Selasa, 12 Februari 2013

Teknik Editing dan Elektro


1.             Pengertian Editing:
a.              Pengertian editing oleh Roy Thompson and Christopher J. Bowen menyebutkan: Editing adalah proses mengorganisir, reviewing, memilih, dan menyusun gambar dan suara hasil rekaman produksi. Editing harus menghasilkan tayangan gambar yang padu dan cerita yang penuh makna sesuai apa yang telah direncanakan sebelumnya yaitu untuk menghibur, menginformasikan, memberi inspirasi dan lainnya. (Roy Thompson and Christopher J. Bowen, 2009: 1)
b.             Editing yaitu kegiatan memotong-motong gambar yang panjang, menyambung potongan-potongan gambar yang bercerita (memiliki sekuen) dalam durasi yang ditentukan, dan siap ditayangkan pada waktunya. (J.B Wahyudi: 2004)
c.              Leo Nardi berpendapat editing film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977: 47).
d.             J.M. Peters menyatakan bahwa yang dimaksud dengan editing film adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan rangkaian film sehingga tercapai sintesis atau analisis dari bahan yang diambil. (Peters, 1980: 9).
e.              D.W. Griffith berpendapat bahwa editing film merupakan suatu hal yang terpenting dalam film karena editing film itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri merupakan pondasi dari film. Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan dramatik dari cerita film itu sendiri. (Griffith, 1972: 20-25).
f.              Adapun Pudovkin mengatakan bahwa editing film dimulai dari penulisan dan membuat shot-shot sebagai materi editing film. Dalam hal editing ini, Pudovkin mempunyai sebuah prinsip, yaitu peristiwa-peristiwa yang akan direkam dalam gambar tidak terlepas dari tiga faktor: watak manusia, ruang dan waktu. Di samping tidak terlepas dari ‘lirik editing’, yakni bagaimana caranya mengeksploitasi sesuatu yang tidak tampak seperti kegembiraan, kesenangan, kesedihan, dan lain-lain. (Pudovkin, 1972: 26).
g.             Sedang menurut Elsenstein, seorang arsitek yang lari ke dunia film. Editing adalah suatu proses yang harus dilakukan dengan cara menyambung dua buah shot atau adegan yang dapat menimbulkan pengertian baru melalui cara pemikiran dan selalu menimbulkan istilah pemikiran yang baru. Untuk itu, dia menghadapkan pada kiasan melalui lambang-lambang sehingga penonton turut berpikir secara intelektual terhadap adegan yang dilihatnya. (Elsenstein, 1972: 33).
Prinsip-Prinsip Editing:
a.              Jangan menyambung 2 shot dari obyek yang sama dalam format yang sama besarnya (jenis shot yang sama). Karena, dua shot yang berurutan dengan format yang sama besar sering menghasilkan jump cut. Misalnya cutting dari Medium Shot (MS) ke Medium Shot (MS).
b.             Walaupun esensi dari televisi adalah penyajian gambar dengan close up, jangan mengabaikan fungsi long shot. Karena, terlalu banyak close up akan membosankan.
c.              Sesudah beralih ke suatu adegan baru, berilah Long shot dari adegan tersebut. Ini akan memberi penjelasan kepada penonton dimana peristiwa itu terjadi.
d.             Begitu juga apabila “tokoh baru” masuk atau “tokoh” yang agak lama tidak muncul, buatlah close up dari “tokoh” itu. Karena, apabila ada satu tokoh baru masuk, penonton secara naluri ingin tahu siapa dia, seperti apa dia?
e.              Jangan menyambung 2 shot dari obyek yang sama dalam jarak yang ekstrim. Misalnya cutting dari Extreme Long Shot (ELS) ke Extreme Close Up (ECU). Karena, hal ini akan membuat penonton sulit mengenali obyek yang kita maksudkan.
f.              Hal yang sama akan terjadi apabila kita membuat cutting dengan perpindahan camera angle yang ekstrim, sehingga menyebabkan penonton kebingungan dengan arah pandangan yang berlawanan dari obyek yang sama.
