1.
Pengertian
Editing:
a.
Pengertian editing oleh Roy
Thompson and Christopher J. Bowen menyebutkan: Editing adalah proses
mengorganisir, reviewing, memilih, dan menyusun gambar dan suara hasil rekaman
produksi. Editing harus menghasilkan tayangan gambar yang padu dan cerita yang
penuh makna sesuai apa yang telah direncanakan sebelumnya yaitu untuk
menghibur, menginformasikan, memberi inspirasi dan lainnya. (Roy Thompson and
Christopher J. Bowen, 2009: 1)
b.
Editing yaitu kegiatan
memotong-motong gambar yang panjang, menyambung potongan-potongan gambar yang
bercerita (memiliki sekuen) dalam durasi yang ditentukan, dan siap ditayangkan
pada waktunya. (J.B Wahyudi: 2004)
c.
Leo Nardi berpendapat editing
film adalah merencanakan dan memilih serta menyusun kembali potongan gambar
yang diambil oleh juru kamera untuk disiarkan kepada masyarakat. (Nardi, 1977:
47).
d.
J.M. Peters menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan editing film adalah mengkombinasikan atau memisah-misahkan
rangkaian film sehingga tercapai sintesis atau analisis dari bahan yang diambil.
(Peters, 1980: 9).
e.
D.W. Griffith berpendapat bahwa
editing film merupakan suatu hal yang terpenting dalam film karena editing film
itu merupakan suatu seni yang tinggi. Seni sendiri merupakan pondasi dari film.
Menyunting film adalah menyusun gambar-gambar film untuk menimbulkan tekanan
dramatik dari cerita film itu sendiri. (Griffith, 1972: 20-25).
f.
Adapun Pudovkin mengatakan bahwa editing
film dimulai dari penulisan dan membuat shot-shot sebagai materi editing film.
Dalam hal editing ini, Pudovkin mempunyai sebuah prinsip, yaitu peristiwa-peristiwa
yang akan direkam dalam gambar tidak terlepas dari tiga faktor: watak manusia,
ruang dan waktu. Di samping tidak terlepas dari ‘lirik editing’, yakni
bagaimana caranya mengeksploitasi sesuatu yang tidak tampak seperti
kegembiraan, kesenangan, kesedihan, dan lain-lain. (Pudovkin, 1972: 26).
g.
Sedang menurut Elsenstein,
seorang arsitek yang lari ke dunia film. Editing adalah suatu proses yang harus
dilakukan dengan cara menyambung dua buah shot atau adegan yang dapat
menimbulkan pengertian baru melalui cara pemikiran dan selalu menimbulkan
istilah pemikiran yang baru. Untuk itu, dia menghadapkan pada kiasan melalui
lambang-lambang sehingga penonton turut berpikir secara intelektual terhadap adegan
yang dilihatnya. (Elsenstein, 1972: 33).
Prinsip-Prinsip
Editing:
a.
Jangan menyambung 2 shot dari
obyek yang sama dalam format yang sama besarnya (jenis shot yang sama). Karena,
dua shot yang berurutan dengan format yang sama besar sering menghasilkan jump
cut. Misalnya cutting dari Medium Shot (MS) ke Medium Shot (MS).
b.
Walaupun esensi dari televisi
adalah penyajian gambar dengan close up, jangan mengabaikan fungsi long shot.
Karena, terlalu banyak close up akan membosankan.
c.
Sesudah beralih ke suatu adegan
baru, berilah Long shot dari adegan tersebut. Ini akan memberi penjelasan
kepada penonton dimana peristiwa itu terjadi.
d.
Begitu juga apabila “tokoh baru”
masuk atau “tokoh” yang agak lama tidak muncul, buatlah close up dari “tokoh”
itu. Karena, apabila ada satu tokoh baru masuk, penonton secara naluri ingin tahu
siapa dia, seperti apa dia?
e.
Jangan menyambung 2 shot dari
obyek yang sama dalam jarak yang ekstrim. Misalnya cutting dari Extreme Long
Shot (ELS) ke Extreme Close Up (ECU). Karena, hal ini akan membuat penonton
sulit mengenali obyek yang kita maksudkan.
f.
