Jumat, 08 Februari 2013

Politik dan Ekonomi Media


A.           Introduction To Media Economics
Pengertian Ekonomi Media
Ekonomi Media merupakan sebuah ilmu yang memandang media sebagai industri atau institusi ekonomi yang berupaya mencari keuntungan. Berikut pengertian dari ekonomi media yang sebelumnya akan dipetakan menjadi ekonomi dan media.
Ekonomi, menurut Samuelson dan Nordhaus, adalah studi tentang bagaimana manusia menggunakan sumber-sumber yang terbatas untuk memproduksi komoditas dan mendistribusikannya kepada manusia atau kelompok manusia lainnya. Sedang media secara umum bisa didefinisikan sebagai sarana atau perantara atau penyebar dalam suatu proses komunikasi. Dalam konteks ekonomi, media adalah institusi bisnis atau institusi ekonomi yang memproduksi dan menyebarkan informasi, pengetahuan, pendidikan, dan hiburan kepada konsumen yang menjadi target.
Selanjutnya, pengertian dari ekonomi media sendiri, oleh Albarran didefinisikan sebagai studi tentang bagaimana industri media menggunakan sumber-sumber yang terbatas untuk menghasilkan jasa yang didistribusikan kepada konsumen dalam masyarakat untuk memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan. Kemudian Picard menyebutkan bahwa ekonomi media berkaitan dengan bagaimana industri media mengalokasikan berbagai sumber untuk menghasilkan materi informasi dan hiburan untuk memenuhi kebutuhan audiens, pengiklan, dan institusi sosial lainnya.
Ruang Lingkup Ekonomi Media
Ruang lingkup ekonomi dan media mencakup ruang lingkup teoritis dan praktis. Ruang lingkup teoritis meliputi konsep-konsep dasar ekonomi (pasar, sistem ekonomi, dll), regulasi, kompetisi, kepemilikan, teknologi, dan riset. Ruang lingkup praktis meliputi ekonomi industri televisi siaran, radio siaran, televisi berlangganan (televisi kabel, televisi satelit), koran, majalah, buku, media online atau internet, film, rekaman, periklanan, dan public relation.
Problem Ekonomi Media
Problem ekonomi media merupakan proses yang berhubungan erat dengan masalah produksi dan konsumsi media. Terkait dengan seberapa banyak barang atau jasa yang diproduksi oleh indistrusi media. Produser televisi atau radio, misalnya, harus mempertimbangkan jumlah content atau program yang diproduksi serta metode produksinya.
Selanjutnya, menyangkut bagaimana barang atau jasa apa yang diproduksi oleh industri media. Reporter koran, misalnya, menulis berita dengan teknik features, hardnews atau in-depth report. Terakhir, berkenaan dengan siapa yang menjadi konsumen, media punya berbagai pilihan, antara lain terkait dengan positioning media. Contoh televisi berita seperti Metro TV dan TV One, membidik konsumen kelas atas.
Dimensi Ekonomi Media
Terbagi menjadi makroekonomi dan mikroekonomi. Makroekonomi mempelajari ekonomi sebagai sistem secara menyeluruh, terutama pada level nasional. Contoh: regulasi tentang keharusan televisi nasional bekerja sama dengan televisi lokal atau televisi berjaringan jika ingin siaran di daerah. Mikroekonomi memusatkan perhatian pada aktivitas tertentu dalam sistem ekonomi. Contoh: regulasi antara televisi nasional, lokal, atau berjaringan tersebut akan mempengaruhi pola investasi atau permodalan televisi nasional maupun lokal.
Manfaat Mempelajari Ekonomi Media
Pertama, ekonomi media berguna untuk mempelajari dimensi ekonomi media massa, untuk melengkapi subjek-subjek “tradisional” lain dari media massa, dampak media massa, promosi ataupun iklan, sosiologi media, dan komunikasi politik.
Kedua, mempelajari ekonomi media menjadikan kita bisa mengmbangkan karier di industri media. Karena paham media mana yang beroperasi secara lebih efektif dan efisien.
Ketiga, mempelajari ekonomi media membuat kita mampu menganalisis berbagai industri media. Kita akan mampu memahami bagaimana struktur pasar mempengaruhi berbagai industri media, bagaimana media tertentu membidik pasar tertentu, serta bagaimana regulasi pemerintah serta perkembangan teknologi mempengaruhi perilaku pasar di masa mendatang.
B.            Corporate Strategis
Supply Chain
Merupakan sumber penghasilan yang menjadi penggerak media. Untuk dapat menganalisa supply chain, maka harus dilihat tahapan strategi bisnis media secara parsial.
Secara garis besar terdapat tiga variabel strategi bisnis media, yaitu Produksi (filmmakers, musisi, content provider, poduction house) à Pengemasan (penerbit, jaringan radio, dan jaringan TV) à Distribusi (agen media, station TV). Dengan catatan media yang besar adalah media yang kuat pada ketiga aspek tersebut.