g.             Jangan memotong ditengah-tengah shot pada saat kamera bergerak (panning atau zooming). Sambunglah di titik awal atau akhir dari panning atau zooming (saat kamera berhenti).
h.             Jangan membuat cutting diantara dua kamera yang bergerak terutama kamera panning, atau diantara satu kamera yang bergerak dan kamera statis. Cut diantara 2 kamera yang bergerak membuat efek yang tidak enak bagi mata. Kekecualian dalam hal ini apabila kedua kamera panning dengan arah dan kecepatan yang sama. Misalnya cut dari panning shot sebuah mobil yang berjalan dengan kecepatan dan arah tertentu ke panning shot sebuah mobil lain yang berjalan dengan kecepatan dan arah yang sama.
i.               Lakukanlah selalu cut on movement (cut gerakan): cutiing pada saat obyek dalam gerakan (acting) duduk, bangkit, berbalik, memutar. Bahkan dalam close up cutting akan lebih baik di saat kepala sedang bergerak, menengok, mengangguk misalnya. Buatlah cut selama saat gerakan obyek jangan sebelum atau sesudahnya. Misalnya: jika kita telah membuat close up dari seseorang yang baru bersiap-siap untuk berdiri dari kursi, buatlah cutting shot yang lebih besar (long shot) tepat sesudah dia mulai berdiri, bukan sebelum dia berdiri.
j.               Dalam suatu interview, cut biasanya kita lakukan pada akhir dari pertanyaan atau jawaban, karena cutting pada akhir dari suatu kalimat atau prasa (anak kalimat akan menghasilkan suatu irama yang jelas daripada ditengah-tengah. Walaupun demikian, reaction shot akan lebih halus apabila terjadi selama dialog, lebih baik daripada akhir ucapan atau kalimat. Dalam hal ini, jika seseorang bergerak sambil mengucapkan dialog, buatlah cut on movement. Jangan tunggu sampai pemain menyelesaikan satu kalimat. Cut on movement dari action biasanya lebih kuat motivasinya daripada cut on dialog.
k.             Buatlah cut, dissolve (mix) dan fade, sesuai dengan irama musik atau komentar, buatlah cut atau fade out musik hanya pada akhir kalimat musik, jangan ditengah-tengah.
2.             Editing Linier dan Non Linier:
a.              Editing Linear adalah editing dengan metode mengurutkan dari shot yang pertama, kedua, hingga shot yang terakhir (Widagdo dan Gora, 2004:115). Setidaknya ada 3 jenis editing linear: On Cam editing, A/Roll, dan A/B Roll. Dengan prinsip kerjanya sebagai berikut:
·               On Cam editing, editing yang dilakukan “tanpa” menggunakan perlatan editing. Ia menggunakan kamera sebagai alat editing itu sendiri. Prinsip kerjanya ada dua cara, pertama editing dilakukan oleh cameraman saat pengambilan gambar atau shooting. Ketika mengambil gambar, seorang cameraman ia mesti sudah memikirkan hasil shootingnya sebagai hasil editing juga. Jadi, pengambilan gambar berdasar cerita yang sudah dibuat sebelumnya. Untuk memudahkan konsep ini maka cameraman harus membuat shot list terlebih dahulu. Dan yang paling penting lagi shooting dilakukan berdasar ututan cerita. Edit on Cam yang kedua, memang benar-benar menggunakan kamera sebagai alat penyuntingan gambar. Setelah melakukan pengambilan gambar, cameraman memilah gambar atau shot yang benar-benar diperlukan, membuang atau mendelete shot yang tidak diperlukan. Kamera-kamera digital sekarang sudah memungkinkan untuk melakukan Edit on Cam, ada fasilitas edit di dalamnya.
·               A Roll merupakan editing linear dengan menggunakan satu deck player dan satu deck recorder. Satu deck berfungsi untuk playback materi yang akan diedit, satu deck lainnya untuk merekam hasil edit.