Hal yang sama akan terjadi
apabila kita membuat cutting dengan perpindahan camera angle yang ekstrim,
sehingga menyebabkan penonton kebingungan dengan arah pandangan yang berlawanan
dari obyek yang sama.
g.
Jangan memotong ditengah-tengah
shot pada saat kamera bergerak (panning atau zooming). Sambunglah di titik awal
atau akhir dari panning atau zooming (saat kamera berhenti).
h.
Jangan membuat cutting diantara
dua kamera yang bergerak terutama kamera panning, atau diantara satu kamera
yang bergerak dan kamera statis. Cut diantara 2 kamera yang bergerak membuat
efek yang tidak enak bagi mata. Kekecualian dalam hal ini apabila kedua kamera
panning dengan arah dan kecepatan yang sama. Misalnya cut dari panning shot
sebuah mobil yang berjalan dengan kecepatan dan arah tertentu ke panning shot
sebuah mobil lain yang berjalan dengan kecepatan dan arah yang sama.
i.
Lakukanlah selalu cut on movement
(cut gerakan): cutiing pada saat obyek dalam gerakan (acting) duduk, bangkit,
berbalik, memutar. Bahkan dalam close up cutting akan lebih baik di saat kepala
sedang bergerak, menengok, mengangguk misalnya. Buatlah cut selama saat gerakan
obyek jangan sebelum atau sesudahnya. Misalnya: jika kita telah membuat close
up dari seseorang yang baru bersiap-siap untuk berdiri dari kursi, buatlah
cutting shot yang lebih besar (long shot) tepat sesudah dia mulai berdiri,
bukan sebelum dia berdiri.
j.
Dalam suatu interview, cut
biasanya kita lakukan pada akhir dari pertanyaan atau jawaban, karena cutting
pada akhir dari suatu kalimat atau prasa (anak kalimat akan menghasilkan suatu
irama yang jelas daripada ditengah-tengah. Walaupun demikian, reaction shot
akan lebih halus apabila terjadi selama dialog, lebih baik daripada akhir
ucapan atau kalimat. Dalam hal ini, jika seseorang bergerak sambil mengucapkan
dialog, buatlah cut on movement. Jangan tunggu sampai pemain menyelesaikan satu
kalimat. Cut on movement dari action biasanya lebih kuat motivasinya daripada
cut on dialog.
k.
Buatlah cut, dissolve (mix) dan
fade, sesuai dengan irama musik atau komentar, buatlah cut atau fade out musik
hanya pada akhir kalimat musik, jangan ditengah-tengah.
2.
Editing Linier
dan Non Linier:
a.
Editing Linear adalah editing
dengan metode mengurutkan dari shot yang pertama, kedua, hingga shot yang
terakhir (Widagdo dan Gora, 2004:115). Setidaknya ada 3 jenis editing linear:
On Cam editing, A/Roll, dan A/B Roll. Dengan prinsip kerjanya sebagai berikut:
·
On Cam editing, editing yang
dilakukan “tanpa” menggunakan perlatan editing. Ia menggunakan kamera sebagai
alat editing itu sendiri. Prinsip kerjanya ada dua cara, pertama editing
dilakukan oleh cameraman saat pengambilan gambar atau shooting. Ketika
mengambil gambar, seorang cameraman ia mesti sudah memikirkan hasil shootingnya
sebagai hasil editing juga. Jadi, pengambilan gambar berdasar cerita yang sudah
dibuat sebelumnya. Untuk memudahkan konsep ini maka cameraman harus membuat
shot list terlebih dahulu. Dan yang paling penting lagi shooting dilakukan
berdasar ututan cerita. Edit on Cam yang kedua, memang benar-benar menggunakan
kamera sebagai alat penyuntingan gambar. Setelah melakukan pengambilan gambar,
cameraman memilah gambar atau shot yang benar-benar diperlukan, membuang atau
mendelete shot yang tidak diperlukan. Kamera-kamera digital sekarang sudah
memungkinkan untuk melakukan Edit on Cam, ada fasilitas edit di dalamnya.
·
A Roll merupakan editing linear
dengan menggunakan satu deck player dan satu deck recorder. Satu deck berfungsi
untuk playback materi yang akan diedit, satu deck lainnya untuk merekam hasil
edit.
·
A/B Roll, beda halnya dengan A
Roll pada alat editing A/B Roll terdapat dua deck yang berfungsi sebagai player
serta satu deck berfungsi sebagai recorder. Jadi pada A/B Roll bisa ada dua
materi shooting yang dikontrol untuk digabungkan ke dalam satu materi editing.
Baik pada A Roll maupun A/B Roll bisanya terdapat tombol jog/shutle yang
berfungsi untuk rewind maupun fast forward tape/kaset yang ada pada deck deck
tersebut. Tombol lainnya adalah tombol marking, untuk menandai timecode yang
ada pada tape/kaset yang akan digunakan pada hasil akhir editing.
b.
Editing Non linear adalah editing
dengan metode acak (random). Artinya, editor dapat memulai mengurutkan
shot-shot dari shot yang mana saja terlebih dahulu sesuai dengan kebiasaanya
tanpa harus memulainya dari shot yang pertama (Goodman dan McGrath, 2003:13).
Jika misalnya, melakukan penyuntingan gambar untuk program televisi materi
editing yang lengkap baru ada di segmen dua, maka editor bisa melakukan penyuntingan
gambar segmen dua tersebut. Prinsip kerjanya dengan menggunakan seperangkat
komputer serta deck. Jika dulu editing non linear mesti menggunakan komputer
khusus, saat ini PC biasa dengan spesifikasi tertentu sudah bisa dijadikan alat
editing. Bahkan beberapa laptop dengan software editing sudah bisa digunakan.
Banyak software editing non linear. Yang populer di antarnya Adobe Premiere,
Canopus Edius, Avid, dan Final Cut Pro.
3.
Tiga fungsi
dasar editing menurut Herbert Zett adalah Menggabungkan (combine), Memangkas
(trim), Membangun (build), berikut fungsi editing yang lain:
·
Alasan utama untuk mengedit film
adalah untuk membagi adegan yang paling relevan dari film ke dalam satu wadah
dan kemudian digabungkan dengan yang lain ke dalam string halus (string halus
ini maksudnya file container seperti .avi, .mpeg, dsb.) yang dapat menyajikan
paling tidak hasil sebagai bagian dari film yang difilmkan.
·
Tingkatan terpenting pada tujuan
sebuah editing adalah menentukan bentuk pemaknaan dari film, hal ini serupa dengan
penetuan sajak dan baris yang kita kenal dalam pembuatan sebuah puisi.
Dikebanyakan film hollywood, editing digunakan untuk menguraikan paling tidak 4
dimensi yang ingin dicapai: bagaimana cara anda menyampaikan sebuah alur film
yang mudah diterima, seberapa lugas anda ingin menyampaikan pesan yeng terdapat
dalam film, bagaimana anda seharusnya melakukan penyesuaian antara kejadian
dengan karakter pada setiap waktu yang ada pada film, dan bagaimana anda
menentukan kesesuaian akan kecepatan cerita dari film tersebut. Selain itu
dalam editing dapat juga dilakukan penambahan montase, editing dapat
menghadirkan fungsi-fungsi cerdas guna memenuhi kebutuhan akan keindahan serta
sudut pandang yang ingin disampaikan. Kegiatan semacam ini memiliki
kecenderungan untuk mengarah pada perkembangan dunia film saat ini serta
film-film experimental.
4.
Bahsa visual dan
manfaatnya:
Secara
sederhana bahasa visual adalah sebuah sarana penyampaian kepada penonton
menggunakan hal-hal yang dapat ditangkap secara kasat mata.
Setidaknya
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan bahasa visual ini,
sebab bila dipahami hal tersebut memiliki tiga tingkatan.
·
Universal. Bahasa visual tingkat
pertama, biasanya dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
ketika kita perlihatkan pada penonton hal-hal yang bersifat kebendaan maka kita
bisa merekam benda-benda seperti sabun, gelas, koran, sapu dan lain
sebagainya. Ataupun kita juga dapat
memperlihatkan hal-hal yang bersifat tindakan seperti minum, mandi, duduk, tidur
dan lain sebagainya yang kita lakukan sehari-hari.
·
Lokal/Sektoral. Kita bisa
memperlihatkan burung merpati putih terbang.