Strategi Pasar
·                Vertical Expansion. Dalam strategi ini, kualitas dari setiap ekspansi di jaga guna mempertahankan loyalitas audience.
·                Horizontal Expansion. Jenis strategi yang meluaskan usahanya namun tetap dalam satu koor bisnis yang sama (Misal, MNC Group).
·                Diagonal Expansion. Jenis strategi yang lebih luas/lebar/liar. Karena, jenis usahanya dikembangkan ke banyak bidang. Seperti, bidang politik, petambangan, asuransi, telekomunikasi, dan lain-lain.

Kelebihan dan Kekurangan dari Tiap Strategi
·                Vertical. Kelebihan: biaya yang dikeluarkan kecil, bersifat konsisten dan fokus. Kekurangan: Kurang dinamis.
·                Horizontal. Kelebihan: market share lebih luas, energi yang dikeluarkan tidak banyak, varian output lebih beragam. Kekurangan: rentang dengan loyalitas audience. Kurang humanis.
·                Diagonal. Kelebihan: lebih leluasa adalam bergerak, dinamis, antisipatif dalam segala kemungkinan. Kekuranga: tidak fokus, bergantung kepentingan.
C.           Economic of Advertising
Iklan merupakan industri pendukung dalam ekonomi media. Industri periklanan bekerja dalam pasar dengan struktur kompetisi.monopolistik. ada banyak perusahaan atau agensi iklan, tetapi mereka berbeda dalam hal reputasi, tingkat pelayanan, lokasi, kapabilitas, dan ukuran. Ada perbedaan tarif atau harga, meski struktur tarif atau harga itu relatif sama dengan industri lain ketika dibandingkan antara industri sejenis.
Khalayak Iklan Media
Khalayak mengonsumsi iklan melalui media. Oleh karena itu terdapat hubungan antara khalayak, iklan, dan media yang dapat dilihat secara teoritis-kuantitatif dan praktis-kualitatif.
Secara teoritis-kuantitatif:
·                Makin besar khalayak dalam suatu media, makin besar iklan dipasang dalam media itu.
·                Makin murah harga berlangganan media, makin banyak khalayak dan makin banyak iklan.
·                Jika suatu media bisa dikonsumsi secara gratis, TV siaran misalnya, maka makin besar khalayak dan makin besar pula iklan.
·                Untuk media cetak, penurunan harga langganan, membuat tarif iklan semakin mahal
Secara praktis-kualitatif:
·                Pemasang iklan mulai memperhitungkan image  media.
·                Pemasang iklan mulai mempertimbangkan kualitas khalayak: tingkat pendidikan, pendapatan, dan status sosial-ekonomi.
Iklan dan Media
Tidak semua industri media bergantung pada iklan. Film, musik, dan buku merupakan industri media yang tak tergantung pada iklan. Koran bisa hidup tanpa iklan selama dua hingga tiga abad, demikian pula majalah. Majalah Reader’s Digest, misalnya, hidup tanpa iklan sejak pertama terbit tahun 1922 hingga 1955, dan hanya mengandalkan pelanggan. Contoh lain adalah BBC TV, TV publik yang juga tidak menayangkan iklan.
Di sisi lain, pengiklan sering kali mempengaruhi isi media. Pengiklan tak jarang mengancam akan menarik iklan dari suatu media jika media tersebut memberitakan hal-hal buruk tentang pengiklan. Namun kenyataannya, banyak media yang tidak bisa hidup tanpa iklan. Televisi siaran di Indonesia, misalnya, sepenuhnya dibiayai iklan. Penghasilan surat kabarnya pun 60% diperoleh dari iklan.
Agensi Iklan
Dunia iklan melahirkan agensi atau biro iklan. Pengiklan memasang iklan di media melalui agensi atau biro iklan profesional. Banyak agensi yang memproduksi iklan serta membeli ruang atau slot iklan di berbagai media. Agensi memperoleh ongkos produksi iklan dari pengiklan. Agensi biasanya memperoleh kompensasi berupa komisi, biasanya sebesar 15% dari media tempat agensi membeli ruang atau slot iklan.
Teknologi
Industri periklanan di masa mendatang harus mampu mengemas materi iklan sesuai dengan perkembangan teknologi. Di negara-negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Hong Kong berkembang media iklan dengan memanfaatkan dinding gedung-gedung tinggi. Sebuah lampu sorot yang menggambarkan produk tertentu mengarah ke gedung-gedung tinggi yang flat dindingnya.
Di Indonesia, media iklan memperkenalkan teknologi baru yang disebut streetboard TV. Suatu media dengan memasangkan LCD (Liquid Crystal Display) dan LED (Light Emitting Diode) yang dipasang di mobil kemudian berkeliling ke lokasi-lokasi strategis. Keuntungannya, selain mendatangi target market secara langsung, juga bisa menarik perhatian di tengah kemacetan kota.
Dewasa ini, berkembang pula apa yang disebut cyberadvertising – konvergensi iklan media cetak dan media penyiaran dengan internet.
Regulasi
Regulasi dalamindustri periklanan, antara lain diberlakukan untuk menghindari dampak negatif iklan. Di Indonesia, misalnya, ada regulasi yang membolehkan penayangan iklan rokok di televisi mulai pukul 21.30, untuk menghindari pengaruh iklan rokok tersebut pada anak-anak. Sensor juga berlaku pada iklan yang akan ditayangkan di televisi.
Masa Depan Dunia Periklanan
Di masa mendatang, masyarakat makin kritis terhadap iklan. Industri periklanan dituntut makin kreatif dalam mengemas iklan. Industri periklanan harus menjalin hubungan dengan konsumen secara intensif. Industri periklanan juga tak boleh lagi hanya mempertimbangkan sisi kuantitatif (jumlah penonton atau pembaca) dalam memasang iklan di media, melainkan juga sisi kualitatif (citra media, karakteristik khalayak).



D.           TV Broadcast and Managerial
Televisi Siaran
Televisi siaran adalah televisi free to air atau televisi yang bisa dinikmati siarannya secara gratis. Televisi siaran menggunakan teknologi antena terestrial pada televisi analog atau kanal pada televisi digital.
Televisi Siaran adalah industri mahal. Disebur mahal karena tingginya biaya investasi dan biaya operasional. Karenanya, televisi siaran memerlukan investasi yang besar.
Setidaknya ada tiga tipe televisi siaran, yaitu televisi swasta atau televisi komersial, televisi publik, dan televisi negara. Televisi swasta terdiri atas dua jenis, yaitu televisi swasta independen dan televisi swasta berjaringan. Televisi siaran swasta independen memperoleh penghasilan semata-mata dari iklan, sementara sumber penghasilan televisi swasta berjaringan, selain dari iklan, juga kompensasi. Penghasilan televisi publik berasal dari pajak dan subsidi negara. Kemudian, televisi negara sepenuhnya dibiayai negara.
Pasar televisi siaran adalah khalayak dan iklan. Untuk menonton televisi siaran, khalayak tidak harus mengeluarkan uang. Oleh karena itu, khalayak sebagai pasar televisi siaran tidak menghasilkan keuntungan langsung kepada perusahaan penyedia jasa televisi siaran. Jadi, secara teoritis, makin besar jumlah penonton suatu stasiun TV, makin banyak iklan yang masuk ke TV tersebut. Sebab, meski mahal, TV menjadi media terfavorit untuk memasang iklan.
Televisi Berlangganan
Dewasa ini terdapat tiga jenis televisi berlangganan. Jenis televisi berlangganan ini terkait erat dengan teknologi yang digunakan. Ketiga jenis tersebut yaitu:
·                Televisi Kabel. Yakni televisi dengan teknologi yang menggabungkan dua tipe kabel, yaitu kabel serat optik dan kabel mental biasa. Kabel serat optik membawa sinyal dari stasiun pusat hingga ke stasiun-stasiun penghubung. Teknologi kabel punya kelebihan pada kapasitas pengantar data yang sangat besar serta tahan terhadap cuaca.
·                Televisi Satelit. Televisi satelit mengantarkan siaran kanal-kanal televisi langsung ke satelit – ke antena berbentuk parabola kecil di rumah-rumah pelanggan.
·                IPTV (Internet Protocol Television). IPTV adalah TV belangganan berbasis internet. IPTV ditransmisikan lewat infrastruktur jaringan internet dan ditonton di rumah melalui peralatan penerima TV dengan tambahan suatu STB (set top box) khusus untuk IPTV.
Pasar televisi berlangganan adalah khalayak dan iklan. Namun, industri televisi berlangganan sepertinya lebih menggantungkan hidupnya pada pelanggan atau khalayak ketimbang kepada iklan.

Economic and Managerial of Television
TV adalah  media terbesar di setiap Negara, exposurenya hampir mendominasi di setiap sektor bisnis media, termasuk periklanan, produksi, bahkan sampai jumlah audience.
Dalam perpektif ilmu ekonomi dan bisnis, sebuah produk atau jasa, akan dilahirkan berdasakan pada kebutuhan konsumen. Harga dan jumlah yang terkait dengan produk atau jasa tersebut akan dirumuskan dalam kebutuhan dan pemenuhan. Konsumen akan membayar upah sesuai dengan produk atau jasa yang didapatkan kepada produsen. Ironisnya, kondisi ini hanya berlaku pada kondisi pasar yang normal dan tidak berlaku bagi konsumen media televisi siaran. Sampai hari ini, konsumen media televisi siaran tidak ditarik serupiah pun dari layanan yang mereka konsumsi, konsumen dapat menikmati layanan tersebut sebanyak dan selama yang diinginkan, tanpa harus berpikir membayar kepada media. Dalam binis media, kondisi ini dikatakan sebagai kegagalan pasar “market failure”.
Faktor Penyebab Kegagalan Pasar
Kegagalan pasar media ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, bahwa apa yang ditawarkan oleh broadcaster kepada audience adalah sebuah wawasan dan hiburan baru, hanya saja tidak semua masyarakat mampu mamandang setiap sajian TV sebagai sesuatu yang penting, bisa karena tingkat pendidikan maupun status sosial di masyarakat. Jika sajian itu bersifat mendidik, maka masyarakat selaku konsumen belum siap dengan tayangan edukatif karena timpang dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Jika sajian TV bersifat  hiburan, maka apa yang dilihat adalah jauh dengan kenyataan masyarakat yang sebenarnya, terlalu mewah, terlalu glamour, terlalu hyperbolic sehingga jauh dari realitas audien yang sebenarnya.
Kedua, adalah faktor eksternal. Yakni faktor yang mempengaruhi hubungan antara audien dengan media. Contoh: meningkatnya angka kejahatan, sehingga melahirkan ketakutan di tengah masyarakat dalam mengkonsumsi media.
Ketiga, adalah kualitas layanan/service. Pada kondisi tertentu ketika ragam media semakin bervariasi dengan ragam sajian yang ditawarkan, mulai dari radio, internet, bahkan surat kabar, maka saat itulah masyarakat mulai bisa memilih media yang diinginkan, baik secara kualitas maupun kepentingan, sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat lebih memilih internet daripada TV.
Competitive Scheduling Strategies
Banyak diasumsikan bahwa keuntungan sebuah media ditentukan dari kualitas tayangan yang disajiakan. Namun kenyataannya tidak hanya demikian, faktor lain yang juga menentukan adalah bagaimana media dapat memonopoli bisnis media yang dibangun, dengan harapan monopoli yang dibangun tersebut semakin tumbuh berkembang.
Walaupun dengan monopoli, akan ada dampak negative yang dimunculkan, salah satunya adalah penyeragaman produk media. Seharusnya hal ini tidak terjadi, sebab masyarakat butuh keberagaman sajian media dan harus banyak pilihan, sehingga objektifitas sajian media tetap terjaga.
Menanggapi hal yang demikian, sebagai bentuk penyeimbang, para pengamat media menawarkan bermacam-macam pilihan sajian media. Sebuah tawaran yang akan dijalankan penuh dengan spekulasi tinggi. Sebab, boleh jadi program media yang disajikan tidak seirama dengan selera masyarakat pada umumnya. Akan tetapi yang harus dipahami adalah ketika media menawarkan banyak ragam sajian media dengan spekulasi tinggi, maka ketika salah satu sajian media mendapat tempat di hati masyarakat, maka saat itulah media meraup keuntungan yang berlipat, sebab mereka akan mampu menjadikan tayangan dengan selera monoritas sebagai ladang keuntungan layaknya selera mayoritas, sebab hanya sedikit kompetitor yang dihadapi di ladang garapan yang sama.
Impact of New Distribution Technologies
Teknologi adalah kekuatan besar yang memberikan dampak signifikan terhadap industri media, kususnya stasiun televisi. Ada perubahan mendasar yang disebabkan oleh pertumbuhan teknologi. Pertama, awal mula lahirnya teknologi satelit, TV kabel, dan digitalisasi perangkat, melahirkan cara bagi konsumen dalam mengkonsumsi TV. Kondisi ini sedikit banyak merubah struktur persaingan bisnis media yang dulu ada. Keberadaan teknologi menjadi variable cost yang harus diperhitungakan matang dalam bisnis media.  Pada era ini, dimana teknologi memeiliki peran penting dalam persaingan bisnis media, maka tantangan selanjutnya ada pada persaingan konten, diantaranya adalah difersifikasi tayangan program, sebagai contoh adalah bagaimana stasiun TV mendapat hak siar eksklusif sebuah tayangan liga Eropa. Langkah inilah salah satu cara untuk bisa bertahan di persaingan bisnis media yang kuat dipengaruhi kuat oleh teknologi.
Kedua, adalah lahirnya jaringan TV berbayar/berlanggana. Umumnya TV berbayar akan menyajikan “premium” programme content yang tidak dimiliki oleh stasiun TV lainnya, dan jika ditarik benang  merah diantara TV berbayar yang ada di Indonesia, proporsi terbesar pada tayangan mereka ada pada film dan olahraga, sebab kedua program inilah yang berpotensi besar meraup keuntungan dengan loyal audiens yang fanatik dengan kedua program ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar