Proses
komunikasi di dunia ini, senantiasa diperbaharui hari demi hari. Kalau dulu
sistem komunikasi dilakukan lewat pelayanan pos, kemudian berkembang menjadi lebih
maju dengan ditemukannya telegraf, kristal transistor, satelit, hingga saat ini
yang semakin canggih ialah memory chips berupa peralatan mikro komputer.
Di
Indonesia, perkembangan komunikasi juga berjalan sangat cepat. Komunikasi
antarpersonal yang dulu menjadi andalan dalam proses komunikasi lambat laun
posisinya sudah tergeser oleh media cetak dan elektronik. Hal ini lah yang
kemudian membuat persaingan dalam lapangan media massa semakin ketat dan tentu
saja mempengaruhi proses komunikasi.
Berangkat
dari berkembangnya sistem komunikasi ini, maka muncul pertanyaan, bagaimana
kaitan antara realitas komunikasi tersebut dengan sosial, budaya, dan politik?
Atau dalam kata lain bagaimana komunikasi bisa dijelaskan sebagai proses
sosial, budaya, dan politik?
A.
Komunikasi
Sebagai Esensi Dasar Manusia
Manusia
merupakan makhluk individu, ia akan berusaha memenuhi kebutuhan individunya
terlebih dahulu baru kemudian kebutuhan yang lain (kebutuhan sosialnya).
Bagi
Abraham Maslow, dalam teori kebutuhan, manusia memiliki lima macam kebutuhan
yang harus dipenuhinya, (1) kebutuhan fisik biologis, (2) kebutuhan keamanan
dan jaminan hidup, yang mencakup perlindungan dan ketetapan (3) kebutuhan diri
dan penghargaan, (4) kebutuhan akan pemenuhan dan pencapaian diri, (5) kebutuhan
sosial, dan bergabung dnegan kelompok.
Ada
hal menarik berkaitan dengan kebutuhan yang dikemukaakan Maslow, yakni bahwa di
samping manusia itu makhluk individu, ia sekaligus makhluk sosial. Maksudnya,
seorang manusia akan terlihat jati diri kemanusiaannya ketika sudah terpenuhi
kebutuhan sosialnya. Sebaliknya, ia akan kehilangan jati diri kemanusiaannya
jika mengasingkan diri dengan manusia lain. Esensi manusia sebagai makhluk yang
tidak terlepas dari orang lain inilah yang membuatnya berhubungan dan berinteraksi
dengan manusia lainnya. Pada proses inilah komunikasi menjadi sangat berperan
dalam membangun diri dan lingkungan manusia.
B.
Komunikasi
Sebagai Proses Sosial
Pergaulan
hidup antara manusia dengan lingkungan merupakan faktor utama dalam membentuk kepribadian
dan perkembangan jiwa manusia. Sebab, manusia tidak akan mengalami perkembangan
fisik dan psikis yang baik jika ia mengasingkan diri dari masyarakat
sekitarnya.
Pertanyaannya
kemudian, apakah komunikasi yang dilakukan manusia menentukan masyarakat atau
sebaliknya?
Menurut
Peter L. Berger (1991), hubungan antara manusia dengan masyarakat berlangsung
secara dialektis dalam tiga momen, yaitu:
1.
Eksternalisasi,
ialah suatu pencurahan kedirian dunia, baik dalam aktivitas maupun mentalitas.
Melalui ekternalisasi manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun
dunianya.
2.
Objektivasi,
ialah disandangkannya produk-produk aktivitas (baik fisik maupun mental) suatu
realitas yang berhadapan dengan produsennya (dalam hal ini manusia itu sendiri)
dalam suatu kefaktaan (faktisasi) yang eksternal terhadap yang lain, daripada
produsennya sendiri.
3.
Internalisasi,
peresapan kembali realitas oleh manusia dan mentransformasikannya sekali lagi
struktur-struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadaran subjektif.
Dengan
kata lain, melalui Eksternalisai masyarakat adalah produk manusia
(menjadi kenyataan yang diciptakan manusia); melalui Objektivasi
masyarakat menjadi kenyataan sendiri yang berhadapaan dengan manusia; melalui Internalisasi
manusia merupakan produk masyarakat (menjadi kenyataan yang dibentuk
masyarakat)
Dalam
hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam
melakukan perubahan sosial. Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam
masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam
usahanya melakukan perubahan..Namun demikian, komunikasi juga tidak bisa lepas
dari konteks sosialnya, karena ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, norma,
pranata masyarakatnya. Jadi keduanya saling mempengaruhi dan saling melengkapi,
seperti halnya hubungan antara manusia dengan masyarakat yang dikemukakan
Berger.
Terdapat
hasil pengamatan oleh Goran Hedebro terkait hubungan antara perubahan sosial
dengan komunikasi atau media komunikasi, yakni sebagai berikut:
1.
Tidak ada perubahan
dalam masyarakat tanpa peran komunikasi.
2.
Meskipun
dikatakan bahwa komunikasi hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia
bukan satu-satunya alat yang dapat membawa perubahan sosial.
3.
Media yang
digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangungan sosial yang ada.
4.
Komunikasi
adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting
masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai kehidupan.
Terdapat
beberapa fungsi dari komunikasi sebagai proses sosial di masyarakat, yakni
sebagai berikut:
1.
Komunikasi
menghubungkan antar berbagai komponen masyarakat. Komponen di sini meliputi
individu, masyarakat, lembaga sosial, asosiasi, stratifikasi sosial, organisasi
desa, dll.
2.
Komunikasi
membuka peradaban baru manusia. Seperti peradaban negara barat yang menjadi
maju dalam ilmu pengetahuan.
3.
Komunikasi
adalah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat.
4.
Komunikasi
berperan dalam sosialisasi nilai ke masyarakat.
5.
Ketika individu
bersosialisasi dengan orang lain, maka ia menunjukkan jati diri kemanusiaannya.
C.
Komunikasi
Sebagai Proses Budaya
Terdapat
asumsi dasar dalam hal ini, yakni komunikasi merupakan suatu proses budaya.
Maksudnya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain
adalah sebuah pertukaran kebudayaan.
Dalam
suatu proses komunikasi antarbudaya, bahasa merupakan salah satu unsur yang
terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, komunikasi juga disebut sebagai proses
budaya.
Guna
mengkaji lebih jauh tentang komunikasi sebagai proses budaya, perlu dipahami
terlebih dahulu tentang pengertian budaya atau kebudayaan. Kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar,
beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
Kebudayaan
bukan hanya sekedar konsep, ia juga mempunyai wujud sebagai berikut: (1) wujud
sebagai suatu kompleks gagasan, konsep dan pikiran manusia; (2) wujud sebagai
suatau kompleks aktivitas; (3) wujud sebagai benda.
Kebudayaan
merupakan perangkai individu-individu, karenanya manusia tidak akan bisa berbudaya
jika tak ada rangkaian dengan manusia lainnya. Dengan demikian, kebudayaan juga
merupakan aktivitas komunal antarmanusia.
Komunikasi
adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa terwujud
setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran
individu. Oleh karena itu, komunikais bisa disebut sebagai proses budaya yang
ada dalam masyarakat.
Berikut
tinjauan lebih konkret, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan:
1.
Dalam
mempraktikkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan tertentu.
Misalnya, untuk berbicara manusia membutuhkan bibir, dan hal-hal yang berkaitan
dengan bunyi ujarannya.
2.
Komunikasi
menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Misalnya, komunikasi yang
dilakukan lewat televisi, mampu memberi penghasilan pada pekerja televisi
tersebut.
3.
Sistem
kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi. Misalnya, sistem
hukum Indonesia.
4.
Komunikasi akan
menggunakan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai
alat penyampaian pesan kepada orang lain.
5.
Sistem
pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari
komunikasi. Sebab, komunikasi tidak akan berlangsung menarik tanpa ada dukungan
ilmu pengetahuan.
Komunikasi
sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi objektivasi antara budaya
dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam
proses budaya.
D.
Komunikasi
Sebagai Proses Politik
Peran
komunikasi dalam politik sangatlah penting. Karena, tanpanya komponen
infrastruktur dan suprastruktur mengalami keterputusan hubungan sehingga
mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa berkembang secara dinamis.
Satu
contoh, ketika tidak terjadi komunikasi antara eksekutif dengan legislatif,
atau tidak adanya komunikasi antara pemerintah dengan rakyatnya. Berbagai macam
kebijakan negara tidak akan tersosialisasikan dan terlaksana dengan baik.
Begitu juga berbagai bentuk keterlibatan rakyat dalam politik akan mengalami
hambatan.
Dengan
komunikasi sebagai proses politik, berbagai tatanan politik yang tidak sesuai
dengan tuntutan masyarakat akan berubah. Misalnya, tradisionalisme. Berbagai
adopsi dari luar juga tidak akan mudah diterima begitu sja dan suatu saat akan
mengalami kegagalan seandainya bertentangan dengan tradisi yang sudah ada.
Dengan
demikian, komunikasi ibarat aliran darah yang mengalirkan pesan politik berupa
tuntutan, protes, dan dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat)
pemrosesan sistem politik. Dan hasil pemrosesan itu dilahirkan kembali oleh
komuniaksi politik yang selanjutnya menjadi feedback sistem politik.
Berikut
beberapa catatan penting yang bisa ditarik dari komunikasi sebagai proses
politik:
1.
Komunikasi
memiliki peran signifikan dalam menentukan proses perubahan politik di suatu
negara.
2.
Ketika penafsiran
suatu hal terdapat dalam pihak penguasa, maka akan memunculkan hegemoni
komunikasi dan pola komunikasi yang memunculkan sikap indoktrinatif.
3.
Masih
diwujudkannya tradisi politik yang mementingkan keseimbangan, harmoni, dan
keserasian. Namun dalam kenyataannya justru tradisi tesebut dijadikan alat
legitimasi politik penguasa atas nama stabilitas.
4.
Sebagai proses
politik, komunikasi menjadi alat yang mampu mengalirkan pesan politik (tuntutan
dan dukungan) ke pusat kekuasaan untuk diproses. Proses tersebut kemudian
dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik (feedback). Ini
artinya komunikasi sebagai proses politik adlaah aktivitas tanpa henti.
Kak,ini resume dari buku dan penulis apa ya?
BalasHapusMaaf kak lupa. Mestinya emang dapet dari buku. Entah kenapa kok ngga ak kasih foot note pas posting ini
Hapus