Bisa jadi di Indonesia penontonnya akan menganggap bahwa artinya adalah
kebebasan, namun bagaimana dengan tempat lain seperti di Thailand, hal tersebut
dianggap sebagai tanda kematian. Pada
hal-hal yang sifatnya benda juga dapat kita tinjau, misalnya untuk tanda
kematian di wilayah Jabodetabek kita dapat menonjolkan bendera kuning, namun
bila ditonton oleh masyarakat dari Surabaya, mungkin mereka tidak akan paham.
·
Ketiga, bahasa visual yang
bersifat personal. Bahasa visual ini hanya berlaku bagi diri kita sendiri sang
pembuat filmnya.
Manfaat
dari bahasa visual adalah penyempurna/pelengkap dalam suatu film agar penonton
benar-benar bisa memahami sekaligus menikmati maksud yang disampaikan oleh film
tersebut. Bahasa visual ini sendiri tidak harus selalu berwujud dialog, jika
dirasa dialog yang terlalu banyak akan menjenuhkan. Wujudnya bisa diperkuat
dengan pengadaan benda-benda yang sesuai.
5.
Pemahaman
tentang sinematography:
a.
Sense Of Cutting
Macam-macam
cutting:
·
Jump Cut: Suatu pergantian shot
di mana kesinambungan waktunya terputus karena loncatan dari satu shot ke shot
berikutnya yang berbeda waktunya.
·
Cut In, Insert: Suatu shot yang
disisipkan pada shot utama (master shot) dengan maksud menunjukkan detil.
·
Cut Away, Intercut, Reaction
Shot: Shot action yang diambil pada saat yang sama sebagai reaksi dari shot
utama.
·
Cut On Direction: Suatu sambungan
shot di mana shot pertama dipertunjukkan suatu objek yang bergerak menuju ke
suatu arah, shor berikutnya objek lain yang mengikuti arah gerakan shot
pertama.
·
Cut On Movement: Sambungan shot
dari suatu objek yang bergerak ke arah yang sama, dengan latar belakang yang
berbeda.
·
Cut Rhime: Pergantian shot atau
adegan dengan loncatan ruang dan waktu pada kejadian yang (hampir) sama dalam
suasana yang berbeda
Fungsi
Cut, untuk mempertunjukkan:
·
Kesinambungan action. Apabila
satu kamera tdak mampu mengikuti suatu action, misalnya akrena halangan obyek
lain, kita potong atau ganti shot lain dengan camera angle berbeda yang
menyajikan kesinambungan dari shot yang pertama.
·
Detail Obyek. Misalnya dengan
Long Shot kita sajikan seseorang yang sedang membaca buku, untuk membantu
penonton melihat buku apa yang sednag dibaca, kita pertunjukkan Close Up dari
judul buku.
·
Peningkatan atau Penurunan Irama
Kejadian (Progresi). Dengan Long Shot kita sajikan seseorang ditodong pistol
oleh seseorang yang lain, kemudian shot berikutnya kita nampakkan Medium Shot
si penodong dengan pistolnya, atau Medium Close Up wajah orang yang ditodong.
Cut to Close Up untuk mempertunjukkan pengembangan kejadian. Sedang Cut to Long
Shot untuk menunjukkan penurunan kejadian.
·
Perubahan Tempat dan Waktu. Cut
dari interior ke exterior. Loncatan adegan ke depan atau ke belakang dari suatu
peristiwa (flash back) atau peristiwa lain yang berbeda di tempat lain pada
saat yang sama.
·
Menciptakan Irama Kejadian. Fast
Cutting, cut to cut secara cepat menyajikan kesan merangsang penonton, perasaan
tegang. Dan slow cutting, menunjukkan kesan lambat dan tenang.
b.
Sense Of Camera
Size (shot size)
·
ELS (Extreme Long Shot): Shot
sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang luas, kamera mengambil
keseluruhan pemandangan. Objek utama dan objek lainnya nampak sangat kecil
dalam hubungannya dengan latar belakang.
·
LS (Long Shot): Shot jauh,
menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dibandingkan dengan ELS, objek
masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luar.
·
MLS (Mediun Long Shot): Shot yang
menyajikan bidang pandangan dekat daripada Long Shot, obyek manusia biasanya
ditampilkan dari sudut atas lutut samapai di atas kepala.
·
MS (Medium Shot): Di sini obyek
menjadi lebih besar dan lebih dominan, obyek manusia dinampakkan dari atas
pinggang sampai di atas kepala. Latar belakang masih nampak sebanding dengan
obyek utama.
·
MCU (Mediun Close Up): Shot amat
dekat, obyek diperlihatkan dari bagian dada sampai atas kepala. MCU inilah yang
paling sering dipergunakan dalam televisi.
·
CU (Close Up): Shot dekat, obyek
menjadi titik perhatian utama di dalam shot ini, latar belakang nampak sedikit
sekali. Untuk manusia biasanya ditampilkan wajah dari bahu sampai atas kepala.
·
BCU (Big Close Up) dan ECU
(Extreme Close Up): Shot yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia.
Obyek mengisi seluruh layar dan jelas sekali detilnya.
·
Cut Off Lines: Istilah dalam
framing (pembingkaian) gambar dengan obyek manusia berdasarkan garis/potongan
bagian tubuh.
-
FS (Full Shot) atau TS (Total
Shot): menyajikan seluruh tubuh.
-
Knee Shot (Shot Lutut):
menampilkan bagian tubuh dari lutut sampai atas kepala.
-
Beast Shot (Shot Dada)
-
Head Shot (Shot Kepala)
·
Beberapa Istilah shot yang lain:
-
Tight Shot (shot dekat)
-
Wide Shot (Shot jauh atau lebar)
-
Cover Shot (Shot-shot MS sampai
CU)
-
Two Shot (Shot dua orang)
-
Three Shot (Shot tiga orang, dst)
-
OS (Over The Shoulder Shot): Shot
di amna obyek utama menghadap ke arah kamera, dengan bingkai di samping kiri
atau kanan nampak bahu dan sebagian kepala obyek lain sebagai lawan bicara.
-
Establishing Shot: Pengambilang
gambar dengan kamera statis, biasanya dalam posisi Extreme Long Shot atau Long
Shot yang menampilkan keseluruhan pandangan untuk memperkenalkan suatu tempat
di maan suatu peristiwa sednag terjadi.
c.
Sense Of Camera
Angle
Istilah angel kamera menjelaskan posisi
pemirsa dalam melihat obyek/subyek. Setiap pengambilan gambar baru harus
mengambil agel kamera yang baru. Ada 3 alasan untuk ini:
1.
Untuk menambahkan kemungkinan
adanya informasi baru.
2.
Untuk menambahkan kemungkinan
gambar-gambar yang dapat diedit bersamaan.
3.
Untuk memperlihatkan lebih dekat
reaksi seseorang terhadap obyek/subjek baru.
Saat pertama kali melihat
seseorang/sesuatu kita cenderung mengubah sudut pandang kita sehingga kita
dapat lebih dekat mengamatai apa yang kita lihat. Hal ini serupa dengan
pemilihan angel kamera. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah:
·
Tipe shot yang digunakan
·
Frame shot
·
Latar belakang frame
·
Ilusi kedalaman shot/pengambilan
·
Warna dan cahaya dalam
pengambilan gambar
Beberapa gambar subyek dot disorot dari
berbagai angel, namun ada pula subyek yang terlihat paling bagus diambil dari
angel tertentu. Angel kamera dinyatakan dari angka derajat. Jenis ketentuan
yang ditulis untuk pembuatan film zaman dahulu masih berlaku hingga kini di
kalangan pemula, yakni sebagai berikut:
·
Ketentuan 180 derajat
Aturan
ini menjelaskan bahwa pergerakan satu atau beberapa subyek adalah pusat suatu
lingkaran dan diameter lingkaran tersebut melewati pergerakan tersebut, dan
pengambilan gambar hanya diperbolehkan dari sudur 180 derajat pada salah satu
sisi lingkaran.
·
Ketentua 30 derajat
Saat
mengambil gambar di ketentuan sudut 80 derajat, penempatan kamera tidak boleh kurang dari 30 derajat dari posisi terakhir kamera.
Meskipun ketentuan P180 dan 30 derajat masih
diakui kebenarannya saat ini, dapat dipahami bahwa posisi setengah lingkaran dapat
berubah dalarn suatu scene sehingga ada banyak cara untuk mengambil gambar dari
kedua sisi lingkaran. Ketentuan 30 derajat masih merupakan latihan dasar,
walaupun sudutnya terkadang bisa lebih kecil.
d.
Sense Of Camera
Movement
·
Pan, Panning.
Pan
adalah gerakan kamera secara horisontal (mendatar) dari kiri ke akanan atau
sebaliknya.
Pan
Right: Kamera bergerak memutar ke kanan.
Pan
Left: Kamera bergerak memutar ke kiri.
Gerakan
pan biasanya dilakukan untuk mengikuti gerakan subyek (orang yang sedang
berjalan), mempertunjukkan suatu pemandangan yang luas secara menyeluruh,
gerakan pan secara pelan menimbulkan perasaan menanti. Kadang-kadang panning
cepat atau swish pan dilakukan untuk menghubungkan dua peristiwa yang terjadi
di dua tempat.
·
Tilt, Tilting
Tilting
adalah gerakan kamera secara vertikal, mendongak dari bawah ke atas atau
sebaliknya.
Tilt
Up: Mendongak ke atas.
Tilt
Down: Menunduk ke bawah.
Gerakan
Tilt dilakukan untuk mengikuti gerakan obyek (peluncuran balon, pesawat take
off, dll), untuk menciptakan efek dramatis, emmpertajam situasi.
Seperti
halnya dengan gerakan panning, alangkah baiknya apabila ditentukan dulu titik
awal dan titik akhir shot.
·
Dolly, Track
Dolly
atau track adalah gerakan kamera di atas tripod atau dolly mendekati atau
menjauhi subyek.
Dolly
In: Mendekati subyek
Dolly
Out: Menjauhi subyek
·
Pedestal
Pedestal
adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik-turunkan. Kalau
sekarang ini kebanyakan menggunakan Porta Jib Traveller.
Pedestal
Up: Kamera dinaikkan.
Pedestal
Down: Kamera diturunkan.
·
Crab
Gerakan
kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subyek yang
sednag bergerak.
Crab
Left: Bergerak ke kiri.
Crab
Right: Bergerak ke kanan.
·
Crane
Crane
adalah gerakan kamera di atas katrol naik atau turun.
·
Arc
Arc
adalah gerakan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke kanan atau
sebaliknya.
·
Zoom
Zoom
adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optik, dengan
mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang panjang sempit (telephoto) ke
sudut lebar (wide angle) atau sebaliknya.
Zoom
In: Mendekatkan obyek dari Long Shot ke Close Up.
Zoom
Out: Menjauhkan Obyek dari Close Up ke Long Shot.
Perbedaan
visual Zooming dengan Tracking: Zooming yakni memperbesar atau memperkecil
obyek dengan mengubah sudut pandang lensa. Dengan membuat zoom in, latar
belakang menjadi out focus, gambar menjadi datar. Kesan yang kita peroleh
seolah-olah subyek kita dekatkan atau jauhkan dari pandangan kita. Sedang
Tracking yakni mendekati atau menjauhi obyek dengan mengubah kedudukan kamera.
Dengan melakukan Dolly In, latar belakang dan latar depan tetap fokus, gambar
lebih mempunyai kedalaman, memberikan kesan lebih dinamis dengan gerak gambar
yang sesungguhnya. Gerakan Dolly lebih impresif, bila melewati pintu-pintu,
lekukan, ataupun sofa dengan maksud menyajikan pandangan subyektif dari adegan.
·
Rack Focus
Rack
Focus atau Selective Focusing adalah mengubah fokus lensa dari obyek di latar
belakang ke obyek di latar depan atau sebaliknya, untuk mengalihkan perhatian
penonton dari satu onyek ke obyek lainnya.
e.
Sense Of
Composition
Komposisi
adalah bagian yang paling terpenting pada komunikasi visual karena komposisi
adalah usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Menata elemen visual
di sini bisa diartikan kita mengarahkan perhatian penonton pada informasi yang
kita berikan kepada mereka. Atau dalam arti lain kita mengarahkan penonton pada
Point of Interest (POI) dalam gambar yang kita buat. Dengan mengarahkan
penonton pada Poi maka penonton akan bisa mengikuti cerita dalam film kita
dengan emosi sepenuhnya. Jika kita terlalu banyak meletakan Poi dalam sebuah
gambar maka mata atau perhatian penonton akan terbagi-bagi, akhirnya perhatian
mereka pada cerita juga akan terganggu.
Dalam
film atau dalam komunikasi visual kita harus memanfaatkan waktu seefisien
mungkin agar penonton bisa mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dalam
memahami film kita. Komposisi memang mempunyai aturan-aturan yang sangat ketat,
akan tetapi kita bisa saja melawan aturan tersebut asalkan tetap bisa
mengarahkan perhatian penonton pada Poi. Banyak sekali factor yang mempengaruhi
komposisi di antaranya; warna, garis, tekstur, bentuk, ukuran, dan sebagainya.
Yang menjadi sedikit mempunyai tantangan adalah dalam film kita mengkomposisi
gerak. Karena bisa saja subjek atau kamera bergerak terus menerus sehingga kita
harus terus mengatur elemen-lemen visual tersebut dalam frame kita, sehingga
penonton tetap setia pada Poi.
f.
Sense Of
Continuity
Kontinuitas adalah mempertahankan alur visual yang
sudah terjalin dan terarah Detil-detil produksi di antara pengambilan gambar
dan adegan-adegan. Kontinuitas terbagi menjadi beberapa macam, yakni sebagai
berikut:
·
Kontinuitas isi. Mencakup
semua elemen visual yang berhubungan dengan pengambilan gambar, yaita orang
(pemain), properti, busana dan tata rias. Contoh: Seorang wanita duduk di kursi
sambil membaca dengan tenang. Ketika adegan ini dibuat dalam beberapa kali
pengambilan gambar dan harus ditampilkan berkelanjutan, semua elemen visual yang
ada harus tetap sama. Buku yang sama, pakaian yang sama, begitu pula tata
rambutnya, serta kursi dengan ornamen yang sama.
·
Kontinuitas gerak. Mayoritas
gambar terdiri dari bentuk pergerakan, sekalipun hanya berupa sedikit gerakan.
Tapi sebuah gerakan kecil dapat menjadi gerakan besar. Karena itu amatlah
penting memperhatikan pergerakan tersebut beserta arahnya, karena
gerakan-gerakan tersebut dapat berulang atau berlanjut pada beberapa adegan.
Pergerakan atau perpindahan harus diamati dengan cermat supaya cocok dengan
gambar sebelumnya.
·
Kontiniutas Isi. Adalah
posisi subyek/obyek di dalam layar. Jika posisi subyek ada di posisi kanan
layar pada pengambilan pertama, maka ia harus tetap pada posisi yang sama pada
pengambilan berikutnya dan tidak boleh berada di posisi kiri layar. Apabila ada
dua gambar yang diedit bersamaan untuk ditampilkan berkelanjutan, maka
kontinuitas posisi harus dipertahankan. Bila tidak pandangan pemirsa akan
loncat dari satu sisi ke sisi lainnya. Kontinuitas posisi juga berlaku dalam
pengambilan gambar obyek.
·
Kontinuitas Suara. Kontinuitas
suara juga penting. Tidak hanya berhubungan dengan posisi latar depan dan
belakang tapi juga dari segi perspektif kontinuitas suara menjadi perhatian
pemirsa. Pemirsa berharap bunyi detak jam di atas rak meja yang terdengar dalam
satu gambar akan terdengar pada gambar berikutnya. Bila ini tidak terjadi,
berarti jam telah berhenti, dan secara dramatis akan menimbulkan makna berbeda.
Harus ada keseimbangan antara dialog pada latar depan dengan suara pada latar
belakang, tapi meskipun dialog suara pada latar depan dapat berganti pada
gambar berikutnya suara di latar belakang harus tetap sama.
Kontinuitas
suara jg berlaku meski suara hanya terdengar tanpa ada visual. Pemirsa tetap
mernerlukan suara yang sama pada gambar berikutnya untuk menyesuaikan dengan
gambar sebelumnya. Ada pengecualian dalam persyaratan dasar ini, yaitu apabila
ada gambar yang menunjukkan mengapa perubahan terjadi. Contoh: Perubahan dari
lokasi kota ke pedesaan. Perubahan suara memiliki makna yang jelas. Contohnya:
suara pesawat yang sedang mendarat
berubah menjadi suara gesekan roda pesawat di atas landasan pacu.
Thx manfaat banget
BalasHapus