·               A/B Roll, beda halnya dengan A Roll pada alat editing A/B Roll terdapat dua deck yang berfungsi sebagai player serta satu deck berfungsi sebagai recorder. Jadi pada A/B Roll bisa ada dua materi shooting yang dikontrol untuk digabungkan ke dalam satu materi editing. Baik pada A Roll maupun A/B Roll bisanya terdapat tombol jog/shutle yang berfungsi untuk rewind maupun fast forward tape/kaset yang ada pada deck deck tersebut. Tombol lainnya adalah tombol marking, untuk menandai timecode yang ada pada tape/kaset yang akan digunakan pada hasil akhir editing.
b.             Editing Non linear adalah editing dengan metode acak (random). Artinya, editor dapat memulai mengurutkan shot-shot dari shot yang mana saja terlebih dahulu sesuai dengan kebiasaanya tanpa harus memulainya dari shot yang pertama (Goodman dan McGrath, 2003:13). Jika misalnya, melakukan penyuntingan gambar untuk program televisi materi editing yang lengkap baru ada di segmen dua, maka editor bisa melakukan penyuntingan gambar segmen dua tersebut. Prinsip kerjanya dengan menggunakan seperangkat komputer serta deck. Jika dulu editing non linear mesti menggunakan komputer khusus, saat ini PC biasa dengan spesifikasi tertentu sudah bisa dijadikan alat editing. Bahkan beberapa laptop dengan software editing sudah bisa digunakan. Banyak software editing non linear. Yang populer di antarnya Adobe Premiere, Canopus Edius, Avid, dan Final Cut Pro.
3.             Tiga fungsi dasar editing menurut Herbert Zett adalah Menggabungkan (combine), Memangkas (trim), Membangun (build), berikut fungsi editing yang lain:
·                Alasan utama untuk mengedit film adalah untuk membagi adegan yang paling relevan dari film ke dalam satu wadah dan kemudian digabungkan dengan yang lain ke dalam string halus (string halus ini maksudnya file container seperti .avi, .mpeg, dsb.) yang dapat menyajikan paling tidak hasil sebagai bagian dari film yang difilmkan.
·                Tingkatan terpenting pada tujuan sebuah editing adalah menentukan bentuk pemaknaan dari film, hal ini serupa dengan penetuan sajak dan baris yang kita kenal dalam pembuatan sebuah puisi. Dikebanyakan film hollywood, editing digunakan untuk menguraikan paling tidak 4 dimensi yang ingin dicapai: bagaimana cara anda menyampaikan sebuah alur film yang mudah diterima, seberapa lugas anda ingin menyampaikan pesan yeng terdapat dalam film, bagaimana anda seharusnya melakukan penyesuaian antara kejadian dengan karakter pada setiap waktu yang ada pada film, dan bagaimana anda menentukan kesesuaian akan kecepatan cerita dari film tersebut. Selain itu dalam editing dapat juga dilakukan penambahan montase, editing dapat menghadirkan fungsi-fungsi cerdas guna memenuhi kebutuhan akan keindahan serta sudut pandang yang ingin disampaikan. Kegiatan semacam ini memiliki kecenderungan untuk mengarah pada perkembangan dunia film saat ini serta film-film experimental.
4.             Bahsa visual dan manfaatnya:
Secara sederhana bahasa visual adalah sebuah sarana penyampaian kepada penonton menggunakan hal-hal yang dapat ditangkap secara kasat mata.
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan bahasa visual ini, sebab bila dipahami hal tersebut memiliki tiga tingkatan.
·                Universal. Bahasa visual tingkat pertama, biasanya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketika kita perlihatkan pada penonton hal-hal yang bersifat kebendaan maka kita bisa merekam benda-benda seperti sabun, gelas, koran, sapu dan lain sebagainya.  Ataupun kita juga dapat memperlihatkan hal-hal yang bersifat tindakan seperti minum, mandi, duduk, tidur dan lain sebagainya yang kita lakukan sehari-hari.
·                Lokal/Sektoral. Kita bisa memperlihatkan burung merpati putih terbang.  Bisa jadi di Indonesia penontonnya akan menganggap bahwa artinya adalah kebebasan, namun bagaimana dengan tempat lain seperti di Thailand, hal tersebut dianggap sebagai tanda kematian.  Pada hal-hal yang sifatnya benda juga dapat kita tinjau, misalnya untuk tanda kematian di wilayah Jabodetabek kita dapat menonjolkan bendera kuning, namun bila ditonton oleh masyarakat dari Surabaya, mungkin mereka tidak akan paham.
·                Ketiga, bahasa visual yang bersifat personal. Bahasa visual ini hanya berlaku bagi diri kita sendiri sang pembuat filmnya.
Manfaat dari bahasa visual adalah penyempurna/pelengkap dalam suatu film agar penonton benar-benar bisa memahami sekaligus menikmati maksud yang disampaikan oleh film tersebut. Bahasa visual ini sendiri tidak harus selalu berwujud dialog, jika dirasa dialog yang terlalu banyak akan menjenuhkan. Wujudnya bisa diperkuat dengan pengadaan benda-benda yang sesuai.
5.             Pemahaman tentang sinematography:
a.             Sense Of Cutting
Macam-macam cutting:
·               Jump Cut: Suatu pergantian shot di mana kesinambungan waktunya terputus karena loncatan dari satu shot ke shot berikutnya yang berbeda waktunya.
·               Cut In, Insert: Suatu shot yang disisipkan pada shot utama (master shot) dengan maksud menunjukkan detil.
·               Cut Away, Intercut, Reaction Shot: Shot action yang diambil pada saat yang sama sebagai reaksi dari shot utama.
·               Cut On Direction: Suatu sambungan shot di mana shot pertama dipertunjukkan suatu objek yang bergerak menuju ke suatu arah, shor berikutnya objek lain yang mengikuti arah gerakan shot pertama.
·               Cut On Movement: Sambungan shot dari suatu objek yang bergerak ke arah yang sama, dengan latar belakang yang berbeda.
·               Cut Rhime: Pergantian shot atau adegan dengan loncatan ruang dan waktu pada kejadian yang (hampir) sama dalam suasana yang berbeda
Fungsi Cut, untuk mempertunjukkan:
·               Kesinambungan action. Apabila satu kamera tdak mampu mengikuti suatu action, misalnya akrena halangan obyek lain, kita potong atau ganti shot lain dengan camera angle berbeda yang menyajikan kesinambungan dari shot yang pertama.
·               Detail Obyek. Misalnya dengan Long Shot kita sajikan seseorang yang sedang membaca buku, untuk membantu penonton melihat buku apa yang sednag dibaca, kita pertunjukkan Close Up dari judul buku.
·               Peningkatan atau Penurunan Irama Kejadian (Progresi). Dengan Long Shot kita sajikan seseorang ditodong pistol oleh seseorang yang lain, kemudian shot berikutnya kita nampakkan Medium Shot si penodong dengan pistolnya, atau Medium Close Up wajah orang yang ditodong. Cut to Close Up untuk mempertunjukkan pengembangan kejadian. Sedang Cut to Long Shot untuk menunjukkan penurunan kejadian.
·               Perubahan Tempat dan Waktu. Cut dari interior ke exterior. Loncatan adegan ke depan atau ke belakang dari suatu peristiwa (flash back) atau peristiwa lain yang berbeda di tempat lain pada saat yang sama.
·               Menciptakan Irama Kejadian. Fast Cutting, cut to cut secara cepat menyajikan kesan merangsang penonton, perasaan tegang. Dan slow cutting, menunjukkan kesan lambat dan tenang.
b.             Sense Of Camera Size (shot size)
·               ELS (Extreme Long Shot): Shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang luas, kamera mengambil keseluruhan pemandangan. Objek utama dan objek lainnya nampak sangat kecil dalam hubungannya dengan latar belakang.
·               LS (Long Shot): Shot jauh, menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dibandingkan dengan ELS, objek masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luar.
·               MLS (Mediun Long Shot): Shot yang menyajikan bidang pandangan dekat daripada Long Shot, obyek manusia biasanya ditampilkan dari sudut atas lutut samapai di atas kepala.
·               MS (Medium Shot): Di sini obyek menjadi lebih besar dan lebih dominan, obyek manusia dinampakkan dari atas pinggang sampai di atas kepala. Latar belakang masih nampak sebanding dengan obyek utama.
·               MCU (Mediun Close Up): Shot amat dekat, obyek diperlihatkan dari bagian dada sampai atas kepala. MCU inilah yang paling sering dipergunakan dalam televisi.
·               CU (Close Up): Shot dekat, obyek menjadi titik perhatian utama di dalam shot ini, latar belakang nampak sedikit sekali. Untuk manusia biasanya ditampilkan wajah dari bahu sampai atas kepala.
·               BCU (Big Close Up) dan ECU (Extreme Close Up): Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia. Obyek mengisi seluruh layar dan jelas sekali detilnya.
·               Cut Off Lines: Istilah dalam framing (pembingkaian) gambar dengan obyek manusia berdasarkan garis/potongan bagian tubuh.
-                 FS (Full Shot) atau TS (Total Shot): menyajikan seluruh tubuh.
-                 Knee Shot (Shot Lutut): menampilkan bagian tubuh dari lutut sampai atas kepala.
-                 Beast Shot (Shot Dada)
-                 Head Shot (Shot Kepala)
·               Beberapa Istilah shot yang lain:
-                 Tight Shot (shot dekat)
-                 Wide Shot (Shot jauh atau lebar)
-                 Cover Shot (Shot-shot MS sampai CU)
-                 Two Shot (Shot dua orang)
-                 Three Shot (Shot tiga orang, dst)
-                 OS (Over The Shoulder Shot): Shot di amna obyek utama menghadap ke arah kamera, dengan bingkai di samping kiri atau kanan nampak bahu dan sebagian kepala obyek lain sebagai lawan bicara.
-                 Establishing Shot: Pengambilang gambar dengan kamera statis, biasanya dalam posisi Extreme Long Shot atau Long Shot yang menampilkan keseluruhan pandangan untuk memperkenalkan suatu tempat di maan suatu peristiwa sednag terjadi.
c.              Sense Of Camera Angle
Istilah angel kamera menjelaskan posisi pemirsa dalam melihat obyek/subyek. Setiap pengambilan gambar baru harus mengambil agel kamera yang baru. Ada 3 alasan untuk ini:
1.             Untuk menambahkan kemungkinan adanya informasi baru.
2.             Untuk menambahkan kemungkinan gambar-gambar yang dapat diedit bersamaan.
3.             Untuk memperlihatkan lebih dekat reaksi seseorang terhadap obyek/subjek baru.
Saat pertama kali melihat seseorang/sesuatu kita cenderung mengubah sudut pandang kita sehingga kita dapat lebih dekat mengamatai apa yang kita lihat. Hal ini serupa dengan pemilihan angel kamera. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah:
·               Tipe shot yang digunakan
·               Frame shot
·               Latar belakang frame
·               Ilusi kedalaman shot/pengambilan
·               Warna dan cahaya dalam pengambilan gambar
Beberapa gambar subyek dot disorot dari berbagai angel, namun ada pula subyek yang terlihat paling bagus diambil dari angel tertentu. Angel kamera dinyatakan dari angka derajat. Jenis ketentuan yang ditulis untuk pembuatan film zaman dahulu masih berlaku hingga kini di kalangan pemula, yakni sebagai berikut:
·               Ketentuan 180 derajat
Aturan ini menjelaskan bahwa pergerakan satu atau beberapa subyek adalah pusat suatu lingkaran dan diameter lingkaran tersebut melewati pergerakan tersebut, dan pengambilan gambar hanya diperbolehkan dari sudur 180 derajat pada salah satu sisi lingkaran.
·               Ketentua 30 derajat
Saat mengambil gambar di ketentuan sudut 80 derajat, penempatan kamera tidak boleh  kurang dari 30 derajat dari posisi terakhir kamera.
Meskipun ketentuan P180 dan 30 derajat masih diakui kebenarannya saat ini, dapat dipahami bahwa posisi setengah lingkaran dapat berubah dalarn suatu scene sehingga ada banyak cara untuk mengambil gambar dari kedua sisi lingkaran. Ketentuan 30 derajat masih merupakan latihan dasar, walaupun sudutnya terkadang bisa lebih kecil.
d.             Sense Of Camera Movement
·               Pan, Panning.
Pan adalah gerakan kamera secara horisontal (mendatar) dari kiri ke akanan atau sebaliknya.
Pan Right: Kamera bergerak memutar ke kanan.
Pan Left: Kamera bergerak memutar ke kiri.
Gerakan pan biasanya dilakukan untuk mengikuti gerakan subyek (orang yang sedang berjalan), mempertunjukkan suatu pemandangan yang luas secara menyeluruh, gerakan pan secara pelan menimbulkan perasaan menanti. Kadang-kadang panning cepat atau swish pan dilakukan untuk menghubungkan dua peristiwa yang terjadi di dua tempat.
·               Tilt, Tilting
Tilting adalah gerakan kamera secara vertikal, mendongak dari bawah ke atas atau sebaliknya.
Tilt Up: Mendongak ke atas.
Tilt Down: Menunduk ke bawah.
Gerakan Tilt dilakukan untuk mengikuti gerakan obyek (peluncuran balon, pesawat take off, dll), untuk menciptakan efek dramatis, emmpertajam situasi.
Seperti halnya dengan gerakan panning, alangkah baiknya apabila ditentukan dulu titik awal dan titik akhir shot.
·               Dolly, Track
Dolly atau track adalah gerakan kamera di atas tripod atau dolly mendekati atau menjauhi subyek.
Dolly In: Mendekati subyek
Dolly Out: Menjauhi subyek
·               Pedestal
Pedestal adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik-turunkan. Kalau sekarang ini kebanyakan menggunakan Porta Jib Traveller.
Pedestal Up: Kamera dinaikkan.
Pedestal Down: Kamera diturunkan.
·               Crab
Gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang sednag bergerak.
Crab Left: Bergerak ke kiri.
Crab Right: Bergerak ke kanan.
·               Crane
Crane adalah gerakan kamera di atas katrol naik atau turun.
·               Arc
Arc adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau sebaliknya.
·               Zoom
Zoom adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optik, dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang panjang sempit (telephoto) ke sudut lebar (wide angle) atau sebaliknya.
Zoom In: Mendekatkan obyek dari Long Shot ke Close Up.
Zoom Out: Menjauhkan Obyek dari Close Up ke Long Shot.
Perbedaan visual Zooming dengan Tracking: Zooming yakni memperbesar atau memperkecil obyek dengan mengubah sudut pandang lensa. Dengan membuat zoom in, latar belakang menjadi out focus, gambar menjadi datar. Kesan yang kita peroleh seolah-olah subyek kita dekatkan atau jauhkan dari pandangan kita. Sedang Tracking yakni mendekati atau menjauhi obyek dengan mengubah kedudukan kamera. Dengan melakukan Dolly In, latar belakang dan latar depan tetap fokus, gambar lebih mempunyai kedalaman, memberikan kesan lebih dinamis dengan gerak gambar yang sesungguhnya. Gerakan Dolly lebih impresif, bila melewati pintu-pintu, lekukan, ataupun sofa dengan maksud menyajikan pandangan subyektif dari adegan.
·               Rack Focus
Rack Focus atau Selective Focusing adalah mengubah fokus lensa dari obyek di latar belakang ke obyek di latar depan atau sebaliknya, untuk mengalihkan perhatian penonton dari satu onyek ke obyek lainnya.
e.              Sense Of Composition
Komposisi adalah bagian yang paling terpenting pada komunikasi visual karena komposisi adalah usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Menata elemen visual di sini bisa diartikan kita mengarahkan perhatian penonton pada informasi yang kita berikan kepada mereka. Atau dalam arti lain kita mengarahkan penonton pada Point of Interest (POI) dalam gambar yang kita buat. Dengan mengarahkan penonton pada Poi maka penonton akan bisa mengikuti cerita dalam film kita dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu banyak meletakan Poi dalam sebuah gambar maka mata atau perhatian penonton akan terbagi-bagi, akhirnya perhatian mereka pada cerita juga akan terganggu.
Dalam film atau dalam komunikasi visual kita harus memanfaatkan waktu seefisien mungkin agar penonton bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam memahami film kita. Komposisi memang mempunyai aturan-aturan yang sangat ketat, akan tetapi kita bisa saja melawan aturan tersebut asalkan tetap bisa mengarahkan perhatian penonton pada Poi. Banyak sekali factor yang mempengaruhi komposisi di antaranya; warna, garis, tekstur, bentuk, ukuran, dan sebagainya. Yang menjadi sedikit mempunyai tantangan adalah dalam film kita mengkomposisi gerak. Karena bisa saja subjek atau kamera bergerak terus menerus sehingga kita harus terus mengatur elemen-lemen visual tersebut dalam frame kita, sehingga penonton tetap setia pada Poi.
f.              Sense Of Continuity
Kontinuitas adalah mempertahankan alur visual yang sudah terjalin dan terarah Detil-detil produksi di antara pengambilan gambar dan adegan-adegan. Kontinuitas terbagi menjadi beberapa macam, yakni sebagai berikut:
·               Kontinuitas isi. Mencakup semua elemen visual yang berhubungan dengan pengambilan gambar, yaita orang (pemain), properti, busana dan tata rias. Contoh: Seorang wanita duduk di kursi sambil membaca dengan tenang. Ketika adegan ini dibuat dalam beberapa kali pengambilan gambar dan harus ditampilkan berkelanjutan, semua elemen visual yang ada harus tetap sama. Buku yang sama, pakaian yang sama, begitu pula tata rambutnya, serta kursi dengan ornamen yang sama.
·               Kontinuitas gerak. Mayoritas gambar terdiri dari bentuk pergerakan, sekalipun hanya berupa sedikit gerakan. Tapi sebuah gerakan kecil dapat menjadi gerakan besar. Karena itu amatlah penting memperhatikan pergerakan tersebut beserta arahnya, karena gerakan-gerakan tersebut dapat berulang atau berlanjut pada beberapa adegan. Pergerakan atau perpindahan harus diamati dengan cermat supaya cocok dengan gambar sebelumnya.
·               Kontiniutas Isi. Adalah posisi subyek/obyek di dalam layar. Jika posisi subyek ada di posisi kanan layar pada pengambilan pertama, maka ia harus tetap pada posisi yang sama pada pengambilan berikutnya dan tidak boleh berada di posisi kiri layar. Apabila ada dua gambar yang diedit bersamaan untuk ditampilkan berkelanjutan, maka kontinuitas posisi harus dipertahankan. Bila tidak pandangan pemirsa akan loncat dari satu sisi ke sisi lainnya. Kontinuitas posisi juga berlaku dalam pengambilan gambar obyek.
·               Kontinuitas Suara. Kontinuitas suara juga penting. Tidak hanya berhubungan dengan posisi latar depan dan belakang tapi juga dari segi perspektif kontinuitas suara menjadi perhatian pemirsa. Pemirsa berharap bunyi detak jam di atas rak meja yang terdengar dalam satu gambar akan terdengar pada gambar berikutnya. Bila ini tidak terjadi, berarti jam telah berhenti, dan secara dramatis akan menimbulkan makna berbeda. Harus ada keseimbangan antara dialog pada latar depan dengan suara pada latar belakang, tapi meskipun dialog suara pada latar depan dapat berganti pada gambar berikutnya suara di latar belakang harus tetap sama.
Kontinuitas suara jg berlaku meski suara hanya terdengar tanpa ada visual. Pemirsa tetap mernerlukan suara yang sama pada gambar berikutnya untuk menyesuaikan dengan gambar sebelumnya. Ada pengecualian dalam persyaratan dasar ini, yaitu apabila ada gambar yang menunjukkan mengapa perubahan terjadi. Contoh: Perubahan dari lokasi kota ke pedesaan. Perubahan suara memiliki makna yang jelas. Contohnya: suara pesawat   yang sedang mendarat berubah menjadi suara gesekan roda pesawat di atas landasan pacu.

1 komentar: