Jumat, 08 Februari 2013

Riset Sederhana "Game Online = Mematikan Potensi"


Berawal dari slogan yang diucap seorang teman, “Game Online sama dengan mematikan potensi”, menarik keinginan saya untuk sedikit beranalisis tentang sejauh mana potensi seseorang mati akibat game online.
Dia bernama Edo, seorang teman yang saya kenal dari komunitas film indie di Surabaya. Edo mengenal game online sejak kelas 2 SMA dari temannya yang waktu itu sedang kecanduan. Edo bercerita tentang dampak negatif dari game online yang membuat temannya pernah tidur di warnet bahkan sampai bolos sekolah karena asik bermain game. Satu alasan yang cukup membuatnya berpikir bahwa game online tidak baik.
Tahun demi tahun terlewati. Edo yang sebelumnya adalah seorang Siswa, kini telah menjadi Mahasiswa Multimedia di STIKOM Surabaya. Dengan prinsip yang masih sama terkait game online, kala itu dia memang tidak pernah mencoba untuk memainkan. Sampai suatu ketika, ada seorang teman yang berkunjung ke rumahnya, menawarkan satu game online yang memiliki kualitas grafis yang bagus untuk coba dimainkan. karena kecintaannya akan dunia grafis, Edo yang sebelumnya menolak—pun akhirnya memainkan  hingga menjadi pecandu dan melanggar prinsipnya sendiri.
Kehidupan sehari-harinya mulai berubah. Akibat kecanduan game online, dia jadi terbiasa tidur jam 03.00 pagi dan baru bangun jam 09.00 pagi. Yang demikian terjadi setiap harinya. Paling parah ketika dia sampai bolos kuliah hanya untuk main game. Pernah juga waktu itu, dia sengaja mensetting komputer agar tetap menyala selama 2 jam karena harus ditinggal pergi. Semua dilakukan semata-mata hanya untuk menyelesaikan misi dalam game.
Setelah 1,5 tahun Edo kecanduan game online, dia mulai merasakan banyaknya dampak negatif yang dia dapat. Mulai dari kerugian materi, dia pernah top up untuk membeli voucher senilai Rp 90.000, hanya demi bermain game. Tambah lagi kerugian fisik. Karena lupa tidak makan, dia pernah mengalami yang namanya sakit mag. Kemudian kerugian-kerugian lain seperti terabaikannya prioritas dan kurangnya sosialisasi dengan teman-temannya.
Selain dampak negatif, Edo mengaku ada beberapa hal positif yang dibawa game online, seperti kemampuan berbahasa inggrisnya yang semakin membaik dan bertambahnya teman di dunia maya yang sampai ke luar negeri. Namun demikian, dia tetap berpendapat bahwa game online sama dengan mematikan potensi. Terbukti karena game online, kuliahnya terlambat setahun. Tugas Akhir yang seharusnya bisa dia selesaikan di semester 8, mundur sampai sekarang dia masuk semester 9.
Kesadaran untuk menghentikan kecanduan bermain game online pun mulai muncul. Namun karena sadar bahwa menghilangkannya sangat susah. Maka jalan yang dia pilih adalah merusak senjata-senjata yang ada dalam game online. Sedikit pemahaman, bahwa senjata dalam game merupakan satu hal yang penting keberadaanya. Karena dengan senjata, karakter game akan lebih muda untuk menyelesaikan misi hingga menjadi karakter yang lebih hebat dan naik ke level berikutnya. Cara selanjutnya yang turut membantu adalah dia sengaja tidak mengisi pulsa I-Net ketika dia mulai merasa rindu ingin bermain game online lagi.
Sebetulnya, baik buruk dari game online semua bergantung pada siapa dan untuk apa game itu dimainkan. Game akan menjadi satu media yang sangat menghibur ketika seseorang memainkannya guna menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas sehari-hari. Namun, akan menjadi media yang sangat merugikan jika karena memainkannya, justru mengabaikan kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi prioritas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar