadang dengan biaya yang sangat tinggi.
Iklan yang baik tidak akan digarap secara berlebihan, tidak mengabaikan sisi
psikologis, sosiologis, dan ekologis penonton atau sasaran produk yang
diiklankan. Sebaliknya, iklan yang buruk akan menyampaikan pesan dengan
mengesampingkan estetika.[4]
Kuku Bima Ener-G adalah
merek dagang dari minuman energi produksi PT Sido Muncul. Produk minuman energi
ini diluncurkan pada tahun 2004, Dalam peluncurannya, Kuku Bima Ener-G
memecahkan mitos bahwa minuman energi selalu berwarna kuning, dengan rasa yang
serupa. Karenanya, berbagai varian Kuku Bima Ener-G terdiri dari macam-macam
rasa dan warna, dengan kandungan yang tak jauh dari produk serupa, yakni
kafein.[5]
Hingga kini Kuku Bima Energi telah memiliki 6 varian rasa: orisinal, anggur,
jeruk, kopi, jambu, kopi, dan teh. Dua yang disebut belakangan baru diluncurkan
pada 2007.
Dalam memasarkan produknya, PT Sido Muncul
ikut mendorong pertumbuhan pariwisata di
sejumlah daerah, melalui produk unggulan Kuku Bima Energi dengan meluncurkan
tiga versi iklan terbaru versi kepulauan di Indonesia yang dikemas dalam tema “Mari
Berwisata di Negeri Sendiri”.
Dalam iklannya, gambar diambil di tiap
daerah yang berbeda-beda. Seperti pada versi Maluku, yang lebih mengangkat
pariwisata dan budaya masyarakat Ternate, pengambilan gambar seputar daerah
Ternate, Ambon dan Saparua.
Sementara versi Sumatera Utara,
disamping menggambarkan keindahan Nias, Toba dan Taman Mas Gunung Leuser juga
menampilkan ragam kuliner di Medan, sedangkan versi Labuan Bajo II pengambilan gambar pada pengembangan
pariwisata Manggarai Barat yang mengedepankan pariwisata yang ramah lingkungan
dan tetap menghargai budaya Manggarai Barat. Di daerah itu pengambilan gambar
lebih banyak di kawasan taman Air Terjun Cunca Wulang, Pulau Komodo, Pantai
Pink Beach, Takamasa dan kampung Bena di Bajawa.[6]
2.
Analisis
Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotik
berasal dari kata Yunanai semion yang mempunyai arti “tanda”. Tanda itu sendiri
didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun
sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Semiotik sebagai suatu
model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang
memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotik
mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.[7]
Semiotika memperlihatkan apa yang
membentuk tanda dan aturan-aturan apa yang menentukannya. Menurut Graeme
Turner, sesuatu dianggap tanda (sign) bila mempunyai bentuk fisik, dapat
dihubungkan dengan sesuatu diluar dirinya sendiri dan harus diakui oleh
pengguna lain dalam sebuah sistem tanda (Turner dalam Chandler, Semiotica for
beginers).
Analisis semiotik menyediakan kita
sebuah konsep kerangka kerja menyeluruh dan seperangkat metode dan ketentuan
yang bisa dipakai sejauh mungkin terhadap tanda-tanda praktis seperti gerak,
isyarat, pakaian, tulisan, fotografi, film dan sebagainya. Semiotika adalah
ilmu tentang tanda (sign). Namun, ia juga merupakan proses mental. Proses
ketika kita mencoba menemukan makna (meaning) suatu objek melalui rekonstruksi
dan kombinasi tanda-tanda.[8]
Berkenaan dengan studi semiotik pada dasarnya
pusat perhatian pendekatannya adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske,
(1990:40) terdapat 3 area penting dalam studi semiotik, yakni:
a.
Tanda itu
sendiri (the sign itself). Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda
yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan
cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah
konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang
menggunakannya.
b.
Kode atau sistem
yang mengorganisasikan tanda (the codes or system into which signs are
organized). Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi
kebutuhan suatu masyarakat atau budaya
atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk
mentransmisikannya.
c.
Kebudayaan
tempat kode dan tanda bekerja the
culture within which these codes and signs operate. Ini pada gilirannya
bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan
bentuknya sendiri.
G.
Kerangka
Pikir Penelitian
Pada
penelitian analisis semiotika dengan paradigma kritis ini, peneliti hendak
membongkar makna
dibalik penggunaan bahasa dalam iklan Kuku Bima Ener-G versi kepulauan di
Indonesia. Dan model analisis semiotik yang penelitih pilih adalah model dari
Roland Barthes.
Model semiotika Roland
barthes ini menjelaskan tentang bagaimana menganalisis
makna dari tanda-tanda. Fokus perhatiannya tertuju pada gagasan tentang
signifikansi dua tahap.
Pada
signifikansi tahap pertama, berisi tentang hubungan antara signifier dan
signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes
menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari sebuah tanda. Sedang konotasi
adalah istilah Barthes untuk menyebut signifikansi tahap kedua yang
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau
emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Oleh karena itu,
denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap subyek, sedangkan konotasi
adalah bagaimana menggambarkannya.
H.
Metode
Penelitian
1.
Pendekatan
dan Jenis Penelitian
Nyoman Kutha Ratna (2010: 293)
mengungkapkan pengertian mengenai pendekatan penelitian, yakni suatu cara
mendekati atau menjinakkan sehingga hakikat objek dapat diungkap sejelas
mungkin. Pendekatan memegang peranan pokok dalam penelitian kualitatif dengan
pertimbangan bahwa objek adalah abstraksi kenyataan yang sesungguhnya.
Pendekatan perlu ditampilkan dalam
metode penelitian karena setiap penelitian dilakukan dengan menampilkan sudut
pandang, perspektif tertentu yang pada gilirannya menunjukkan ciri-ciri
dominasi tertentu.[9] Ratna
(2010: 293) menegaskan pula bahwa pendekatan memiliki hubungan erat dengan
model analisis yang akan kita gunakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
paradigma kritis. Penggunaan pendekatan ini didasari pemikiran: (1) paradigma
ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media, dan pada akhirnya iklan harus
dipahami keseluruhan proses produksi dan struktur sosialnya; (2) salah satu
sifat dasar teori kritis adalah selalu curiga dan mempertanyakan kondisi
masyarakat dewasa ini.
Dalam pandangan kritis, media juga
dipandang sebagai wujud dari pertarungan ideologi antar kelompok-kelompok yang
ada dalam masyarakat. Titik penting dalam memahami media menurut paradigma
kritis adalah bagaimana media melakukan politik pemaknaan. Sebagaimana pendapat
Stuart Hall, yakni makna tidak tergantung pada struktur makna itu sendiri,
tetapi pada praktik pemaknaan. Oleh karena itu, makna merupakan suatu produksi
sosial dan suatu praktik.[10]
Adapun jenis penelitian yang digunakan
adalah penilitian kualitatif dengan analisis semiotika model Roland Barthes.
Jenis penelitian ini digunakan dengan alasan: (1) bahwa objek yang akan dikaji
untuk diungkap maknanya adalah tanda, lambang bahkan simbol yang ada dalam
sebuah iklan; (2) model semiotika Roland Barthes adalah model yang memberikan
kedalaman ketika memaknai sebuah iklan dengan mendasarkan pada beberapa hal,
antara lain: penanda dan petanda; gambar, indeks, simbol; fenomena sosiologis
(misal, demografi orang dalam iklan dan orang-orang yang menjadi sasaran
iklan); desain dari iklan termasuk tipe layout yang digunakan, warna, bahkan
unsur estetikanya; publikasi yang ditemukan dalam iklan, dan khayalan yang
diharapkan oleh publikasi tersebut.
2.
Unit
Analisis
Yang dimaksud dengan unit analisis dalam
penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek
penelitian.[11]
Dalam penelitian ini sendiri, yang
termasuk dalam unit analisisnya adalah iklan Kuku Bima Ener-G yang dibatasi
hanya pada iklan dengan versi kepulauan di Indonesia. Di mana gambar diambil di
tiap daerah yang berbeda-beda. Seperti pada versi Maluku, yang lebih mengangkat
pariwisata dan budaya masyarakat Ternate, pengambilan gambar seputar daerah
Ternate, Ambon dan Saparua. Sementara versi Sumatera Utara, disamping
menggambarkan keindahan Nias, Toba dan Taman Mas Gunung Leuser juga menampilkan
ragam kuliner di Medan, sedangkan versi Labuan Bajo II pengambilan gambar pada pengembangan pariwisata
Manggarai Barat yang mengedepankan pariwisata yang ramah lingkungan dan tetap
menghargai budaya Manggarai Barat. Di daerah itu pengambilan gambar lebih
banyak di kawasan taman Air Terjun Cunca Wulang, Pulau Komodo, Pantai Pink
Beach, Takamasa dan kampung Bena di Bajawa.
3.
Jenis
dan Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitan adalah subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan
kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut
responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan
teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses
sesuatu. Misal, peneliti yang mengamati
tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah jagung. Yang terakhir, apabila peneliti
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data,
sedang isi catatan adalah subjek penelitian atau variabel penelitian.[12]
Oleh karena itu, dalam hal ini ada dua jenis data yang nantinya akan
mendukung penelitian, diantaranya:
1.
Data primer, yakni data pokok atau data utama
yang digunakan peneliti, yang dalam hal ini adalah Iklan Kuku Bina Ener-G versi
kepulauan di Indonesia.
2.
Data Sekunder, yakni data pendukung yang turut
membantu melancarkan penelitian. Sumber data sekunder ini berupa refrensi buku,
jurnal, data-data kepustakaan, situs internet, dan sumber lainnya yang
berkaitan dengan fokus penelitian.
4.
Tahapan
Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti
dalam penelitian analisis semiotik ini, antara lain:
a.
Mencari topik
yang menarik
Mencari topik merupakan
langkah awal yang dilakukan dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti mencoba
mengeksplorasi topik yang peneliti anggap menarik. Sehingga peneliti putuskan
untuk mengungkap makna pesan yang terdapat pada iklan Kuku Bima Ener-G Versi
Kepulauan di Indonesia. Menurut peneliti, sepintas iklan ini memiliki makna
realitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat di samping adanya makna
lain yang akan dikaji peneliti.
b.
Merumuskan
masalah.
Masalah dirumuskan
berdasarkan sisi menarik topik yang akan dikaji oleh peneliti beserta dengan
tujuan yang hendak dicapai.
c.
Merumuskan
manfaat
Manfaat dirumuskan
berdasarkan dua pandangan, yakni pandangan teoritis dan praktis.
d.
Menentukan
metode penelitian
Pada tahap ini peneliti
memutuskan untuk menggunakan penelitian analisis semiotika. Dikarenakan tujuan
dari peneliti adalah untuk mengungkap makna pesan dari sebuah iklan.
e.
Melakukan
analisis data
Analisis data dilakukan
dengan didasarkan pada aspek ideologi, interpretan kelompok, frame work budaya
masyarakat Indonesia, aspek sosial masyarakat Indonesia, serta komunikatif
tidaknya pesan yang terkandung dalam iklan Kuku Bima Ener-G versi kepulauan di
Indonesia untuk dipahami masyarakat.
f.
Menarik
kesimpulan
Menarik kesimpulan
dengan membuat laporan penelitian yang sudah dianalisa dan tersusun secara
sistematis.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Terdapat tiga teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a.
Wawancara
Pada penelitian ini selain menggunakan teknik
dokumentasi, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Secara konseptual
wawancara merupakan sebuah percakaan antara dua orang atau lebih yang
pertanyaannya diajukan oleh peneliti pada subyek, informan, sumber, atau
responden penelitian untuk mendapatkan jawaban.[13]
Beberapa definisi wawancara dikemukakan
beberapa ahli sebagai berikut. Menurut Berg (2007:89) membatasi wawancara
sebagai suatu percakapan dengan suatu tujuan, khususnya tujuan untuk
mengumpulkan informasi. Sudjana (2000:234) wawancara adalah proses pengumpulan
data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya dengan pihak yang
ditanya atau penjawab.
Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara
dengan pihak pembuat iklan, yakni perusahaan yang bergerak di bidang
advertising yang membuat iklan Kuku Bima Ener-G Veri kepulauan di Indonesia
guna memperoleh data yang lebih dalam mengenai makna iklan tersebut.
b.
Dokumentasi
Dokumen merupakan
catatan fenomena, peristiwa, yang sudah berlalu yang dikumpulkan dalam bentuk
tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
lisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi. Sedang
dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, karya seni yang berupa gambar, patung,
film, dan lain-lain.[14]
Oleh karena itu, pada
metode ini peneliti akan mencari data dari sumber-sumber lain tersebut yang
berkaitan dengan iklan guna mendukung penelitian.
c.
Studi
Kepustakaan
Studi kepustakaan
dilakukan terhadap buku-buku komunikasi yang berhubungan dengan topik
penelitian, serta penelusuran internet untuk memahami lebih jelas bagaimana
memaknai sebuah pesan, sehingga peneliti mendapatkan gambaran sekaligus
petunjuk bagaimana menganalisis sebuah iklan.
6.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis semiotika strukturalisme Roland Barthes.
Alasan digunakannya teknik analisis ini karena peniliti hendak memahami makna
melalui:
a.
Pesan linguistik
Menganalisa berdasarkan
pesan linguistik berarti menganalisa semua kata-kata dan kalimat yang ada dalam
iklan Kuku Bima Ener-G versi kepulauan di Indonesia.
b.
Pesan ikonik
yang terkodekan
Analisa berikutnya
adalah pesan ikonik yang terkodekan, yakni peneliti akan menganalisa konotasi
yang muncul dalam gambar dan audio visual iklan yang hanya berfungsi jika
dikaitkan dengan tanda yang lebih luas dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam
hal ini peneliti akan menganalisa video iklan Kuku Bima versi kepulauan di
Indonesia.
c.
Pesan ikonik
yang tidak terkodekan
Pada analisa ini
ditujukan pada denotasi harfiah, yakni pemahaman langsung dari gambar dan audio
visual yang ada dalam iklan tanpa mempertimbangkan kode sosial yang lebih luas.
Pemahaman langsung yang dimaksud di sini adalah tanda atau penunjuk dari sebuah
elemen dalam iklan, sehingga pembaca bisa langsung mengerti dan menyimpulkan
hanya dengan melihat elemen dalam iklan tersebut. Oleh karena itu, peneliti
akan menganalisa mengapa pihak pembuat iklan menggunakan gambar atau audio tersebut.
I.
Sistematika
pembahasan
Dalam
penelitian ini memiliki sistematika pembahasan, yang dapat dipakai untuk
memudahkan bagi peneliti untuk mengurutkan pembahasan yang hendak dikajinya,
serta meberikan gambaran yang lebih jelas pada skripsi ini, adapun sistematika
pembahasan ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, yang berfungsi
sebagai pengontrol dalam memahami pembahasan pada bab-bab berikutnya. Pada bab
ini terdiri dari Konteks Penelitian, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kajian Penelitian Terdahulu, Definisi Konsep, Metode Penelitian dan
Sistematika Pembahasan.
BAB II : Kajian Teoretis, adalah uraian
tentang landasan teori yang bersumber dari kepustakaan. Pada bab ini terdiri
dari Kajian Pustaka dan Kajian Teori.
BAB III : Penyajian Data, berisi tentang
deskripsi umum objek penelitian serta deskripsi hasil penelitian.
BAB IV : Analisis Data, yakni
menganalisis hasil temuan penelitian serta konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V : Penutup, yang berisi
kesimpulan dan saran.
J.
Jadwal
Penelitian
No.
|
Uraian
Kegiatan
|
Waktu
Penelitian
|
||
Nov
|
Des
|
Jan
|
||
1.
|
Pra survei/studi pendahuluan
|
X
|
|
|
2.
|
Pembuatan proposal
|
X
|
|
|
3.
|
Pengumpulan data
|
|
X
|
|
4.
|
Analisis data
|
|
X
|
X
|
5.
|
Penulisan laporan
|
|
|
X
|
[1]
http://cheryslearning.blogspot.com/2012/06/artikel-perkembangan-teknologi.html
[2]
Zulkarimein Nasution. 1989. Teknologi Komunikasi. Jakarta: LPFEUI. Hal.
6.
[3]
http://repository.upnyk.ac.id/747/1/MAKNA_IKLAN_TELEVISI.pdf
[4]
http://id.shvoong.com/humanities/film-and-theater-studies/2280740-pengertian-iklan-televisi/
[5]
http://id.wikipedia.org/wiki/Kuku_Bima_Ener-G
[6]
http://www.bisnis-jateng.com/index.php/2011/05/kuku-bima-energi-angkat-daerah-wisata/
[7]
Alex Sobur. 2003. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Hal. 95.
[9]
Andi Prastowo. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal. 180.
[10]
Eriyanto. 2003. Analisis Wacana. Yogyakarta: LkiS. Hal. 37.
[11]
Suharsini Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 143.
[12]
Suharsini Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 129.
[13]
Ismail Nawawi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi
Interdisipliner. Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya. Hal. 203
[14]
Ismail Nawawi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi
Interdisipliner. Jakarta: Dwi Putra Pustaka Jaya. Hal. 220.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar