BAB I
ANALISIS
TEKS MEDIA
A.
Pengertian
Teks
adalah segala yang tertulis, segala yang dituturkan (wacana). Teks adalah
fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk tulisan.
Teks juga berarti seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim
kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu.
Analisis
isi menurut Barelson merupakan suatu teknik penelitian untuk menguraikan isi
komunikasi yang jelas secara obyektif, sistematis, dan kuantitatif. Sedang
menurut Holsti merupakan teknik penelitian yang ditujukan untuk membuat
kesimpulan dengan cara mengidentifikasi karakteristik tertentu pada pesan-pesan
secara sistematik dan obyektif. Analisis isi teks media adalah memahami isi
(content) yang terkandung dalam teks media.
B.
Tujuan
Analisis Teks Media
Tujuan
dari analisis isi teks media, adalah untuk memahami isi (content) apa yang
terkandung dalam isi dokumen. Dalam hal ini, yang dianalisis adalah semua
dokumen bak cetak maupun visual (surat kabar, radio, televisi, grafiti, iklan,
film, surat pribadi, buku, kitab suci, dan selebaran).
C.
Dua
Aliran dalam Analisis Isi
1.
Aliran Transmisi
Aliran
yang melihat komunikasi sebagai bentuk pengiriman pesan dengan prosesny ayng
dilihat secara liniar dar pengirim ke penerima. Kemudian, asumsi yang
dihasilkan adalah adanya hubungan satu arah dari media kepada khalayak, di mana
yang satu aktif, sedang lainnya pasif. Oleh karena itu, aliran transmisi adalah
aliran yang hanya menghasilkan pesan.
2.
Aliran Produksi
dan Pertukaran Makna
Aliran
yang melihat komunikasi sebagai proses penyebaran pesan (pengirim dan
penerima). Kemudian asumsinya adalah masing-masing pihak dalam komunikasi
saling memproduksi dan mempertukarkan makna, tidak ada pesan statis, dan pesan
dibentuk secara bersama-sama. Oleh karena itu, aliran ini mampu menghasilkan
makna.
D.
Desain
Proposal Penelitian Analisis Isi Teks Media
Analisis Isi Kuantitatif
|
Analisis Isi Kualitatif
|
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Hasil Peneitian Terdahulu
F. Definisi Operasional
G. Kerangka Teori dan Hipotesis
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Unit Analisis
3. Teknik Sampling
4. Variabel dan Indikator Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Teknik Analisis Data
I. Sistematika Pembahasan
J. Jadwal Penelitian
|
A. Konteks Penelitian
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
F. Definisi Konsep
G. Kerangka Pikir Penelitian
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Unit Analisis
3. Jenis dan Sumber Data
4. Tahapan Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Teknik Analisis Data
I. Sistematika Pembahasan
J. Jadwal Penelitian
|
E.
Desain
Laporan Analisis Teks Media
Analisis Isi Kuantitatif
|
Analisis Isi Kualitatif
|
BAGIAN
PEMBUKAAN
Judul
Penelitian (Sampul Dalam)
Pernyataan
Keaslian Karya
Persetujuan
Pembimbing
Pengesahan
Tim Penguji
Metode
dan Persembahan
Kata
Pengantar
Abstrak
Daftar
Isis
Daftar
Tabel (Jika Ada)
Daftar
Gambar (Jika Ada)
Daftar
Grafik (Jika Ada)
BAGIAN
INTI (ISI)
BAB
I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Hasil Peneitian Terdahulu
F. Definisi Operasional
G. Kerangka Teori dan Hipotesis
H. Metode Penelitian
I. Sistematika Pembahasan
J. Jadwal Penelitian
BAB II: KAJIAN
TEORETIS
A. Kajian Pustaka
B. Kajian Teori
BAB
III: PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian
B. Deskripsi Data Penelitian
BAB
IV: ANALISIS DATA
A. Pengujian Data
B. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB
V: PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
BAGIAN
AKHIR (LAMPIRAN)
Daftar
Pustaka
Biodata
Penulis
Alat-Alat
Pengumpulan Data
Surat-Surat
Keterangan
Foto-Foto
Dan
Lain-Lain
|
BAGIAN
PEMBUKAAN
Judul
Penelitian (Sampul Dalam)
Pernyataan
Keaslian Karya
Persetujuan
Pembimbing
Pengesahan
Tim Penguji
Metode
dan Persembahan
Kata
Pengantar
Abstrak
Daftar
Isis
Daftar
Tabel (Jika Ada)
Daftar
Gambar (Jika Ada)
Daftar
Grafik (Jika Ada)
BAGIAN
INTI (ISI)
BAB
I: PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
F. Definisi Konsep
G. Kerangka Pikir Penelitian
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Unit Analisis
3. Jenis dan Sumber Data
4. Tahapan Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Teknik Analisis Data
I. Sistematika Pembahasan
J. Jadwal Penelitian
BAB II: KAJIAN
TEORETIS
A. Kajian Pustaka
B. Kajian Teori
BAB
III: PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subyek Penelitian
B. Deskripsi Data Penelitian
BAB
IV: ANALISIS DATA
A. Temuan Penelitian
B. Konfirmasi Temuan dengan teori
BAB
V: PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi
BAGIAN
AKHIR (LAMPIRAN)
Daftar
Pustaka
Biodata
Penulis
Alat-Alat
Pengumpulan Data
Surat-Surat
Keterangan
Foto-Foto
Dan
Lain-Lain
|
F.
Obyek
Penelitian Analisis Teks Media
Yang
menjadi obyek dalam analisis teks media adalah isi media cetak maupun
elektronik (surat kabar, radio, film, dan televisi), yang terdapat dalam semua
konteks komunikasi (Komunikasi Antar Pribadi, Kelompok, Organisasi, Lintas Budaya,
dll), dengan syarat ada dokumen yang tersedia.
G.
Pendekatan
Analisis Isi
1.
Analisis Isi
Deskriptif
Pendekatan
analisis yang hanya menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik suatu pesan
atau suatu teks tertentu. Misalnya, pnelitian analisis isi tentang kandungan
kekerasan dalam program acara anak-anak di televisi. Untuk contoh ini, cukup
digambarkan jam tayang, jumlah kekerasan, jenis-jenis kekerasan
(verbal/visual), tema cerita, dan/atau pemeran kekerasan laki-laki/wanita.
2.
Analisis Isi
Eksplanatif
Pendekatan
analisis yang tidak hanya menggambarkan, tetapi juga mencoba mencari hubungan
antara isi pesan dengan variabel lain yang terkait. Misalnya, penelitian
analisis isi tentang kandungan kekerasan dalam program acara anak-anak di
televisi. Dalam desain ini tidak hanya menggambarkan sebagaimana penelitian
deskriptif, namun mencoba membuat hubungan antara isi pesan dengan variabel
lain, misalnya: keterkaitan antara isi pesan dan asal program acara anak-anak
(lokal/luar negeri).
3.
Analisis Isi
Prediktif
Pendekatan
analisis yang berusaha memprediksi hasil seperti tertangkap dalam analisis isi
dengan variabel lain. Misalnya, penelitian analisis isi tentang kandungan
kekerasan dalam program acara anak-anak di televisi dapat memprediksikan apakah
dengan bentuk dan jenis kekerasan ini dapat berdampak pada sikap agresi anak.
Di sini peneliti harus menggunakan dua cara, (1) Data analisis isi yang
menggambarkan bentuk dan jenis kekerasan, (2) Data hasil penelitian lain
(survei dan eksperimen) yang memperlihatkan tingkat agresi pada anak-anak.
H.
Unit
Analisis
Unit
analisis adalah apa yang diobservasi, dicatat, dianggap sebagai data,
memisahkan menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis
berikutnya.
Jenis-jenis
unit analisis:
·
Unit Sampel
(Sampling Unit): bagian dari obyek yang dipilih (diseleksi) oleh peneliti untuk
didalami. Misal, penelitian tentang relasi gender dalam buku novel remaja yang
terbit pascareformasi. Unit sampel ini secara tegas hanya akan meneliti novel
remaja (misal, pengarangnya remaja) dan bukan novel yang lain. Peneliti juga
tegas bahwa terbitan novel adalah pasca reformasi.
·
Unit Pencatatan
(Recording Unit): bagian atau aspek dari isi yang menjadi dasar dalam
pencatatan dan analisis. Sebuat berita di media cetak terdiria tas kata,
kalimat, gambar. Sinetron/film terdiri atas karakter, sudut pengambilan gambar,
tata cahaya, jalan cerita, dan pengadegan. Di sini peneliti harus memilih
bagian mana yang dicatat.
·
Unit Konteks
(Context Unit): konteks apa yang diberikan oleh peneliti untuk memahami atau
memberi arti pada hasil pencatatan. Misal, jika peneliti ingin mengetahui
status sosial ekonomi dalam karakter di cerita televisi. Peneliti akan mencatat
berupa pakaian, cara berbicara, perhiasan yang digunakan, dan bentuk tubuh.
Aspek yang dicatat (pakaian, cara berbicara, dll) harus diberi konteks tertentu
sebagai status sosial ekonomi. Misal, karakter yang pakaiannya bagus, cara
bicara runtut dan banyak mengadopsi bahasa asing dan memakai perhiasan
dikategorikan sebagai karakter dari kalangan atas.
·
Unit Fisik
(Physical Units): unit pencatatan yang didasarkan pada ukuran fisik suatu teks.
Bentuk ukuran fisik sangat tergantung pada jenis teks. Misal: Televisi, ukuran
fisik dapat berupa waktu (durasi). Media cetak, ukuran fisik merupakan
luas/panjang berita.
·
Unit Sintaksis
(Syntactical Units): unit analisis yang menggunakan elemen atau bagian bahasa
tertulis (berita, iklan baris, novel, buku pelajaran, kitab suci). Unit bahasa
dapat berupa kata, ayat, kalimat, dan anak kalimat. Untuk bahasa gambar (film,
sinetron TV, film kartun, dan iklan TV). Bahasa ini dapat berupa potongan
adegan (scene) dan sebagainya. Misal, penelitian tentang terorisme dalam berta
surat kabar di Indonesia. Peneliti menghitung berapa banyak kata “terorisme”
atau “teror” muncul dalam berita surat kabar. Berapa banyak tokoh-tokoh teroris
(Noordin M. Top. Dll) disebut dalam berita.
·
Unit Referensial
(Referensial Units): unit ini merupakan perluasan dari unit sintaksis, di mana
kata-kata yang mirip, sepadan, atau punya arti dan maksud yang sama di catat
sebagai satu kesatuan. Misal, penyebutan berita surat kabar tentang Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, kemungkinan ditulis dengan kata-kata yang berbeda,
seperti: Presiden RI, Susilo Bambang Yodhoyono, Presiden SBY, Presiden
Yudhoyono, atau Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Jika menggunakan unit
sintaksis, semua kata ini harus dipisah dan harus dihitung sebagai kata yang
berbeda. Sementara dalam unit referensial kata-kata yang sepadan ini dihitung
sebagai satu kesatuan.
·
Unit
Proposisional (Propotitional Units): unit analisis yang menggunakan pernyataan
(proposisi). Peneliti menghubungkan dan mempertautkan satu kalimat dan kalimat
lain dan menyimpulkan pernyataan (proposisi) yang terbentuk dari rangkaian
antar kalimat ini. Misal, peneliti mengkaji mengenal teks selebaran yang
mengusulkan adanya revisi terhadap UU Perkawinan. Dlam selebaran ini, misalnya
terdapat kalimat; (1) Poligami adalah bentuk kekerasan terhadap perempuan dan
anak. Poligami memiskinkan dan merendahkan martabat perempuan; (2)
Undang-Undang Perkawinan tidak secara tegas menolak atau melarang praktek
poligami. Dari dua kalimat ini dapat dibuat pernyataan atau proposisi, bahwa
Undang-Undang Perkawinan harus direvisis karena tidak secara tegas melarang
praktek poligami.
·
Unit Tematik
(Thematik Units): unit analisis yang lebih melihat tema (topik) pembicaraan
dari suatu teks. Misal, jika meneliti tentang iklan, menggunakan unit tematik
lebih fokus kepada iklan ini yang berbicara mengenai apa atau apa yang ingin
disampaikan melalui iklan.
I.
Sampling
dalam Analisis Isi
Proses
penarikan sampel:
1.
Populasi: Semua
anggota dari obyek yang ingin diketahui isinya.
2.
Pospulasi
Sasaran: Konsep yang abstrak, harus didefinisikan secara jelas agar anggota
populasi dapat ditentukan secara cermat.
3.
Kerangka Sampel:
daftar nama semua anggota populasi yang akan dipakai dalam penelitian. Jika
populasi sasarannya berita kriminalitas di Patroli Indosiar selama tahun 2008,
maka kerangka sampelnya adalah semua daftar berita kriminalitas di acara
Patroli Indosiar selama 2008. Kerangka sampel merupakan dasar penarikan sampel.
Terutama dengan menggunakan probabilitas/random.
4.
Sampel: Sampel
diambil dari daftar anggota populasi dalam kerangka sampel.
Jenis
penarikan sampel:
1.
Penarikan sampel
acak: teknik penarikan sampel yang menggunakan hukum probabilitas, di mana
memberi kesempatan atau peluang yang sama kepada anggota populasi untuk
terpilih sebagai sampel. Teknik ini menghasilkan generalisasi (kesimpulan).
Syaratnya, harus ada kerangka sampel.
·
Sampel acak
sederhana, yakni dengan melakukan undian, arisan, dll. Langkah-langkahnya: 1)
menyusun kerangka sampel, 2) menyusun daftar sampel, 3) membat dan menggunakan
angka acak, 4) peneliti dengan menggunakan lembar angka acak memilih sampel.
·
Sampel acak
sistematis, sampel yang hampir mirip dengan acak sederhana, hanya yang
membedakan adalah, sampelnya dipilih secara sistematis. Jadi yang perlu diacak
adalah sampel pertama saja, selanjutnya kedua, ketiga, dst diambil secara
sistematis. Langkah-langkahnya: 1) menyusun kerangka sampel, 2) menyusun daftar
sampel, 3) menentukan interval sampel, 4) memilih sampel.
·
Sampel acak
stratifikasi, sampel ini tidak langsung menarik sampel dari kerangka sampel.
Peneliti terlebih dahulu membagi (membuat stratifikasi) populasi. Kerangka sampel
dibuat berdasarkan stratifikasi, kemudian sampel baru diambil. Dengan cara ini
sampel lebih mencerminkan keragaman dari populasi. Langkah-langkahnya: 1)
menentukan kategori stratifikasi, 2) membuat proporsi populasi berdasar strata
yang ditentukan, 3) kerangka sampel harus disusun berdasar kartegori srata yang
telah ditentukan, 4) sampel diambil dari kerangka sampel.
·
Sampel acak
bertahap, sampel dengan teknik penarikannya yang dilakukan secara bertingkat
sebelum sampel ditemukan. Langkah-langkahnya: 1) peneliti memilih cluster
(gugus), di mana kerangka sampel diperoleh, 2) menarik bagian yang lebih kecil
dari cluster, 3) menarik bagian sampel yang lebih kecil lagi, dan seterusnya
sampai memperoleh sampel yang terkecil.
2.
Penarikan sampel
non acak: teknik penarikan sampel yang tidak menggunakan hukum probabilitas.
Anggota populasi tidak memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk terpilih
sebagai sampel. Sampel terpilih berdasarkan unsur subyektivitas peneliti.
Teknik ini tidak bisa digunakan untuk generalisasi kesimpulan, karena tidak
mencerminkan kondisi sampel.
·
Sampel sembarang,
teknik pengambilan sampel ini memperbolehkan peneliti memilih sampel apapun,
asalkan sesuai dengan populasi sasaran yang telah ditentukan. Teknik ini dapat
digunakan dalam dua kondisi: 1) kerangka sampel tidak dapat disusun akibat ada
bagian teks yang hilang atau tidak ada dokumentasinya, 2) kerangka sampel
mungkin saja disusun, tetapi untuk menyusunnya dibutuhkan waktu yang panjang.
·
Sampel purposif,
dalam teknik sampel yang ini, peneliti sengaja memilih sampel atau periode
tertentu atas dasar pertimbangan ilmiah, yang kuat dari peneliti. Dua hal yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan pearikan sampel ini: 1) tujuan penelitian,
2) pemiliham teks atau periode secara purposif harus dipertimbangkan secara
ilmiah.
·
Sampel Kuota,
yakni penarikan sampel dengan memberikan batasan dan jumlah (kuota) agar
keragaman dari populasi bisa didapat yaitu dengan memberikan persyaratan
tertentu sebelum sampel diambil. Dua tahapan dalam sampel ini: 1) peneliti
membuat matriks kuota. Matriks sendiri merupakan sebaran dari sampel yang
diinginkan, 2) peneliti menentukan sampel berdasarkan kategori yang telah
ditentukan.
Dalam
menentukan jumlah sampel, ada empat aspek yang menentukan besar kecilnya jumlah
sampel dalam suatu survei, yaitu:
1.
Jumlah populasi.
Jumlah sampel ditentukan jumlah populasi. Populasi yang besar menuntut jumlah
sampel yang besar pula.
2.
Keragaman
populasi. Populasi yang kompleks dan beragam membutuhkan jumlah yang besar,
agar keragam populasi terwakili dalam sampel, sebaliknya populasi yang homogen
relatif membutuhkan jumlah sampel yang lebih kecil.
3.
Tingkat
kesalahan yang ditoleransi. Peneliti harus terlebih dahulu menentukan berapa
tingkat kesalahan yang dikehendaki dari survei yang akan dilakukan.
4.
Tingkat
kepercayaan. Tingkat kepercayaan berhubungan dengan seberapa besar taksiran
atau estimasi dari sampel beralaku untuk populasi, seberapa besar tingkat
jaminan hasil penelitian.
BAB II
MENYUSUN
PROPOSAL ANALISIS TEKS MEDIA (KUANTITATIF)
Berikut
adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun proposal analisis
teks media untuk pendekatan kuantitatif.
Analisis Isi Kuantitatif
|
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kajian Hasil Peneitian Terdahulu
F. Definisi Operasional
G. Kerangka Teori dan Hipotesis
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Unit Analisis
3. Teknik Sampling
4. Variabel dan Indikator Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Teknik Analisis Data
I.
Sistematika
Pembahasan
J.
Jadwal
Penelitian
|
A.
Latar
Belakang Masalah
Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam membuat latar belakang masalah adalah sebagai
berikut:
·
Deskripsikan
fenomena yang terjadi di lapangan yang menunjukkan adanya makna, perilaku,
tindakan dan konteks kehidupan manusia dalam perspektif komunikasi melalui
media cetak maupun elektronik
·
Fenomena yang
terjadi harus menarik dan unik serta penting untuk diteliti.
·
Teori yang
digunakan hanya sekedar sebagai acuan, pendukung, dan mengarahkan fokus
penelitian.
·
Jelaskan pula
apa kaitannya dengan disiplin keilmuan komunikasi.
·
Tentukan fokus
dan lokus penelitian yang akan dilakukan.
B.
Rumusan
Masalah
·
Buat sebuah
rumusan masalah terkait dengan tujuan penelitian, apa yang dicari dalam
penelitian tersebut.
·
Menggunakan
karakteristik pesan (menjawab: what, how, to whom), menarik kesimpulan penyebab
dari suatu pesan (menjawab: why, what
with effect)
·
Tujuan
penelitian menggunakan metode yang digunakan (deskriptif, eksplanatif,
prediktif). Misal, bagaimana kandungan kekerasan dalam program acara anak-anak
di televisi? (deskriptif).
C.
Tujuan
Penelitian
·
Tujuan
penelitian disesuaikan dengan paradigmanya (positivisme/kuantitatif) yaitu
berupa kalimat “untuk mengetahui dan menjelaskan ............” (sesuai dengan
rumusan masalah yang dibuat).
·
Memiliki relevansi
dengan fokus kajian.
D.
Manfaat
Penelitian
·
Mampu
menunjukkan untuk apa penelitian dilakukan serta menjelaskannya secara konkrit.
·
Manfaat
penelitian dibuat dalam dua kategori, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Manfaat teoritis berhubungan dengan pengembangan disiplin keilmuan
yang sedang diteliti, sedang manfaat praktis berhubungan dengan aspek praktis
yang dapat dilakukan dari hasil penelitian.
E.
Kajian
Hasil Penelitian Terdahulu
·
Untuk
menunjukkan orisinalitas karya ilmiah yang dilakukan harus ditunjang pencarian
penelitian terdahulu yang memiliki substansi sejenis namun dapat digunakan
sekaligus untuk membedakan antara penelitian yang sudah pernah ada.
·
Kajian ini
mencakup; penulis/pengarang, lembaga/instansi, tahun, judul, fokus penelitian,
hasil penelitian, perbandingan dan persamaannya.
F.
Definisi
Operasional/Konsep
·
Petakan konsep
yang ada sesuai dengan tema atau judul penelitian, kemudian definisikan secara
operasional konsep-konsep dalam penelitian tersebut. Misal, judul penelitian
Kandungan kekerasan dalam Program Acara Anak-Anak di Televisi.
·
Konsep kunci
dalam penelitian ini adalah Kandungan Kekerasan dan Program Acara Anak-Anak di
Televisi.
·
Di sini peneliti
bisa mendefinisikan satu persatu konsep yang digunakan dalam penelitian ini.
Misal, apa itu kandungan, kekerasan, dll. Namun yang lebih penting adalah
sefinisi tentang konsep kandungan kekerasan yang dimaksud dalam penelitian ini
apa?
G.
Kerangka
Teori dan Hipotesis
·
Berisi pandangan
teori-teori yang dapat mendukung (dan bahkan dapat diuji) dan memfokuskan
masalah penelitian.
·
Membuat alur
berpikir teoritis atau kerangka pemikiran sesuai dengan tema penelitian
·
Ada referensi
teoritik yang dapat digunakan sebagai perspektif untuk memahami atau
menjelaskan.
·
Menunjukkan
keberpihakan peneliti terhadap perspektif yang dipakai dalam penelitian.
·
Dapat digunakan
sebagai pembanding analisis yang dilakukan.
H.
Metode
Penelitian
1.
Pendekatan dan
Jenis Penelitian
·
Pendekatan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan yang dibuat berdasarkan
paradigma penelitian yang digunakan (kuantitatif).
·
Jenis penelitian
disesuaikan dengan fenomena yang ada dan tujuan penelitian yang diinginkan.
Dapat berupa penelitian deskriptif, eksplanatif, dan juga prediktif.
2.
Unit Analisis
·
Berisi tentang
apa yang diobservasi, dicatat, dan dianggap sebagai data, memisahkan menurut
batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya.
·
Misal,
penelitian tentang kandungan kekerasan dalam film kartun. Bagian apa yang
diteliti untuk mengetahui besarnya kandungan kekerasan. Apakah yang dilihat
adalah karakternya (tokoh), adegannya, cerita, dan penyelesaian masalah. Bagian
“apa” dari kartun inilah yang disebut sebagai unit analisis.
·
Jenis unit
analisis: Unit Sampel, Unit Pencatatan (Fisik, Sintaksis, Referensial,
Proporsional, Tematik), Unit Konteks.
3.
Teknik Sampling
·
Idealnya,
analisis isi memasukkan semua berita (populasi).
·
Sensus: peneliti
meneliti semua anggota populasi.
·
Tetapi tetap ada
kebebasan pada peneliti untuk menggunakan sampel karena alasan-alasan tertentu.
·
Sensus sendiri
umumnya digunakan jika topiknya spesifik. Misal, membuat anlisis isi terhadap
lirik-lirik lagu Koes Ploes, maka sampelnya dalah semua lagu Koes Ploes.
4.
Variabel dan
Indikator Variabel
·
Variabel adalah
konsep konkrt yang dapat dioperasionalkan secara empirik atau konstruk yang
sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan.
·
Indikator
variabel adalah sub variabel yang dikonkritkan sebagai bentuk ukuran variabel
yang ditentukan.
·
Misal,
penelitian analisis isi tentang kandungan kekerasan dalam program acara anak-anak
di televisi. Konsep/variabelnya adalah kandungan kekerasan dan program acara
anak-anak di televisi.
·
Indikator
variabelnya yang dapat berupa: jam tayang, jumlah kekerasan, jenis-jenis
kekerasan (verbal/visual), tema cerita, pemeran kekerasan laki-laki atau
wanita.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
·
Dokumentasi teks
media wajib ada.
·
Kemudian membuat
lembar coding, yakni alat yang dipakai untuk menghitung atau mengukur aspek
tertentu dari isi media.
·
Kategori yang
dipakai dalam analisis isi disajikan dalam sebuah lembar yang disebut sebagai
lembar coding yang memuat aspek-aspek apa saja yang ingin dilihat dalam
analisis isi.
·
Lembar coding di
sini dapat disejajarkan dengan kuesioner/angket dalam penelitian survei
6.
Teknik Analisis
Data
·
Menggunakan
rumus statistik sebagai alat untuk menganalisis data.
·
Analisis isi
deskriptif menggunakan statistik deskriptif. Analisis isi eksplanatif
menggunakan pengujian hipotesis univariat (hubungan diantara variabel; uji
hubungan), dan perbedaan variabel variabel; uji perbedaan. Analisis isi
prediktif menggunakan uji prediksi (regresi).
7.
Sistematika
Pembahasan
Sistematika
pembahasan ditulis berdasarkan urutan dan sistematika yang akan dibahas dalam
penelitian secara detail, mulai dari bab I sampai akhir.
8.
Jadwal
Penelitian
BAB III
MODEL
ANALISIS WACANA KRITIS DALAM PENELITIAN KOMUNIKASI
A.
Pengertian
Analisis Wacana
Analisis
wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telah mengenai
aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Analisis wacana merupakan alternatif dari
analisis isi dengan pendekatan kuantitatif yang lebih menekankan ada pertanyaan
“apa”, analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” dari sebuah pesan atau
teks komunikasi. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan
tersebut, analisis wacana dapat melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks.
Analisis
wacana dapat dikategorikan dalam paradigma penelitian kritis, yaitu suatu
paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan, sehingga
teks berita dipandang sebagai bentuk dominasi dan hegemoni satu kelompok kepada
kelompok yang lain. Paradigma kritis juga memandang bahwa media bukanlah
saluran yang bebas dan netral. Media justru dimiliki oleh kelompok tertentu dan
digunakan untuk mendominasi kelompok minoritas atau kelompok yang tidak dominan.
B.
Analisis
Wacana Van Dijk
Van
Dijk menjelaskan bahwa proses produksi teks melibatkan kognisi sosial. Artinya
sebuah teks tidak berdiri sendiri, melainkan dibentuk dan dipengaruhi oleh
struktur sosial, dominasi kelompok tertentu, dan kelompok kekuasaan dalam
masyarakat dan bagaimana kognisi (pikiran) dan kesadaran yang membentuk dan
berpengaruh terhadap teks tersebut. Wacana digambarkan oleh Van Dijk mempunyai
tiga dimensi, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Ketiga dimensi
ini tidak berdiri sendiri, melainkan satu sistem dan satu kesatuan dalam
analisis.
1.
Teks adalah
fiksasi atau pelembagaan sebuah peristiwa wacana lisan dalam bentuk tulisan.
Teks juga berarti seperangkat tanda yang ditransmisikan dari seorang pengirim
kepada seorang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu.
Dalam teks yang dipelajari adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana
yang digunakan untuk menegaskan suatu tema tertentu.
2.
Kognisi sosial,
amatlah penting bagi pemahaman sebuah teks berita. Bila seorang wartawan
menulis sebuah berita, maka berita hasil tulisannya tersebut tidaklah berdiri
sendiri, karena apa yang dihasilkan tersebut merupakan suatu kesatuan kognisi
sosial di mana komponen atau elemen di sekitarnya juag ikut andil dalam karya
tulisan atau berita tersebut. Kognisi sosial mempelajari proses produksi teks
berita yang melibatkan kognisi individu dari seorang wartawan.
3.
Dalam analisis
wacana yang menjadi titik utamanya adalah menggambarkan teks dan konteks secara
bersamaan dalam suatu proses komunikasi. Bahasa selalu berada dalam konteks,
dan tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisispan, interteks, situasi, dan
sebagainya. Analisis tentang teks dan konteks secara umum sudah ada pada
tataran analisis kognisi sosial yang mengandung makna tersirat tentang teks dan
konteks. Kontek sosial mempelajari tentang bangunan wacana yang berkembang
dalam masyarakat.
BAB IV
ANALISIS
SEMIOTIK DALAM PENELITIAN KOMUNIKASI
A.
Pengertian
Semiotika
Menurut
Littlejhon ada tiga masalah yang hendak diulas dalam analisis semiotik.
Pertama, masalah makna. Bagaimana orang memahamipesan? Informasi apa yang
dikandung dalam struktur sebuah pesan? Kedua, masalah tindakan. Atau
pengetahuan tentang bagaimana memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. Ketiga,
masalah koherensi. Yang menggambarkan bagaimana membentuk suatu pola
pembicaraan masuk akal dan dapat dimengerti.
Semiotik
berusaha memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut dengan tanda. Ilmu ini juga mempelajari hakekat tentang keberadaan
suatu tanda. Tanda adalah sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang
terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lainnya.
Menurut
jhon Fiske terdapat area penting dalam studi semiotika, yaitu: (1) tanda itu
sendiri. Berkaitan dengan tanda yang beragam. Tanda buatan manusia yang hanya
dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya; (2) kode atau sistem di mana
lambang-lambang disusun; (3) kebudayaan di mana kode/lambang beroperasi.
Semiotik digunakan
sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media dengan asumsi bahwa media itu
sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Teks media yang tersusun
atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna tunggal.
B.
Aliran-Aliran
dalam Semiotika
Terdapat tiga aliran dalam semiotika, yaitu:
·
Aliran semiotik
konotasi yang dipelopori oleh Roland Barthes, yakni aliran yang pada waktu
menelaah sistem tanda tidak berpegang pada makna primer, tetapi mereka berusaha
mendapatkannya melalui makna konotasi.
·
Aliran semiotik
ekspansionis yang dipelopori oleh Julia Kristeva, yakni aliran yang
melaksanakan telaah menggunakan konsep yang terdapat di dalam linguistik
ditambah dengan konsep yang berlaku dalam psikoanalisis dan sosiologi.
·
Aliran
behavioris yang dipelopori oleh Charles Morris, yakni aliran yang mengembangkan
teori semiotik dengan jalan memanfaatkan pandangan yang berlaku dalam psikologi
(skinner). Kaum behavioris dalam linguistik membahas bahasa sebagai siklus
stimuli, respon yang jika ditelaah dari segi semiotik adalah persoalan sistem
tanda yang berproses pada pengiriman dan penerima.
C.
Macam-Macam
Semiotika
Terdapat
sembilan macam jenis telaah semiotik, yaitu:
·
Semiotik
analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Menurut Pierce
semiotik berobyekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek, dan makna.
Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat
dalam lambang yang mengacu pada objek tertentu.
·
Semiotik
deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang (mundung-hujan).
·
Semiotik faunal,
yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh
hewan.
·
Semiotik
kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam
kebudayaan masyarakat tertentu.
·
Semiotik
naratif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan.
·
Semiotik
natural, yakni semiotik yang khusus
menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
·
Semiotik
normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh
manusia yang berwujud lambang, baik berwujud kata maupun kalimat (bahasa).
·
Semiotik
struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan
melalui struktur bahasa.
D.
Semiotik
Model Charles Sander Pierce
Menurut
Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Objek adalah sesuatu yang dirujuk
tanda. Sedangkan interpretan adalah tanda yanga da dalam benak seseorang
tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna ini
berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang
diwakili oleh tanda tersebut. Model ini mengupas persoalan bagaimana makna
muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu
berkomunikasi.
E.
Semiotik
Model Ferdinand de Saussure
Saussure
meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilihan
antara signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier
adalah bunyi yang bermakana atau coretan yang bermakna (aspek material) yakni
apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah
gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Kedua
unsur ini tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep
mental tersebut disebut dengan signification, yaitu upaya dalam memberi makna
terhadap dunia.
Hubungan
antara signifier dan signified ini terbagi menjadi tiga, yaitu:
(1) ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang
ditandainya, misalnya foto atau peta.; (2) indeks adalah tanda yang
kehadirannya menunjukkan adanya hubungan dengan yang ditandai, misalnya asap
adalah indeks dari api; (3) simbol adalah sebuah tanda di mana hubungan antara signifier
dan signified semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau
peraturan.
F.
Semiotik
Model Roland Barthes
Roland
Barthes membuat model sistematis dan menganalisis makana dari tanda-tanda.
Fokus perhatiannya tertuju pada gagasan tentang signifikansi dua tahap. Jadi,
signifikansi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified
di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai
denotasi, yaitu makna paling nyata dari sebuah tanda.
Konotasi
adalah istilah Barthes untuk menyebut signifikansi tahap kedua yang
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau
emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai
nilai yang subyektif atau intersubyektif. Maka, denotasi adalah apa yang
digambarkan tanda terhadap subyek, sedangkan konotasi adalah bagaimana
menggambarkannya.
BAB IV
ANALISIS
FRAMING DALAM PENELITIAN KOMUNIKASI
A.
Pengertian
Analisis
framing merupakan upaya pengembangan dari analisis wacana. Dalam perspektif
komunikasi, analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideologi
media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi,
penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih
menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi
khalayak sesuai perspektifnya. Analisis framing juga merupakan pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan
ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada
akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan atau
dihilangkan, serta hendak di bawa ke mana berita tersebut.
B.
Cara
Melakukan Framing pada Berita
Framming
dalam berita dapat dilakukan dengan empat cara, yakni sebagai berikut:
·
Pada identifikasi
masalah, yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan dengan nilai positif atau
negatif apa;
·
Pada
identifikasi penyebab masalah, yaitu siapa yang dianggap penyebab masalah;
·
Pada evaluasi
moral, yaitu penilaian atas penyebab masalah;
·
Saran
penanggulangan masalah, yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan
kadang kala memprediksikan hasilnya.
Ada
tiga bagian berita yang dapat menjadi obyek framing seorang wartawan, yaitu
sebagai berikut:
·
Judul berita,
diframing dengan menggunakan teknik empati, yaitu menciptakan “pribadi khayal”
dalam diri khalayak, sementara khalayak diangankan menempatkan diri mereka
seperti korban kekerasan, sehingga mereka dapat merasakan kepedihan yang luar
biasa.
·
Fokus berita,
diframing dengan menggunakan teknik asosiasi, yaitu menggabungkan kebijakan
aktual dengan fokus berita.
·
Penutup berita,
diframing dengan menggunakan teknik packing, yaitu menjadikan khalayak tidak
berdaya untuk menolak ajakan yang dikandung berita.
C.
Media
Frames dan Individual Frames
Media
frames telah didefinisikan bahwa framing berita berarti mengorganisasikan
realita berita setiap hari. Framing juga mencirikan sebagai kerja jurnalis
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan informasi secara tepat dan
menyampaikan secara cepat kepada para pembaca. Kegiatan framing merupakan
kegiatan penyeleksian beberapa aspek dari ralitas dan membuatnya lebih penting
dalam sebuat teks. Kegiatan framing, penyajian peristiwa dan berita mampu
memberikan pengaruh yang sistematis tentang metode agar penerima berita mengerti.
Individual
frames didefinisikan sebagai kegiatan penyimpanan ide yang membimbing proses
informasi secara individu. Framing jenis ini dapat digunakan sebagai kegiatan
interpretasi dan proses informasi.
D.
Model
Proses Framing
·
Frame Building
(Bangunan Framing)
Frame
building meliputi kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang mempengaruhi sistem media,
atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu mempengaruhi
penulisan sebuah berita terhadap peristiwa.
Ada
tiga sumber pengaruh yang berpotensi dalam framing, yaitu: (1) pengaruh
wartawan. Wartawan akan lebih sering membuat konstruksi analisis untuk membuat
perasaan memiliki akan kedatangan informasi. Bentuk analisa wartawan dalam
menulis sebuah fenomena sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel, seperti
ideologi, perilaku, norma-norma profesional, dan akhirnya lebih mencirikan
jalan wartawan dalam mengulas berita; (2) faktor berikutnya adalah pemilihan
pendekatan yang digunakan wartawan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi
dari tipe dan orientasi politik, atau yang disebut sebagai “rutinitas
organisasi”; (3) faktor ketiga adalah pengaruh dari sumber-sumber eksternal,
misalnya aktor-aktor politik dan otoritas.
·
Frame Setting
(Pengkondisian Framing)
Frame
setting didasarkan pada proses identivikasi yang sangat penting. Frame setting
ini termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda (agenda setting). Agenda
setting ini sendiri lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjol/penting.
Level pertama dari agenda setting adalah transmisi obyek yang penting,
sedangkan tingkat kedua adalah transmisi atribut yang penting.
·
Individual-Level
Effect of Framing (Tingkat Efek Framing terhadap Individu)
Tingkat
pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk beberapa variabel
perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya.
·
Journalist as
Audience (Wartawan sebagai Pendengar)
Wartawan
akan lebih cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini, diharapkan
wartawan dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca sehingga
ada timbal balik ide. Akibatnya, analisa wartawan tidak serta merta dianggap
paling benar dan tidak terdapat kelemahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar